Tabel 20 Trip penangkapan ikan berdasarkan alat tangkap
No Alat Tangkap
Tahun 2005
2006 2007
2008 2009
2010 1
Payang 16.992
16.248 15.336              -
260 2
Dogol 2.063
1.992 1.944       2.490
432 2140
3 Pukat pantai
1.080         1.056         1.008          540 4
Jaring Insang Hanyut
13.896 13.296
11.976     16.560 13560
8760 5
Jaring Insang tetap -
6048 3560
6 Jaring Tiga
11.340 10656
10539 7
Bagan Tancap 1.080
1.056         5.700       4.620 21720
14920 8
Jaring Angkat lainnya
3.696 3.600
6.720 400
1488 220
9 Rawai Hanyut
Lainnya 900
10 Rawai Tetap
792 792
768 3360
680 11
Pancing tonda 216
60 12
Pancing Ulur 960
984 1.128
1632 700
13 Sero termasuk
Kelong 20.256
20.568 20.064
3.170 48
221 14
Bubu termasuk Bubu ambal
6.912 6.984
7.032 2.440
24 140
15 Perangkap lainnya
30.696 31.176
31.176 3.200
5304 1350
Tabel 21 Produktivitas alat tangkap per trip penangkapan
Nama alat tangkap Produkfitas per trip penangkapan kg
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Dogol 549,19
541,74 563,55
60,56 41,48
87,86 Pukat pantai
564,88 550,27
576,71 48,70
Jaring Insang Hanyut 47,29
44,94 54,78
122,32 103,17
77,02 Jaring Insang tetap
61,42 52,20
Jaring Tiga 41,22
19,71 94,56
Bagan Tancap 133,17
133,04 85,37
235,93 16,64
95,39 Jaring Angkat
lainnya 86,47
85,32 49,56
16,98 264,34
18,09 Rawai Hanyut
Lainnya 14,00
Rawai Tetap 235,82
226,57 241,47
52,95 97,35
Pancing tonda 486,25
166,67 Pancing Ulur
237,78 222,88
200,26 46,92
246,31 Sero termasuk
Kelong 5,74
5,97 6,30
43,98 320,00
79,64 Bubu termasuk
Bubu ambal 7,54
7,81 7,60
110,90  1.121,67 30,14
Perangkap lainnya 5,33
5,56 6,54
29,67 34,64
144,55 Lainnya
81,06 75,98
73,24 28,54
Jumlah 40,89
39,15 41,93
100,88 51,44
90,96 Sumber :  Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Nunukan, 2011
6.4  Praktek IUU Fishing
Salah  satu  permasalahan  yang  cukup  besar  dan  kritikal  di  wilayah perbatasan  adalah  adanya  praktek-praktek  penangkapan  illegal  terutama  yang
dilakukan  oleh  nelayanarmada  penangkapan  asing.    Modus  operandi  yang  biasa dilakukan adalah 1  Melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan armada
penangkapan  mereka  yang  langsung  memasuki  wilayah  perairan  Indonesia,  2 Memalsukan  dokumen-dokumen  perizinan  penangkapan  ikan,  dimana  modus  ini
berupa  i  penggunaan  dokumen  untuk  beberapa  kapal  yang  beroperasi  dan  ii penggunaan  dokumen  yang  sudah  kadaluarsa  dan  iii  ketidaksesuaian  antara
dokumen dengan kondisi fisik dan alat tangkap yang digunakan 3 Para pemodal dari  luar  negeri  membiayai  para  nelayan  lokal  untuk  usaha  penangkapannya.
Sekilas  memang  tidak  ada  permasalahan  karena  untuk  melakukan  operasi penangkapan,  nelayan  memerlukan  modal  dan  ini  diperoleh  dari  para  pemodal
dari luar negeri.  Namun demikian, apabila dikaji lebih mendalam pola ini secara tidak langsung merupakan penangkapan  yang illegal.   Hal  ini  disebabkan  karena
distribusi dan pemasaran ikan yang dilakukan ke Tawau Malaysia tidak dilakukan sesuai dengan prosedur pemasaran luar negeri.  Hal ini relatif tidak disadari oleh
para pengambil kebijakan di daerah. Sedangkan  kapal-kapal  asing  yang  sering  melakukan  pelanggaran
penangkapan  di  wilayah  perairan  Nunukan  biasanya  berasal  dari  Malaysia  dan Philipina.  Tindak pelanggaran yang sering terjadi adalah i pelanggaran wilayah,
dalam  arti  bahwa  para  nelayan  asing  memasuki  wilayah  Indonesia  ii  illegal fishing,  iii  penyelundupan.    Berdasarkan  Tabel  22  di  bawah  terlihat  bahwa
kapal-kapal  Malaysia  yang  melakukan  pelanggaran  penangkapan  ikan menggunakan  alat  tangkap  trawl.    Kapal-kapal  ini  menangkap  udang  di  perairan
Nunukan  dengan  hasil  tangkapan  dapat  mencapai  300  kg.    Sedangkan  kapal Philipina menggunakan alat tangkap purse seine.
