36
dikuasai oleh setiap anggota kelompok. Pada akhirnya, guru memberikan kuis yang harus dikerjakan secara individu.
Setiap anggota kelompok harus memberikan skor yang terbaik kepada kelompoknya dengan menunjukkan peningkatan penampilan dibanding dengan
sebelumya atau dengan mencapai nilai sempurna. Kelompok yang tanpa memiliki anggota-anggota yang meningkat nilainya dan menghasilkan skor yang sempurna
tidak akan menang atau mendapat penghargaan. Jadi dapat disimpukan bahwa dalam model cooperative learning tipe
STAD , siswa diarahkan untuk saling membantu dan bertanggung jawab kepada
diri sendiri untuk menghasilkan nilai yang baik sehingga setiap penghargaan yang diperoleh kelompok juga merupakan kerja keras dari setiap anggotanya bukan
hanya kerja keras dari siswa yang pandai dalam kelompok.
2.1.8.1 Langkah-langkah Penerapan STAD dalam Pembelajaran
Menurut Slavin dalam Asma 2006: 51 kegiatan pembelajaran model STAD
terdiri dari 7 tahap yaitu: 1
Tahap I: Persiapan Pembelajaran yang meliputi materi, pengelompokan siswa, dan menentukan skor dasar
Materi pembelajaran tipe STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi
pelajaran, dibuat lembar kegiatan siswa LKS yang akan dipelajari kelompok.Kemudian menempatkan siswa ke dalam kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari empat atau enam orang dengan
37
cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya dan daftar siswa yang telah diurutkan tersebut di bagi
empat bagian. Kemudian diambil satu siswa dari tiap kelompok sebagai anggota kelompok. Kelompok yang sudah terbentuk diusahakan
berimbang selain menurut kemampuan akademik juga diusahakan menurtut jenis kelamin dan etnis. Skor dasar tiap kelompok merupakan
skor rata-rata pada kuis sebelumnya. Jika mulai menggunakan STAD setelah memberikan tes kemampuan prasyarattes pengetahuan awal,
maka skor tes tersebut dapat dipakai sebagai skor dasar. Selain skor tes kemampuan prasyarattes pengetahuan awal, nilai siswa pada semester
sebelumnya juga dapat digunakan sebagai skor dasar. 2
Tahap II: Penyajian Materi Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit.
Setiap pembelajaran dengan model ini, selalu dimulai dengan penyajian materi oleh guru. Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat
memulai dengan menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan prasyarat. Dalam penyajian
kelas dapat digunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan bahan ajar dan kemampuan guru.
3 Tahap III: Kegiatan Belajar Kelompok
Kegiatan belajar kelompok menggunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk
setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara
38
anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban
diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan. Setelah menyerahkan lembar kegiatan dan lembar tugas, guru menjelaskan
tahapan dan fungsi belajar kelompok model STAD. Setiap siswa mendapat peran memimpin anggota-anggota di dalam kelompoknya,
dengan harapan bahwa setiap anggota kelompok termotivasi untuk memulai pembicaraan dalam diskusi. Pada awal pelaksanaan kegiatan
kelompok dengan model STAD diperlukan adanya diskusi dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam kelompok
kooperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menunjukkan tanggung jawab terhadap kelompoknya, misalnya meyakinkan bahwa
setiap anggota kelompok telah mempelajari materi, tidak seorang pun menghentikan belajar sampai semua anggota menguasai materi,
meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk menyelesaikan masalah sebelum menanyakan pada gurunya, setiap
anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama lain, saling menghormati dan menghargai.
4 Tahap IV: Pemeriksaan terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Pemeriksaan terhadap kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil
dari setiap kelompok. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Pada tahap ini pula diadakan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan
39
memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaanya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-
kesalahan. 5
Tahap V: Siswa Mengerjakan Soal-soal Tes secara Individual Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan
menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal-soal tes sesuai dengan kemampuannya. Setiap siswa
dalam tahap ini tidak diperkenankan bekerjasama. 6
Tahap VI: Pemeriksaan Hasil Tes Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor
peningkatan setiap individu, yang kemudian menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan sumbangan bagi
kinerja pencapaian kelompok. 7
Tahap VII: Penghargaan Kelompok Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan
individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu skor dasar dengan skor kuis terakhir. Berdasarkan skor peningkatan
individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin. Pedoman pemberian skor perkembangan
individu adalah sebagai berikut:
40
Tabel 2.3 Skor Perkembangan Individu Skor Tes
Skor Perkembangan Individu
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
2. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal
3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya
4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal
5. Nilai sempurna tidak berdasarkan skor
awal 5
10 20
30 30
Adapun manfaat dari penghitungan skor perkembangan individu yaitu bahwa penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar
siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya Slavin dalam Isjoni 2010: 53.
8 Penilaian dalam STAD
Asma 2006: 54, menyatakan bahwa pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poinskor perkembangan tertinggi
ditentukan dengan rumus sebagai berikut: N
1
= Berdasarkan poinskor perkembangan yang diperoleh terdapat tiga
tingkatan penghargaan yang diberikan yaitu: 1 Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, sebagai kelompok baik; 2 Kelompok
yang memperolerh poin rata-rata 20, sebagai kelompok hebat; 3 Kelompok yang memperolerh poin rata-rata 25, sebagai kelompok
super.
41
Berdasarkan penjelasan mengenai langkah-langkah model cooperative learning
, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning merupakan pembelajaran aktif dan menyenangkan baik bagi siswa maupun guru. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai aktivitas dalam langkah-langkah tersebut yang membuat siswa tidak berhenti untuk beraktivitas dalam proses pencapaian tujuan
belajar dan guru juga dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk berinteraksi multi arah baik kepada siswa dengan
siswa maupun guru dengan siswa.
2.1.9 Materi Globalisasi