Sub sistem pengembangan lingkungan strategis
Sampai saat ini pemerintah belum memiliki masterplan pengembangan perikanan tangkap di wilayah perbatasan. Kompleksitas dan karakteristiknya
yang unik menuntut adanya kebijakan khusus dalam pengembangan perikanan tangkap di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan. Kekhususan tersebut terkait
dengan letak geografisnya yang berbatasan dengan negara lain sehingga variabel penentu pengembangannya menjadi lebih kompleks. Aspek-aspek yang kiranya
perlu dimuat dalam masterplan tersebut adalah i potensi dan permasalahan sumberdaya alam ii potensi dan permasalahan sumberdaya manusia iii potensi
dan permasalahan infrastruktur iv potensi dan permasalahan ekonomi, sosial, politik, budaya dan v potensi dan permasalahan kelembagaan vi skenario
pengembangan dan vii pentahapan pengembangan perikanan tangkap.
2 Penguatan kelembagaan nelayan Lembaga merupakan organisasi yang mempunyai kaidah yang mengatur
atau mempengaruhi tindakan anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari atau dalam usaha untuk mencapai tujuan tertentu Tarmizi 2003. Kemandirian
nelayan bisa terjadi apabila nelayan sebagai suatu entitas bergabung dalam suatu kelembagaan yang akan menjadi wadah memperjuangkan keinginan dan harapan
mereka. Lembaga yang kiranya diperlukan nelayan Nunukan adalah lembaga yang mampu mengatasi persoalan-persoalan yang mereka hadapi terkait dengan
teknis usaha penangkapan, permodalan dan pemasaran. 3 Peningkatan keterampilan nelayan
Peningkatan keterampilan nelayan merupakan salah satu bagian dari proses penyuluhan. Peningkatan keterampilan ini lebih ditekankan pada
penguasaan teknik-teknik
penangkapan sehingga
dapat meningkatkan
produktifitas penangkapan mereka. Saat ini unit penangkapan yang mereka miliki masih relatif tradisional dengan hasil tangkapan yang relatif masih rendah. Upaya
yang dilakukan adalah mempersiapka mereka untuk mampu melakukan penangkpan dengan teknologi baru dan daerah penangkapan yang lebih jauh.
Kondisi perairan pesisir yang selama ini menjadi tujuan penangkapan semakin lama akan semakin jenuh yang pada gilirannya produktifitas penangkapan akan
menurun. Kondisi ini sebenarnya sudah terlihat dari penurunan angka produktifitas nelayan yang telah dibahas sebelumnya.
4 Penguatan permodalan nelayan Permasalahan yang cukup penting dalam pengembangan perikanan
tangkap adalah permodalan dimana untuk melakukan operasi penangkapan membutuhkan operasional yang tidak sedikit. Di sisi lain, sebagian besar nelayan
merupakan nelayan tradisional yang tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai. Adanya pihak pedagang pengumpul atau tauke menjadi alternatif untuk
mendapatkan dana tersebut meski pada akhirnya sangat membebani mereka. Lembaga keuangan formal pun sampai saat ini belum mampu untuk
menggantikan peran pedagang pengumpul dan tauke ini. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan formal hanya bergerak dalam penyediaan dana, itupun
dengan pengurusan administrasi yang berbelit. Sedangkan pedagang pengumpul dan tauke tidak hanya bergerak dalam penyediaan permodalan tetapi juga
penyediaan akses pasar dimana seluruh hasil tangkapan nelayan dapat ditampung dan dipasarkan. Oleh karena itu lembaga keuangan yang dibentuk hendaknya
mampu menangani hal-hal yang selama ini diperoleh nelayan dari para pedagang pengumpul dan tauke yaitu i mendapatkan dana sebesar yang mereka perlukan
ii setiap saat dapat mengajukan pinjaman iii pengembalian disesuaikan dengan pola usaha penangkapan yang tidak teratur tetapi berdasarkan trip penangkapan
iv tidak menggunakan agunan dalam bentuk materi.
5 Peningkatan daya jangkau armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan nelayan Nunukan yang didominasi oleh armada
skala kecil perahu motor tempel
membawa implikasi pada i produksi yang rendah akibat produktifitas yang rendah, ii kemungkinan terjadinya overfishing di perairan
pantai akibat kepadatan tangkap yang tinggi dan iii potensi konflik antar nelayan akibat kepadatan yang tinggi dan perluasan daerah tangkap yang hanya bersifat horizontal
keperairan wilayah tetangga dan tidak vertikal. Penurunan produktivitas dipahami mengingat usaha penangkapan terkonsentrasi di daerah pantai dengan upaya penangkapan
yang semakin banyak dan intensif, sementara potensi sumberdaya ikan di daerah tersebut
cenderung mengalami penurunan. Oleh karena itu, upaya-upaya motorisasi menjadi sangat penting untuk dilakukan.
