Lanjutan Tabel 25
No Nama Instansi
Tugas Pokok - Lanal
Keamanan laut terbatas yaitu sampai 5-6 mil laut dan Pembinaan potensi wilayah maritim
4. Bea Cukai
kepabeanan dan cukai dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang
masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangan
kepabeanan dan cukai dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai serta penyidikan tindak pidana kepabeanan dan
cukai sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Imigrasi
Pelaksanaan kebijakan di bidang dokumen perjalanan, visa dan fasilitas, izin tinggal dan status, intelijen penyidikan dan
penindakan, lintas batas dan kerjasama luar negeri serta sistim informasi keimigrasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Kejaksaan
melakukan penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan
lepas bersyarat dan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang;
7. Pengadilan Negeri
Melakukan penetapan hukum terhadap perkara-perkara yang diadili
Sumber : Dari berbagai sumber diolah
Sehubungan dengan hal tersebut aspek terpenting dalam penanganan pengawasan ini adalah kesamaan persepsi mengenai obyek pengawasan dan
penanganannya, kejelasan pembagian tugas antar institusi yang terlibat dan adanya koordinasi yang efektif.
6.5 Infrastuktur Pelabuhan Perikanan
Infrastruktur pelabuhan perikanan sangat penting artinya dalam pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap yaitu sebagai interface antara
kegiatan penangkapan ikan di laut dan pengolahan dan pemasaran di darat. Peran pelabuhan perikanan yang sangat penting tersebut terlihat dari fungsi pelabuhan
perikanan ada pada UU No 45 tahun 2009 sebagai perubahan UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Undang undang tersebut menjelaskan bahwa fungsi
pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya dapat berupa
a pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan, b pelayanan bongkar muat, c pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, d pemasaran dan
distribusi ikan e pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan f tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, g pelaksanaan
kegiatan operasional kapal perikanan, h tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, i pelaksanaan kesyahbandaran j tempat
pelaksanaan fungsi karantina ikan k publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan l tempat publikasi hasil
riset kelautan dan perikanan m pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; danatau n pengendalian lingkungan. Pengembangan pelabuhan perikanan
terutama dalam konteks wilayah perbatasan hendaknya dipahami sebagai suatu proses pengembangan fungsi-fungsi yang ada dalam wilayah tersebut termasuk
fungsi-fungsi ekonomi Solihin dan Rokhman 2009. Infrastruktur pelabuhan perikanan di Kabupaten Nunukan masih sangat
minim. Pelabuhan perikanan yang ada hanyalah PPI Sebatik yang ada di Pulau Sebatik. Secara fisik, pada dasarnya pelabuhan ini mempunyai fasilitas yang
relatif lengkap Tabel 26. Namun demikian secara operasional, pelabuhan perikanan ini dapat dikatakan tidak berjalan. Aktifitas yang ada hanyalah
pencatatan dan pengambilan retribusi hasil tangkapan yang akan dijual ke Tawau Malaysia. Ketiadaan aktifitas ini menyebabkan sebagian besar fasilitas fisik
mengalami kerusakan akibat tidak dipergunakan sesuai peruntukkannya.
Tabel 26 Jenis dan kondisi fasilitas PPI Sebatik Kab. Nunukan
Nama Fasilitas Jumlah
unit Volume Satuan Kondisi
Pemanfaatan Fasilitas
Tahun Pembuatan
Sumber Dana
Fasilitas Pokok
Areal daratan pelabuhan 1
40 ha
- -
Dermaga 1
50 m
Rusak berat
Sesuai 2000
APBD Jetty
1 1300
m Rusak
berat Tidak
sesuai 2000
APBD Pemecah Gelombang
Breakwater 1
40 m
2
Baik Sesuai
2000 APBD
Alur Pelayaran 1
60 m
2
Rusak ringan
Sesuai 2000
APBD Tempat Tambat Bollard
2 unit
Rusak ringan
Tidak sesuai
2000 APBD
Lanjutan Tabel 26
Nama Fasilitas Jum
lah unit
Volu me
Satu an
Kondi si
Pemanfaat an Fasilitas
Tahun Pembuat
an Sumber
Dana Jalan
1 40
m
2
Baik Sesuai
- APBD
Drainase 1
20 m
2
Baik Sesuai
- APBD
Fasilitas Fungsional
Tempat Pelelangan Ikan TPI
1 200
m
2
Baik Sesuai
2000 APBD
PenampungTangki Air 1
1.100 liter
Baik Sesuai
2000 APBD
Daya Listrik 3.500
KVA Baik
Tidak sesuai
2000 APBD
Rumah Genset 1
unit Rusak
berat Sesuai
2000 APBD
Tangki BBM 2
50 liter
Baik sesuai
2000 APBD
Tempat Penampungan Ikan hidup
2 unit
Baik Tidak
dimanfaat kan
2000 APBD
Kantor Administrasi Pelabuhan
1 150
m Rusak
ringan -
- Kendaraan Inventaris Roda
2 2
unit Rusak
ringan Sesuai
2000 APBD
Tempat Parkir 1
150 m
Baik Tidak
sesuai 2000
APBD Kapal Pengawas
3 unit
Rusak ringan
sesuai 2000
APBD
Fasilitas Penunjang
Balai Pertemuan Nelayan 1
100 m
Rusak ringan
Tidak sesuai
2000 APBD
Rumah Karyawan 1
36 m
2
Baik Tidak
sesuai 2000
APBD Pos Jaga
1 6
m Rusak
ringan Tidak
dimanfaat kan
2000 APBD
Pos Pelayanan Terpadu Rusak
ringan sesuai
APBD Guest House
1 35
m Rusak
berat Tidak
dimanfaatk an
2000 Tempat Peribadatan
1 40
m Rusak
ringan Tidak
sesuai 2000
Sumber : PPI Sebatik, 2009
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar fasilitas pelabuhan perikanan dalam kondisi rusak baik rusak ringan maupun berat. Padahal kalau
diperhatikan, fasilitas tersebut dibangun pada tahun 2000. Demikian pula ditinjau dari pemanfaatannya, sebagian besar fasilitas dimanfaatkan tidak sesuai dengan
peruntukkannya bahkan banyak juga fasilitas yang tidak dimanfaatkan. Hal ini mengindikasikan bahwa aktifitas perikanan dan kepelabuhan seperti pendaratan
ikan, penyediaan bahan perbekalan, perbaikan kapal dan alat tangkap, dan pengolahan tidak terdapat di pelabuhan ini. Satu-satunya aktifitas yang ada
adalah pencatatan dan penarikan retribusi hasil tangkapan yang akan dipasarkan ke Tawau Malaysia.
Selama ini para nelayan mendaratkan hasil tangkapannya di rumah masing-masing yang sebagian besar berada di pantai atau pinggir sungai. Untuk
nelayan yang berasal dari suku Bugis, bahkan rumah-rumah mereka berada di pantailaut. Mereka menyetorkan langsung hasil tangkapannya kepada para
taukepedagang pengumpul yang memang membiayai kebutuhan operasional nelayan tersebut.
Ketika pelabuhan perikanan sudah berjalan, aspek pengawasan kapal ikan akan lebih ditingkatkan lagi dan kapal-kapal perikanan akan diarahkan memasuki
pelabuhan perikanan tersebut. Beberapa permasalahan yang menyebabkan tidak beroperasi pelabuhan perikanan tersebut adalah :
1 Sebenarnya saat ini akan dibangun pelabuhan perikanan yang relatif memadai. Namun demikian masih belum selesai juga. Bangunan masih
berupa tiang pancang. Komitmen pemerintah untuk membangun pelabuhan perikanan di Nunukan masih belum optimal. Dana yang dibutuhkan untuk
membangun pelabuhan perikanan tersebut diperkirakan 86 milyar, sedangkan dana dari APBN untuk pembangunan pelabuhan perikanan hanya 2-3
milyartahun. 2 Adanya ketergantungan nelayan dengan para pedagang pengumpul yang
merupakan kepanjangan tangan dari para tauke Tawau. Ketergantungan tersebut meliputi ketergantungan permodalan dan pemasaran. Seluruh
pembiayaan melaut ditanggung oleh pedagang pengumpul tersebut. 3 Dukungan infrastruktur penunjang yang belum optimal seperti infrastruktur
transportasi, listrik dan air bersih 4 Belum berkembangnya industri pengolahan ikan pasca panen yang mampu
menampung hasil tangkapan para nelayan.
Gambar 17 Sebaran pelabuhan perikanan di Kalimantan Timur
Adanya berbagai permasalahan tersebut menyebabkan seluruh hasil tangkapan dipasarkan ke Tawau yang memang menampung semua jenis ikan dari