Praktek IUU Fishing Strategy of capture fisheries development in nunukan regency East Kalimantan, Indonesia Malaysia Border

Gambar 17 Sebaran pelabuhan perikanan di Kalimantan Timur Adanya berbagai permasalahan tersebut menyebabkan seluruh hasil tangkapan dipasarkan ke Tawau yang memang menampung semua jenis ikan dari Nunukan. Demikian pula dengan penyediaan bahan perbekalan melaut bahkan kebutuhan sehari-hari lainnya, mereka peroleh dari Tawau. Pada dasarnya para pemodal Tawau berminat untuk berinvestasi di Nunukan, hanya saja mengalami berbagai kendala, diantaranya: 1 Keterbatasan infrastruktur terutama listrik dan air. Pelabuhan perikanan merupakan suatu lingkungan dimana aktifitas perekonomian perikanan berlangsung. Ketidaktersediaannya infrastruktur yang memadai merupakan disinsentif bagi para pelaku ekonomi perikanan untuk beraktifitas di sana. Padahal seluruh aktifitas ekonomi seperti cold storage, pabrik es, ice storage, galangan kapal, pabrik pengolahan hasil tangkapan sangat membutuhkan infrastruktur dasar seperti pasokan listrik dan air bersih. 2 Regulasi yang belum kondusif. Banyaknya perizinan dan pengurusan mulai dari tingkat nasional karena termasuk PMA, tingkat propinsi maupun kabupaten. Disamping itu adanya ketidakpastian dalam pengurusan tersebut dalam arti bahwa meskipun sudah melalui berbagai tahap pengurusan yang memakan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar, belum ada kepastian bahwa usaha tersebut akan berjalan. Hal ini berbeda dengan pengurusan usaha di Tawau Malaysia yang hanya membutuhkan waktu satu minggu dimana ketika seorang pengusaha mengajukan usaha, mereka menerima ajuan tersebut melalui satu pintu. Pihak-pihak pemerintah yang berkepentingan berkumpul untuk membahas usulan tersebut. Maka kemudian mereka memutuskan berbagai hal yang terkait dengan usaha yang diajukan baik pengurusan administrasi, pembiayaan dan lainnya. Setelah itu tidak ada lagi pungutan lagi yang bermacam-macam. Hanya secara periodik tiga bulanan akan dilakukan monitoring terhadap usaha yang dijalankan. Apabila macet atau tidak sesuai dengan aturan, maka usaha tersebut akan dicabut. Keberadaan pelabuhan perikanan yang memadai menjadi sangat penting tidak hanya dalam konteks pembangunan ekonomi Kab Nunukan tetapi juga termasuk di seluruh Kalimantan Timur. Data DJPT Gambar 17 menunjukkan bahwa belum ada pelabuhan perikanan di Kalimantan Timur yang relatif memadai sebagai pusat industri perikanan. Sampai saat ini pelabuhan perikanan yang ada sebagian besar merupakan pelabuhan perikanan tipe D Pangkalan Pendaratan Ikan atau bahkan lebih kecil dari itu. Kabupaten Nunukan sendiri hanya mempunyai PPI Sebatik. Adanya pelabuhan perikanan di Nunukan menjadi sangat strategis dimana dapat menjadi pusat pemasaran hasil tangkapan dari seluruh wilayah Kalimantan Timur sebelum akhirnya dapat diekspor ke Tawau Malaysia atau wilayah lainnya.

6.6 Industri Pengolahan Hasil Tangkapan

Pengembangan industri pengolahan hasil tangkapan mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, diversifikasi pangan, nilai tambah, perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, pengembangan sektor perekonomian lain, pengembangan ekonomi masyarakat dan peningkatan devisa negara. Peran-peran tersebut tentu sangat penting dalam kontek pembangunan wilayah Kabupaten Nunukan. Namun demikian, industri pengolahan hasil tangkapan di Kabupaten Nunukan masih belum berkembang dengan baik. Sebagian besar usaha pengolahan masih bersifat tradisional dengan skala usaha industri mikro, kecil dan meengah. Pelaku usahanya pun masih relatif terbatas. Data tahun 2010 Tabel 27 menunjukkan bahwa usaha pengolahan masih didominasi usaha pengeringan dengan pelaku usaha sebanyak 442 pengolah. Sedangkan yang lainnya berupa ekstraksi, olahan segar dan surimi masing-masing hanya 1 orang, 14 orang dan 3 orang. Tabel 27 Jumlah pemilik usaha pengolahan tahun 2010 Kec. Jumlah Pemilik Usaha Pengolahan Pengeringan Ekstraksi Olahan Segar SurimiJelly Ikan Nunukan 80 - 2 2 Nunukan Selatan 221 1 12 - Sebatik Barat 79 - - - Sebatik 62 - - 1 TOTAL 442 1 14 3 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Nunukan, 2011

