20
aturan diterima sebagai perwujudan dari kesepakatan, 4 usia 10-12 tahun merupakan usia saat aturan diterima sebagai ketentuan yang sudah dihimpun.
Berdasarkan karakter anak yang telah disebutkan oleh Piaget baik dalam tahap perkembangan intelektual maupun tahap perkembangan nilai dan moral,
dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas IV SD, antara lain: 1 berada dalam tahap operasional konkret, dimana siswa membentuk pengetahuannya
berdasarkan pengalaman belajar yang diterima, 2 mampu menerima aturan yang telah dibuat sebagai suatu kesepakatan bukan paksaan, 3 mampu melaksanakan
aturan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat.
2.1.6 Pendidikan Kewarganegaraan
Pada bagian ini, akan dibahas mengenai hakikat Pendidikan Kewarganegaraan PKn, pembelajaran PKn di SD, ruang lingkup PKn di SD,
serta karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai dan moral.
2.1.6.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik Winataputra 2009: 3.7. Karakteristik PKn SD dengan paradigma baru, yaitu bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan
suatu bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang
dilaksanakan melalui: 1 civic intelligence, yaitu kecerdasan dan daya nalar
21
warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial; 2 civic responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang bertanggung jawab; 3 civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual,
sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan Winataputra 2009: 3.9 - 3.10. Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian PKn dan paradigma baru PKn, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran PKn merupakan pembelajaran yang penting dalam pembentukan pribadi yang tidak hanya cerdas intelegensi, emosional,
maupun sosial, tetapi juga sadar dan mampu berbartisipasi menjadi warga negara yang paham mengenai hak dan kewajibannya.
2.1.6.2 Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar
Djojonegegoro dalam Winataputra 2009: 2.17, menyatakan bahwa hakikat tujuan PKn, di dalam Undang-undang No.4 Tahun 1950, Bab II, pasal 3
dirumuskan menjadi “membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air”. Tujuan PKn tersebut dijabarkan lebih rinci oleh Wahab dan Sapriya 2011:
315 sebagai berikut: 1 Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2 Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung
jawab , dan bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan; 3 Berkembang secara positif dan demokatis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; 4 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
22
langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Secara substansial materi PKn di SD sudah mengandung tujuan PKn, yang menjadi persoalan adalah model pembelajaran apa yang tepat untuk
membelajarakan PKn sesuai dengan tujuan PKn tersebut dan karakter siswa SD. Dewey dalam Wahab dan Sapriya 2011: 344 mendeklarasikan bahwa model
dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah kekuatan dan daya tarik anak dalam belajar.
Model pembelajaran yang sesuai dengan hakikat PKn, yakni model pembelajaran yang mampu mengembangkan kecerdasan warga negara dalam
dimensi spiritual, rasional, emosional, dan sosial. Mengembangkan sikap siswa agar mampu berpartisipasi sebagai warga negara guna menopang tumbuh dan
berkembangnya kemajuan negara. Pemilihan model pembelajaran PKn yang tepat dapat membekali siswa
dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman agar memiliki kompetensi dan efektifitas dalam berpartisipasi
menjadi warganegara yang baik. Oleh karena itu, yang perlu mendapat perhatian dari guru dalam pembelajaran PKn adalah penguasaan materi serta penggunaan
model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran PKn. Pemilihan model pembelajaran PKn yang tepat merupakan tugas guru
sebagai praktisi pendidikan. Guru perlu melakukan inovasi pembelajaran PKn. Salah satu tindakan inovasi itu adalah pergeseran dalam penerapan pembelajaran
PKn dari yang menekankan pada isi ke arah yang lebih menekankan pada proses.
23
Hasil identifikasi Turner dkk, ditemukan bahwa cooperative learning tepat diterapkan dalam pembelajaran PKn Wahab dan Sapriya 2011: 336.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam membelajarkan PKn di SD, diperlukan perubahan cara mengajar guru. Guru tidak sekedar memerintahkan
siswa menghafal dan mengerjakan tugas tetapi diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu menanamkan nilai dan moral dalam kehidupan
bermasyarkat serta mengajarkan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembentukan pengetahuannya.
2.1.6.3 Ruang Lingkup PKn di Sekolah Dasar