Ketika  terjadi  tindak  kriminal  maka  yang  akan  melakukan  penyidikan pertama adalah KRI kemudian Lanal melakukan penyidikan lanjutan.  Setelah itu
tergantung  kasus  yang  dilanggar.    Apabila  kasus  yang  dilanggar  itu  adalah masalah  perikanan,  maka  Lanal  akan  berkoordinasi  dengan  Dinas  Perikanan  dan
Kelautan.    Setelah  melengkapi  berita  acara  pemeriksaan  maka  berkas  tersebut
dilimpahkan  ke  Kejaksaan  Negeri  yang  akan  melanjutkannya  ke  Pengadilan Negeri.    Terkait  dengan  pelanggaran  oleh  nelayan  asing,    dilihat  apakah  ada
perjanjian  kedua  negara  yang  berbatasan.    Apabila  tidak  ada  perjanjian,  maka kapal dan awaknya kemudian dilepas kembali.  Sedangkan apabila ada perjanjian,
maka  pelanggaran  tersebut  akan  ditindak  sesuai  dengan  perjanjian  yang ditandatangani.  Ada dilema ketika terjadi penangkapan nelayan asing yaitu ketika
harus  mendeportasi  mereka  karena  membutuhkan  biaya  transportasi  dan akomodasi mereka.
Prosedur  penangkapan  kapal  ikan  i  deteksi  radar,  ii  melihat  gerakan kapal tersebut apakah bergerak atau tidak.  Apabila kapal tersebut tidak bergerak
dalam waktu yang relatif lama, maka kapal tersebut akan didekati.  Apabila terjadi tindak  pelanggaran,  biasanya  kapal  tersebut  akan  melarikan  diri.  Selanjutnya
kapal  tersebut  dikejar  dan  diberi  tembakan  peringatan.  Wilayah  perairan  yang rawan  pelanggaran  di  perairan  Nunukan  ada  6  titik  yaitu  perairan  sebatik
Pancang, Sei Nyamuk dan Sei Taiwan dan perairan Nunukan Tanjung Aus, Sei Bani  dan  Tinabasan.    Di  6  titik  tersebut  ditempatkan  Pos  Angkatan  Laut
POSAL.    Namun  demikian,  personil  yang  ditempatkan  masih  relatif  terbatas. Idealnya  personil  di  setiap  Posal  berjumlah  12  orang,  namun  saat  ini  hanya  4
orang.
Tabel 22 Asal dan jenis kapal asing yang tertangkap di Perairan Nunukan
Kalimantan Timur
Tahun Nama kapal
Asal kapal Ukuran
GT Alat
tangkap Muatan ikan kg
2008 KMN Sudirman 1
Malaysia 15
Trawl 300 kg udang
KMN Rejeki Maju Malaysia
16 Trawl
300 kg udang KMN Nurul
Hidayah Malaysia
16 Trawl
300 kg udang 2009
Philipina 5 2 unit  Pancing
Philipina 30
Purse seine Kosong diduga
hanya kapal penangkap
Selama  tahun  2008-2009,  beberapa  kapal  asing  berhasil  ditangkap. Penangkapan  tersebut  dilakukan  oleh  DKP  Nunukan  bekerjasama  dengan  Polair
wilayah  setempat.    Modus  operandi  yang  dilakukan  kapal-kapal  tersebut  adalah pemalsuan  dokumen  dan  memasuki  wilayah  perairan  Indonesia  secara  illegal.
Selanjutnya kapal-kapal tersebut disita oleh negara dan nakhoda kapal diproses di pengadilan.
