Komoditas unggulan Analisis pengembangan produksi penangkapan 1.

dan dataran bergelombang landai di bagian timur memanjang hingga ke pantai sebelah timur. Perbukitan terjal di sebelah utara merupakan jalur pegunungan dengan ketinggian 1.500 m-3.000 m di atas permukaan laut. Kemiringan daerah dataran tinggi berkisar antara 8 - 15, sedangkan untuk daerah perbukitan memiliki kemiringan yang sangat terjal, yaitu di atas 15. Dengan demikian kemiringan rata-rata berkisar antara 0 - 50. Gambar 8 Peta Kabupaten Nunukan Secara administrasi, Kabupaten Nunukan terdiri atas 8 kecamatan dan 223 desa. Kecamatan Lumbis merupakan kecamatan dengan wilayah terluas, yaitu 3.645,50 km 2 atau sekitar 25,56 persen dari luas Kabupaten Nunukan. Selain itu, kecamatan ini juga memiliki jumlah desa terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu sebanyak 77 desa. Sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Sebatik, yaitu 104,42 km 2 atau sekitar 0,73 dari luas Kabupaten Nunukan. Kecamatan Nunukan yang juga merupakan ibukota kabupaten memiliki luas wilayah 1.596,77 km 2 atau sekitar 11,19 dari luas wilayah Kabupaten Nunukan. Berdasarkan letaknya, kecamatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kecamatan pedalaman yang terdiri dari Kec. Krayan, Krayan Selatan, Lumbis dan Sebuku; dan kecamatan pesisir yang meliputi Kec. Sembakung, Nunukan, Sebatik dan Sebatik Barat. Luas masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Nama kecamatan di Kabupaten Nunukan dan luas wilayahnya Nama Kecamatan Jumlah Desa Luas Wilayah km 2 Kec. Pedalaman 1. Krayan 65 1.837,54 2. Krayan Selatan 24 1.756,46 3. Lumbis 77 3.645,50 4. Sebuku 22 3.124,90 Sub Jumlah 10.364,40 Kec. Pesisir 5. Sembakung 20 2.055,90 6. Nunukan 7 1.421,98 7. Sebatik 4 104,42 8. Sebatik Barat 4 142,19 9. Nunukan Selatan 4 174,79 Sub Jumlah 3.899,28 Jumlah 14.263,68 Sumber : BPS Kabupaten Nunukan, 2011 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa proporsi kecamatan pesisir mencapai 27 dari luas wilayah kabupaten secara keseluruhan. Namun demikian kecamatan-kecamatan pesisir ini relatif lebih maju dibandingkan dengan kecamatan pedalaman. Hal ini salah satunya disebabkan oleh aksesibilitas dengan wilayah luar yang relatif terbuka. Kabupaten Nunukan dapat dikatagorikan sebagai kabupaten kepulauan. Hal ini terlihat dari banyaknya pulau yang ada di wilayah ini yang mencapai 17 pulau. Terdapat 3 pulau besar yang luasnya diatas 10.000 km 2 yaitu Pulau Nunukan, Pulau Sebatik dan Pulau Sebaung. Sedangkan pulau yang lainnya merupakan pulau yang lebih kecil bahkan ada beberapa pulau yang belum diketahui luasannya. Pulau Sebatik sendiri merupakan wilayah terluar dari Kabupaten Nunukan sekaligus terluar dari wilayah Indonesia. Pulau Sebatik terbagi dua dimana satu sisi masuk ke wilayah Indonesia dan sisi yang lain masuk ke wilayah Malaysia. Tabel 6 Nama pulau di Kabupaten Nunukan dan luasannya Nama Pulau Luas km 2 1. Nunukan 23.346,00 2. Tinabasan 1.790,00 3. Aus 6.117,00 4. Bukat 1 - 5. Bukat 2 - 6. Sebatik 24.661,00 7. Sinogolan 3.395,00 8. Sinelak 138,00 9. Iting-Iting Besar 1.099,64 10. Iting-Iting Kecil -- 11. Sebaung 16.387,00 12. Itai - 13. Pelanduk 1 0,01 14. Pelanduk 2 - 15. Sekapal - 16. Tembalan 0,04 17. Mengkasak - Sumber : Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Nunukan, 2008

4.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Nunukan sejak tahun 2000 sampai 2009 mengalami pertumbuhan rata-rata 5,90 . Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 16,17 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan kepadatan penduduk tahun 2009 sebesar 9,29 jiwakm 2 meningkat 66,48 dibandingkan dengan kepadatan penduduk tahun 2000 yang mencapai 5,58 jiwakm 2 . Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002 dimana penduduk pada tahun tersebut mencapai 97.398 jiwa meningkat 16,17 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 83.841 jiwa. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan kepadatan penduduk selama tahun 2000 -2009 mulai dari 5,58 jiwakm 2 pada tahun 2000 menjadi 9,29 jiwakm 2 pada tahun 2009. Namun demikian kecenderungan sebaliknya terjadi pada tingkat pertumbuhan dimana pada selang waktu yang sama relatif mengalami penurunan dimana pada tahun 2000 5,30 menjadi hanya 2,74 pada tahun 2009.