6 Optimalisasi fungsi dan percepatan pembangunan pelabuhan perikanan dan industri pengolahan
Pelabuhan perikanan di perbatasan mempunyai nilai yang sangat strategis karena berfungsi dalam pra produksi, produksi dan pasca produksi penangkapan.
Dalam konteks pra produksi nelayan dapat diarahkan untuk menyediakan bahan perbekalan melaut seperti bahan bakar minyak, es dan air. Selama ini kebutuhan
tersebut didatangkan dari Tawau Malaysia. Penyediaan bahan kebutuhan melaut di pelabuhan perikanan Nunukan akan dapat mengurangi ketergantungan terhadap
produk asing sekaligus memperkuat ekonomi dalam negeri. Kegiatan produksi penangkapan akan relatif terjamin karena dengan adanya pelabuhan perikanan,
kapal-kapal yang relatif besar dapat mendarat dan membongkar hasil tangkapannya di Nunukan. Selama ini dengan ukuran yang relatif kecil, kapal-
kapal tersebut merapat dan mendaratkan hasil tangkapannya di rumah masing- masing nelayan. Hal ini sangat menyulitkan proses pendataan dan aktifitas
pengaturan lainnya. Disamping itu pelabuhan perikanan pun berfungsi sebagai basis pengolahan hasil tangkapan, minimal dalam bentuk barang setengah jadi
sebelum dipasarkan ke Tawau Malaysia. Pengembangan industri pengolahan ikan sendiri diarahkan untuk
memberikan nilai tambah bagi produk perikanan yang selama ini dipasarkan dalam bentuk bahan mentah. Dampak pengganda ekonomi dari aktifitas
penangkapan justru terjadi di wilayah Tawau Malaysia. Dalam prakteknya, kebijakan pengembangan industri pengolahan ini akan mendapatkan resistensi
dari para pengusaha pengolahan ikan dari Tawau yang selama ini mendapat pasokan ikan dari Nunukan. Oleh karena itu perlu dirumuskan kebijakan yang
tepat dengan beberapa alternatif yaitu menarik pengusaha Tawau untuk melakukan investasi di Kabupaten Nunukan dengan beberapa insentif yang dapat
diberikan atau industri pengolahan yang ada hanya sebatas industri pengolahan setengah jadi sehingga relatif tidak mempengaruhi industri pengolahan di Tawau
Malaysia. Untuk mewadahi semua itu diperlukan suatu rencana induk master
plan pengembangan industri pengolahan yang terintegrasi dengan masterplan pembangunan pelabuhan perikanan.
7 Optimalisasi penananganan IUU fishing
Penanganan IUU fishing dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu penanganan lunak dan penanganan keras. Penanganan halus
ditujukan kepada para nelayan Nunukan yang relatif kurang memahami prinsip- prinsip pengaturan penangkapan internasional. Hal ini dimaksudkan supaya
mereka tidak melakukan pelanggaran dengan menangkap di perairan negara tetangga. Terjadinya tindak pelanggaran penangkapan ikan terutama yang
dilakukan oleh nelayan-nelayan Indonesia salah satunya disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai praktek-praktek IUU Fishing
dan implikasinya terhadap perkembangan perikanan maupun pembangunan nasional. Nelayan-nelayan tersebut sudah melakukan penangkapan ikan secara
turun temurun pada daerah penangkapan tertentu. Oleh karena itu mereka tidak merasa melakukan pelanggaraan hanya karena perbedaan administrasi negara.
Demikian pula halnya kerjasama penangkapan antara nelayan Indonesia dan Malaysia selama ini dilakukan tanpa ada kendala yang berarti. Hal ini disebabkan
karena mereka mempunyai budaya dan asal keturunan yang sama yaitu berasal dari Bugis. Sedangkan penanganan keras ditujukan kepada nelayan-nelayan asing
yang melakukan penangkapan di perairan Indonesia.
8 Mengoptimalkan peran penyuluh perikanan Penyuluhan sangat penting dalam dalam pengembangan perikanan tangkap
untuk nelayan-nelayan tradisional. Hal didasarkan pada kenyataan sebagian besar nelayan tradisional Nunukan mempunyai tingkat pendidikan yang relatif rendah.
Penyuluhan ini tidak hanya ditujukan untuk mengenalkan introduksi teknologi baru, tetapi yang lebih penting adalah membuka wawasan dan membangun
kesadaran mereka. Kesadaran mengenai potensi dan kemampuan yang dimiliki, pentingnya inovasi dalam pengembangan usaha, manajemen usaha, kelembagaan
dan kemitraan.
Undang-undang Nomor 162006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengartikan penyuluhan sebagai berikut: