Perbandingan Model Konseptual dan Dunia Nyata

plan pengembangan industri pengolahan yang terintegrasi dengan masterplan pembangunan pelabuhan perikanan. 7 Optimalisasi penananganan IUU fishing Penanganan IUU fishing dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu penanganan lunak dan penanganan keras. Penanganan halus ditujukan kepada para nelayan Nunukan yang relatif kurang memahami prinsip- prinsip pengaturan penangkapan internasional. Hal ini dimaksudkan supaya mereka tidak melakukan pelanggaran dengan menangkap di perairan negara tetangga. Terjadinya tindak pelanggaran penangkapan ikan terutama yang dilakukan oleh nelayan-nelayan Indonesia salah satunya disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai praktek-praktek IUU Fishing dan implikasinya terhadap perkembangan perikanan maupun pembangunan nasional. Nelayan-nelayan tersebut sudah melakukan penangkapan ikan secara turun temurun pada daerah penangkapan tertentu. Oleh karena itu mereka tidak merasa melakukan pelanggaraan hanya karena perbedaan administrasi negara. Demikian pula halnya kerjasama penangkapan antara nelayan Indonesia dan Malaysia selama ini dilakukan tanpa ada kendala yang berarti. Hal ini disebabkan karena mereka mempunyai budaya dan asal keturunan yang sama yaitu berasal dari Bugis. Sedangkan penanganan keras ditujukan kepada nelayan-nelayan asing yang melakukan penangkapan di perairan Indonesia. 8 Mengoptimalkan peran penyuluh perikanan Penyuluhan sangat penting dalam dalam pengembangan perikanan tangkap untuk nelayan-nelayan tradisional. Hal didasarkan pada kenyataan sebagian besar nelayan tradisional Nunukan mempunyai tingkat pendidikan yang relatif rendah. Penyuluhan ini tidak hanya ditujukan untuk mengenalkan introduksi teknologi baru, tetapi yang lebih penting adalah membuka wawasan dan membangun kesadaran mereka. Kesadaran mengenai potensi dan kemampuan yang dimiliki, pentingnya inovasi dalam pengembangan usaha, manajemen usaha, kelembagaan dan kemitraan. Undang-undang Nomor 162006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengartikan penyuluhan sebagai berikut: ―proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.‖ Pada hakekatnya, berbicara tentang penyuluhan setidaknya menyangkut lima unsur yaitu: 1 proses pembelajaran, 2 ada subyek yang belajar, 3 pengembangan kesadaran dan kapasitas diri dan kelompok, 4 pengelolaan sumberdaya untuk perbaikan kehidupan, dan 5 diterapkannya prinsip berkelanjutan dari sisi sosial, ekonomi, dan menerapkan fungsi kelestarian lingkungan Amanah 2007. 9 Kerjasama pengelolaan dalam bidang perikanan tangkap Pengelolaan perikanan tangkap di wilayah perbatasan relatif lebih kompleks dibandingkan dengan pengelolaan perikanan tangkap di wilayah non perbatasan. Hal ini disamping disebabkan karena adanya berbagai kepentingan yang berbeda diantara kedua negara dengan pola pengaturan yang berbeda pula. Oleh karena itu yang sering terjadi adalah timbulnya konflik diantara keduanya. Konflik bisa terjadi adanya perbedaan individu, perbedaan budaya, perbedaan kepentingan dan terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat. Perbedaan individubudaya terjadi karena perbedaan lingkungan yang membentuk kedua belah pihak yang melahirkan prinsip-prinsip nilai kebiasaan atau tatacara yang berbeda. Konflik dapat terjadi jika masing-masing pihak tidak dapat menerima atau menghormati prinsip atau sistem nilai yang dimiliki pihak lain Soekanto 1982 dalam Hasyim 2007. Pada awalnya konflik tersebut terjadi antar nelayan kedua negara, namun pada perkembangannya dapat mengarah pada konflik antar negara. Berdasarkan fakta yang ada dimana negara-negara tersebut mempunyai kepentingan untuk melindungi kepentingan negara masing-masing, maka langkah yang strategis yang kiranya perlu dilakukan adalah melakukan kerjasama pengelolaan perikanan tangkap di wilayah yang berbatasan tersebut. Aspek yang penting dalam pengembangan perikanan tangkap dalam kaitannya dengan kerjasama di perbatasan adalah aspek penanganan IUU Fishing baik yang dilakukan oleh nelayan-nelayan Indonesia maupun Malaysia dan aspek pemasaran dan pengembangan industri pengolahan hasil tangkapan. Sampai saat ini Tawau masih merupakan pilihan strategis pengembangan usaha perikanan tangkap. Oleh karena itu langkah rasional adalah membangun kerjasama dan kolaborasi dengan mereka. Hal ini disamping bertujuan untuk meredam konflik horizontal antar pelaku perikanan yang dapat berimplikasi pada konflik antar negara, yang juga tidak kalah pentingnya adalah untuk membangun perekonomian wilayah Nunukan berbasis perikanan tangkap. Hal-hal yang menjadi kekuatan dalam kolaborasi ini adalah adanya berbagai kesamaan antara Indonesia dan Malaysia, diantaranya adalah i kesamaan suku bangsa dimana baik nelayan Tawau maupun Nunukan berasal dari rumpun yang sama yaitu suku Bugis ii kesamaan bahasa iii kesamaan budaya dan kesamaan karakteristik sumberdaya ikan karena berada pada suatu wilayah perairan yang sama. Proses pembentukan kolaborasi pengelolaan perikanan tangkap antara pemerintah Indonesia dan Malaysia di wilayah Nunukan diyakini akan berjalan alot karena perbedaan kepentingan antar kedua negara. Oleh karena itu prinsip dan asumsi yang harus dipegang dalam manajemen kolaborasi perlu dilakukan Wiratno et al 2004 dalam Purwanti 2008 , yaitu: 1 memperhatikan keragaman dan perbedaan kapasitas maupun fokus pengelolaan dari tiap pihak, sehingga diharapkan dapat saling melengkapi dalam berbagai peran yang dijalankan; 2 didasarkan pada pemikiran positif sesuai dengan tanggapan dan keadilan masyarakat; 3 berdiri atas prinsip pengelolaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban; 4 mendorong upaya menuju keadilan sosial; dan 5 hasilnya merupakan sebuah rencana kemitraan sebagai respon atas berbagai kebutuhan secara efektif. Langkah langkah yang kiranya dapat dilakukan dalam melakukan kolaborasi pengelolaan perikanan tangkap antara Indonesia dan Malaysia adalah i penetapan wilayah dan luasan yang akan menjadi obyek pengelolaan bersama ii penetapan potensi sumberdaya ikan yang ada iii penetapan kuota penangkapan masing-masing negara iv penetapan cakupan pengelolaan v penetapan mekanisme pengelolaan. Hal-hal tersebut dirumuskan bersama oleh suatu lembaga yang dibentuk atas kesepakatan kedua negara. 10 Formulasi ulang sistem kemitraan nelayan Hubungan nelayan dengan pemilik modal selama ini lebih bersifat eksploitatif dimana hubungan tersebut kurang memberikan rasa keadilan bagi nelayan. Nelayan tidak mempunyai kekuatan posisi tawar yang memadai. Hal ini perlu diubah menjadi hubungan kemitraan. Kemitraan merujuk pada suatu hubungan kerjasama dimana para pihak yang terlibat mempunyai kedudukan yang sejajar. Hubungan yang dibangun merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Oleh karena itu aspek-aspek yang potensi menjadi kekuatan nelayan perlu digali dan dikembangkan.