6.7 Sumberdaya Manusia Perikanan Tangkap

Jumlah Rumah Tangga Perikanan RTP selama kurun waktu 2001-2010 relatif mengalami peningkatan dengan rata-rata 18 per tahun. Jumlah RTP pada tahun 2001 baru mencapai 468 buah, melonjak menjadi 1.772 buah pada tahun 2008 meski mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 1.884 buah. Namun demikian pada tahun 2009 dan 2010 relatif mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Adanya peningkatan permintaan hasil tangkapan dari Tawau Malaysia mendorong meningkatnya jumlah RTP tersebut. Gambar 18 Perkembangn jumlah RTP perikanan laut tahun 2001-2010 Sedangkan jumlah nelayan relatif mengalami penurunan. Jumlah nelayan pada tahun 2004 mencapai 2.664 jiwa yang terus menurun sampai tahun 2007 hanya 587 jiwa meskipun naik kembali tahun 2008 menjadi 1.874 jiwa sebagaimana disajikan pada Tabel 28. Produktivitas nelayan Kab. Nunukan masih relatif berfluktuasi mulai tahun 2005-2010. Namun secara keseluruhan produktivitas nelayan relatif masih rendah. Masih rendahnya produktivitas tersebut diduga disebabkan karena teknologi penangkapan yang digunakan masih relatif tradisional dan jangkauan penangkapan yang terfokus di perairan pantai Nunukan saja. Disamping itu, 468 567 976 1094 1402 1351 1884 1772 1720 1679 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ju m la h RT P u n it secara kualitas, SDM nelayan pun masih relatif rendah. Sebagian besar nelayan yang di Nunukan mempunyai pendidikan formal hanya tamatan SD. Hasil survey menunjukkan bahwa 70 responden nelayan berpendidikan SD dan sisanya berpendidikan SMP. Rendahnya tingkat pendidikan ini dapat berimplikasi terhadap relatif sulitnya melakukan introduksi teknologi penangkapan ikan dan kemampuan mengelola dan mengembangkan usaha penangkapan ikan. Tabel 28 Perkembangan jumlah nelayan dan produktivitas penangkapannya Tahun Kab. Nunukan Produksi kg Produktivitastahun kgorangtahun Produktivitas per hari kgoranghari 2005 2664 4.150.230 1.557,89 4,33 2006 1137 3.944.850 3.469,53 9,64 2007 2402 4.439.260 1.848,15 5,13 2008 1874 4.606.378 2.458,05 6,83 2009 3189 3.348.000 1.049,86 2,92 2010 2757 3.938.000 1.428,36 3,97 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Kalimantan Timur, 2011

6.7 Pembahasan

Pengembangan perikanan tangkap pada dasarnya diawali dengan kajian mengenai ketersediaan sumberdaya perikanan di wilayah tersebut. Berdasarkan kajian sebelumnya diperoleh informasi bahwa sebenarnya perairan Nunukan mempunyai potensi sumberdaya ikan yang relatif melimpah terutama apabila dihubungkan dengan potensi di WPP 716. Jenis-jenis ikan yang dominan adalah jenis ikan pelagis kecil, pelagis besar dan ikan demersal. Berdasarkan hasil analisis skoring diperoleh jenis-jenis ikan yang dapat menjadi komoditas unggulan Kabupaten Nunukan yaitu udang putih Penaeus merguiensis, bawal hitam Formio niger, teri Stolephorus spp, tenggiri Scomberomorus commerson, bawal putih Pampus argenteus, udang bintik, kerapu lumpur Epinephelus tauvina, arut gerot-gerot Pomadasys maculatus, kuweputih Caranx spp, pari kembangpari macan Dasyatis spp dan Kurau Eleutheronema tetradactylum. Berdasarkan jenis ikan yang ditangkap tersebut dan dihubungkan dengan alat tangkap yang digunakan, maka alat tangkap yang cocok digunakan adalah alat