Reliabilitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Butir Soal

44 tertentu dinyatakan tidak valid. Nilai r tabel dengan jumlah 26 peserta didik yaitu 0,330 Priyatno 2010: 91.

3.5.2.2 Reliabilitas

Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan Iskandarwassid 2009: 186. Pengujian reliabilitas perangkat tes soal bentuk pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder dan Richardson KR-21 sebagai berikut: Keterangan: r 11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir soal m = skor rata-rata V 1 = varians total Arikunto 2006: 189 Selanjutnya r 11 dikonsultasikan dengan r tabel . Jika r 11 hitung r tabel maka instrumen dikatakan reliabel Arikunto 2006: 189.

3.5.2.3 Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik mempertinggi 45 usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran Arikunto 2007: 207. Indeks kesukaran di hitung menggunakan rumus: B J S Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya peserta didk yang menjawab soal itu dengan betul J S = jumlah seluruh peserta didik peserta tes Arikunto 2007: 208 Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: 1 soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar, 2 soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang, dan 3 soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah Arikunto 2007: 210. Instrumen soal yang akan digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi persentase taraf kesukaran soal yang ditentukan, di mana soal dengan kategori mudah sebanyak 25, soal dengan kategori sedang 50, dan soal dengan kategori sukar 25.

3.5.2.4 Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai berkemampuan tinggi dengan 46 peserta didik yang kurang pandai berkemampuan rendah Arikunto 2007: 211. Daya pembeda butir soal pilihan ganda dihitung menggunakan rumus: D B B P P Keterangan: J = jumlah peserta tes J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Arikunto 2007: 213-214. Klasifikasi daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut: D = 0,00 – 0,20 = jelek poor, D = 0,21 – 0,40 = cukup satifactory, D = 0,41 – 0,70 = baik good, D = 0,71 – 1,00 = baik sekali excellent, dan D = negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya tidak dipakai Arikunto 2007: 218. Soal dengan klasifikasi yang jelek tidak dapat digunakan sebagai instrumen soal dalam penelitian ini. Berdasarkan alasan tersebut, maka butir soal yang dapat akan digunakan dalam penelitian ini yaitu butir soal yang memiliki klasifikasi cukup, klasifikasi baik, dan klasifikasi baik sekali. 47

3.5.3 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Peserta Didik

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

KEEFEKTIFAN MODEL WORD SQUARE DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI UANG TEMA PERMAINAN PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PEPEDAN PURBALINGGA

2 24 268

KEEFEKTIFAN MODEL MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN PEMAHAMAN PANTUN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGJATI KABUPATEN BAJARNEGARA

3 36 288

KEEFEKTIFAN PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI PESAN MELALUI TELEPON DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PURBALINGGA KIDUL

0 26 352

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MANGKUKUSUMAN

11 133 334

KEEFEKTIFAN MODEL PICTORIAL RIDDLE DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KARANGMANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

8 59 222

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang

0 32 299

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 2 5

MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN WRITING DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 1 12