Tabel 23 Perkembangan  penangkapan ikan illegal di Perairan Nunukan
Tahun Nama kapal
Instansi penangkap
Status kapal Status
Nakhoda Modus
2008 KMN Sudirman 1
DKP NUnukan dan Polair
Disita negara
Ditahan 2,8 tahun
Pemalsuan dokumen
KMN Rejeki Maju DKP NUnukan
dan Polair Disita
negara Ditahan
2,8 tahun Pemalsuan
dokumen KMN Nurul
Hidayah DKP Nunukan
dan Polair Disita
negara Ditahan
2,8 tahun Pemalsuan
dokumen 2009
Lanal P21
- Masuk
wilayah Indonesia
lanal P21
- Masuk
wilayah Indonesia
Sumber : Wawancara dengan Petugas Dinas Perikanan dan Kelautan
Berbagai  upaya  telah  dilakukan  untuk  mengatasi  permasalahan  IUU Fishing  ini.    Namun  demikian  masih  mengalami  berbagai  kendala  pelaksanaan.
Kendala-kendala  tersebut  mencakup  kendala  kelembagaan,  teknis  penyidikan, Sumberdaya  Manusia,  sarana  dan  prasarana  pengawasan  dan  anggaran.
Selengkapnya disajikan pada Tabel 24.  Permasalahan kelembagaan adalah terkait dengan  banyaknya  lembaga  yang  menangani  pengawasan  kapal  ikan  yang  bisa
terdiri dari Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai instansi yang menangani teknis perikanan,    angkatan  laut  dan  kepolisian;  sedangkan  aspek  koordinasi  diantara
lembaga  tersebut  masih  belum  berjalan  optimal.    Kendala  teknis  yang  dihadapi terkait  dengan  aspek  aspek  teknis  penyidikan  seperti  standar  anggaran
pemberkasan,  penanganan  barang  bukti,  penafsiran  penegak  hukum  terhadap suatu kasus pelanggaran dan lain-lain.
Tabel 24 Permasalahan pengawasan kapal ikan
Aspek Kendala Dihadapi
Kelembagaan Banyaknya institusi yang menangani pengawasan kapal ikan
Adanya tumpang tindih kewenangan dan kepentingan antar penyidik yang ada PPNS Perikanan, Angkatan Laut dan
Kepolisian Pemahaman yang berbeda akibat kebijakan dan kepentingan
antar lembaga yang berbeda Teknis penyidikan
Belum adanya standar anggaran pemberkasan Penafsiran penegak hukum yang berbeda-beda terhadap suatu
pelanggaran Belum jelasnya penanganan barang bukti setelah dijatuhkannya
vonis . Belum adanya prosedur yang jelas antara pemerintah pusat dan
daerah terkait dengan penanganan barang bukti.  Saat ini prosedurnya adalah barang bukti yang berhasil disita
diserahkan ke pemerintah pusat untuk dilakukan pelelangan atau dilimpahkan ke daerah.  Proses ini memerlukan waktu
yang lama sehingga barang bukti kapal mengalami kerusakan dan kemubaziran
SDM Jumlah pengawas yang masih relatif sedikit
Penguasaan teknis pengawasan Mentalitas petugas pengawas yang masih perlu ditingkatkan
adanya ‗permainan‖ aparat keamanan di laut yang meminta setoran
Sarana Pengawasan Terbatasnya jumlah sarana pengawasan
Belum adanya teknologi yang benar-benar efisien dan efektif Anggaran
Keterbatasan anggaran untuk operasional pengawasan Biaya investasi dan operasional yang relatif mahal
Sumber :  Wawancara dengan berbagai sumber
Tabel 25 Tugas pokok dan fungsi instansi terkait penanganan pengawasan
ikan di laut
No Nama Instansi
Tugas Pokok 1.
Kementerian Kelautan dan PerikananDinas
Perikanan dan Kelautan Pengawasan kapal dan sumberdaya perikanan di laut
Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk pelanggaran penangkapan ikan
2. Polisi AirPOLRI
Pemeliharaan Kamtibmas, Penegakan Hukum  dan Perlindungan, Pengayoman  Pelayanan Masyarakat
3. TNI AL
menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta melindungi
kepentingan nasional di laut yurisdiksi nasional. Menegakkan hukum di laut sesuai dengan kewenangan
yang diatur dalam perundang-undangan nasional dan hukum internasional.
Melaksanakan operasi militer selain perang dan ikut serta secara aktif dalam tugas-tugas pemeliharaan perdamaian
regional dan internasional. -   KRI
Menjaga keamanan Negara di wilayah perairan yang berada diatas 6 mil laut