Struktur Permintaan Akhir Struktur Perekonomian Propinsi Bali 1. Analisis Permintaan dan Penawaran

144 Seperti halnya propinsi Jawa Timur, apabila kita perhatikan nilai dari komponen nilai tambah bruto, maka komponen surplus usaha memberikan sumbangan terbesar urutan pertama, sedangkan komponen upah dan gaji ada di urutan kedua. Padahal upah dan gaji adalah satu-satunya komponen nilai tambah yang langsung diterima dibawa pulang oleh pekerja. Sebaliknya, komponen surplus usaha adalah merupakan nilai tambah yang diterima oleh pengusaha entrepreneurship nilainya lebih besar hampir mencapai 200 persen bila dibandingkan dengan upah dan gaji. Surplus usaha belum tentu dapat langsung dinikmati oleh oleh masyarakat, karena surplus usaha tersebut sebagian ada yang simpan atau ditanam di perusahaan dalam bentuk laba ditahanretained earnings.

6.2.4. Struktur Permintaan Akhir

Pada Tabel 25. dapat dilihat bahwa struktur permintaan akhir propinsi Bali dengan nilai total Rp. 24 117 milyar. Nilai permintaan akhir untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga nilainya Rp.6 191.0 milyar setara dengan 25.7 persen dari total permintaan akhir, pengeluaran untuk konsumsi pemerintah nilainya Rp.1 790.7 milyar setara dengan 7.4 persen dari total permintaan akhir, pembentukan modal tetap bruto nilainya Rp.1 878.4 milyar setara dengan 7.8 persen dari total permintaan akhir, perubahan stok nilainya Rp.194.1 milyar setara dengan 0.8 persen dari total permintaan akhir, dan ekspor barang dan jasa nilainya Rp.14 063.5 milyar setara dengan 58 persen dari total permintaan akhir. Tabel 25. Struktur Permintaan Akhir Propinsi Bali No. Komponen Permintaan Akhir Nilai Milyar Rp Share terhadap permintaan akhir Share terhadap PDRB 1 Konsumsi Rumah Tangga 6 191.0 25.7 30.6 2 Konsumsi Pemerintah 1 790.7 7.4 8.8 3 Pembentukan Modal tetap 1 878.4 7.8 9.3 4 Perubahan Stok 194.1 0.8 1.0 5 Ekspor total 14 063.5 58.3 69.4 7 Jumlah Permintaan Akhir 24 117.7 100.0 119.0 8 Impor total 3 854.4 16.0 19.0 PDRB Bali 20 263.3 84.0 100.0 145 Bila kita bandingkan permintaan akhir propinsi Bali dengan permintaan akhir propinsi Jawa Timur, tampak ada perbedaan signifikan dalam persentase nilai atau besaran komponen permintaan akhir. Barang dan Jasa yang di produksi Propinsi Jawa Timur sebesar 37.7 persen digunakan untuk konsumsi rumah tangga. Sedangkan di propinsi Bali sebanyak 58.3 persen dari permintaan akhir diekspor ke luar Bali, dimana sebesar 51.6 di ekspor ke luar negeri. Bila struktur permintaan akhir Bali dibandingkan dengan produk regional bruto PDRB propinsi Bali , maka: konsumsi rumah tangga menghabiskan 25.7 persen dari seluruh nilai tambah yang diciptakan di propinsi Bali. Selanjutnya konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, dan perubahan stok masing-masing 7.4 persen, 7.8 persen, dan 1.0 persen dari seluruh nilai tambah tersebut. Permintaan barang untuk ekspor mencapai 69.4 persen dari seluruh nilai tambah. Sebaliknya pembelian barang dan jasa impor nilainya Rp. 3 854.4 milyar atau sama dengan 16.0 persen. 6.2.5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan antar Sektor di Bali Seperti halnya analisis keterkaitan yang dilakukan di propinsi Jawa Timur, analisis keterkaitan anatar sektor produksi di Propinsi Bali dapat dilihat dari dua sisi, yaitu daya mengait ke sektor hulu backward linkage atau disebut juga daya penyebaran, dan keterkaitan atau daya dorong ke sektor hilir backward linkage atau biasa disebut derajat kepekaan. Dari daya penyebaran dan derajat kepekaan ini diperoleh indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Kedua analisis di atas dapat digunakan sebagai pedoman untuk menganalisis dan menentukan sektor-sektor kunci key sector yang akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi di propinsi Bali. Sektor yang memiliki daya penyebaran yang tinggi mengidikasikan sektor tersebut memiliki keterkaitan kedepan atau daya dorong yang cukup kuat dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sebaliknya sektor yang memiliki derajat kepekaan tinggi berarti sektor tersebut memiliki ketergantungan kepekaan yang tinggi terhadap sektor lain. Pada Lampiran 8 disajikan secara 146 lengkap indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan sektor produksi di propinsi Bali. Adapun indeks daya penyebaran memberikan indikasi bahwa, bahwa sektor-sektor yang memiliki indeks daya penyebaran lebih dari satu, berarti daya penyebaran sektor tersebut diatas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertian yang sama juga berlaku untuk indeks derajat kepekaan, dimana yang mempunyai indeks derajat kepekaan lebih dari satu, berarti derajat kepekaan sektor tersebut di atas derajat kepekaan rata-rata secara keseluruhan. Berdasarkan Tabel 26. dapat dilihat sektor-sektor produksi mana saja di Bali yang memiliki daya penyebaran tinggi. Di Bali ada 11 sektor produksi yang memiliki daya penyebaran diatas rata-rata nilai indeks daya penyebaran di atas satu, dengan indeks daya penyebaran berkisar antara 1.0050 sampai dengan 1.3814. Indeks daya penyebaran yang tertinggi di propinsi Bali adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai 1.3814. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan 1satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan sebesar 1.3814 unit. Selanjutnya diikuti oleh sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sektor industri kimia,barang dari karet dan plastik, sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, dan sektor angkutan udara, masuk kedalam lima besar sektor produksi dengan daya penyebaran tinggi, dengan nilai indeks daya penyebaran secara berturut-turut: 1.3392, 1.2737, 1.2684, dan 1.2674. Pada Tabel 27. dapat dilihat sektor-sektor yang memiliki derajat kepekaan tinggi di atas rata-rata sektor lainnya dengan nilai indeks derajat kepekaan lebih besar daripada satu. Ada enam sektor-sektor produksi di Bali yang memiliki indeks derajat kepekaan tinggi, dengan nilai indeks lebih besar daripada satu. Indeks derajat kepekaan tertinggi ada pada sektor jasa-jasa lainnya dengan nilai 1.7738. Selanjutnya secara berturut-turut ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai 1.7761, sektor padi dengan nilai 1.1606, sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai 1.1251, sektor industri kimia, barang 147 dari karet dan plastik dengan nilai 1.0824, dan sektor peternakan dan hasilnya degan nilai 1.0457. Berdasarkan indeks daya penyebaran DP dan indeks derajat kepekaan DK ini, sektor-sektor produksi di propinsi Bali dapat dikelompokkan menjadi : 1 kelompok sektor dengan DP dan DK tinggi di atas rata-rata, 2 kelompok sektor dengan DP tinggi dan DK rendah, 3 kelompok sektor dengan DP rendah dan DK tinggi, dan 4 adalah kelompok sektor dengan DP rendah dan DK rendah. Berdasarkan indeks daya penyebaran DP dan indeks derajat kepekaan DK ini, sektor-sektor produksi di Jawa Timur dapat dikelompokkan sebagai menjadi : 1 kelompok sektor dengan DP dan DK tinggi di atas rata-rata, 2 kelompok sektor dengan DP tinggi dan DK rendah, 3 kelompok sektor dengan DP rendah dan DK tinggi, dan 4 adalah kelompok sektor dengan DP rendah dan DK rendah. Tabel 26. Sektor Produksi yang Memiliki Daya Penyebaran Tinggi di Propinsi Bali No Sektor Produksi Indeks Daya Penyebaran 1 10 Industri makanan minuman dan tembakau 1.3814 2 11 Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki 1.3392 3 14 Industri kimia,barang dari karet dan plastik 1.2737 4 12 Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 1.2684 5 26 Angkutan Udara 1.2674 6 4 Peternakan dan hasilnya 1.2380 7 13 Industri kertas dan barang dari cetakan 1.2228 8 23 Hotel dan Restoran 1.2038 9 21 Bangunan 1.1641 10 19 Industri lainnya 1.1023 11 27 Komunikasi 1.0050 148 Tabel 27. Sektor Produksi yang Memiliki Derajat Kepekaan Tinggi di Propinsi Bali No Sektor Produksi Indeks Derajat Kepekaan 1 30 Jasa-jasa lainnya 1.7738 2 22 Perdagangan 1.7761 3 1 Padi 1.1606 4 12 Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 1.1251 5 14 Industri kimia, barang dari karet dan plastik 1.0824 6 4 Peternakan dan hasilnya 1.0457 Selanjutnya berdasarkan pengelompokkan di atas diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Kelompok sektor dengan DP tinggi dan DK tinggi adalah: sektor peternakan dan hasilnya, sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, dan sektor industri kimia, barang dari karet dan plastik. 2. Kelompok sektor dengan DP tinggi dan DK rendah adalah : sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sektor industri kertas dan barang dari cetakan, sektor industri lainnya, sektor bangunan, sektor hotel dan restoran, sektor angkutan udara, dan terakhir sektor komunikasi. 3. Kelompok sektor dengan DP rendah dan DK tinggi adalah : sektor padi, sektor perdagangan, dan sektor jasa-jasa lainnya. 4. Kelompok sektor DP rendah dan DK rendah adalah: sektor tanaman bahan makanan lainnya, sektor tanaman perkebunan, sektor kehutanan, sektor perikanan, sektor pertambanagan minyak, gas dan panas bumi, sektor pertambanagan batubara, biji logam dan penggalian lainnya, sektor pengilangan minyak bumi, sektor industri semen dan bahan bangunan, sektor industri dasar besi dan baja, sektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya, sektor industri barang dari logam, sektor listrik gas dan air bersih, sektor angkutan darat, sektor angkutan air, sektor lembaga keuangan, dan sektor pemerintahan umum dan pertanahan. 149 6.2.6. Perdagangan Propinsi Bali Perdagangan antar wilayah antara propinsi Bali dengan propinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Rest of Indonesia, dapat dilihat pada struktur penawaran dan permintaan sektor produksi di propinsi Bali. Struktur permintaaan terhadap barang dan jasa di Bali menggambarkan berapa banyak barang dan jasa yang berasal dari Bali dipergunakan oleh Bali sendiri, berapa banyak barang dan jasa yang diekspor ke Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, wilayah lain di Indonesia, dan luar negeri, yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan faktor produksi dan konsumsi akhir. Sedangkan dari sisi penawaran memperlihatkan berapa besar output barang dan jasa yang diproduksi oleh propinsi Bali dan berapa banyak barang dan jasa yang diimpor oleh propinsi Bali dari propinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, daerah lain di Indonesia dan dari luar negeri. Posisi perdagangan propinsi Bali pada tahun 2000 menunjukkan angka surplus sebesar Rp. 7 114.1 milyar Lampiran 9. Total nilai impor barang dan jasa propinsi Bali sebesar Rp. 8 238.2 milyar, dengan perincian impor domestik dari propinsi lain di Indonesia bernilai Rp. 4 383.8 milyar 53 persen dari total impor sedangkan impor dari luar negeri bernilai Rp. 3 854.4 milyar 47 persen dari total impor. Nilai ekspor propinsi Bali sebesar Rp. 15 352.3 milyar, dimana Rp.2 901.9 adalah ekspor domestik 19 persen dari nilai ekspor total dan ekspor luar negeri sebesar Rp. 12 450.3 milyar 81 persen dari nilai ekspor total. Khusus untuk perdagangan ekspor–impor luar negeri yang dilakukan oleh propinsi Bali, nilai ekspor luar negeri sebesar Rp.12 450.3 milyar dan nilai impor luar negeri sebesar Rp. 3 854.4 milyar, dengan demikian propinsi Bali mengalami surplus perdagangan luar negeri sebesar Rp 8 595.9 milyar. Lima sektor di Bali yang termasuk nilai impornya terbesar, secara berurutan adalah sektor-sektor : 1. Angkutan udara dengan nilai impor Rp.3 046.9 milyar, dengan komposisi 37 persen impor domestik impor dari wilayah atau propinsi lain di Indonesia, dan sisanya 63 persen diimpor dari luar negeri. 2. Hotel dan restoran dengan nilai impor Rp. 1 363.9 milyar, dengan komposisi 68 persen impor domestik dan 32 persen impor berasal dari luar negeri. 150 3. Jasa-jasa lainnya dengan nilai impor Rp. 944.3 milyar, dengan komposisi 85 impor domestik dan sisanya 15 persen impor luar negeri. 4. Perdagangan dengan nilai impor Rp. 912.0 milyar, dengan komposisi 55 persen impor domestik dan 45 persen impor dari luar negeri. 5. Bangunan dengan nilai impor Rp.481.4 milyar, dengan komposisi 64 persen impor domestik dan 36 persen impor dari luar negeri. Sedangkan lima sektor di Bali dengan nilai ekspor terbesar, secara berurutan adalah sektor-sektor : 1. Hotel dan restoran dengan nilai ekspor Rp. 5 928 milyar, dengan komposisi 20 persen ekspor domestik ekspor ke luar Bali tetapi masih di dalam wilayah Indonesia dan sisanya 80 persen di ekspor ke luar negeri. 2. Angkutan Udara dengan nilai ekspor Rp. 5 211 milyar, dengan komposisi 14 persen ekspor domestik, dan 86 persen di ekspor keluar negeri. 3. Perdagangan dengan nilai ekspor Rp. 1 231 milyar, dengan komposisi 16 persen ekspor domestik dan 84 persen ekspor ke luar negeri. 4. Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki dengan nilai ekspor Rp. 800 milyar, dengan komposisi 39 persen ekspor domestik dan 61 persen ekspor ke luar negeri. 5. Jasa-jasa lainnya dengan nilai ekspor Rp. 511 milyar, dengan komposisi 100 persen ekspor luar negeri. Selanjutnya dapat pula dilihat sektor produksi di propinsi Bali yang mengalami surplus atau defisit dalam perdagangan. Pada Tabel 28. disajikan sektor produksi di propinsi Bali yang termasuk kategori 5 besar dalam impor dan ekspor, dan sektor yang mengalami surplus atau defisit dalam perdagangan. Ekspor Propinsi Bali Perdagangan barang dan jasa yang berasal dari propinsi Bali ke propinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Propinsi-propinsi lainnya yang tergabung dalam Rest of Indonesia ROI, dipergunakan untuk input produksi dan konsumsi akhir. Total permintaan barang dan jasa yang berasal dari propinsi Bali bernilai 151 Rp. 39 194 milyar, dengan perncian untuk permintaan antara input produksi Rp. 15 076 milyar, untuk konsumsi akhir Rp.24 117 milyar. Tabel 28. Lima Sektor Produksi dengan Nilai Impor, Ekspor, Surplus, dan Defisit Terbesar Dalam Perdagangan Propinsi Bali Sektor Produksi No. Urut Impor Ekspor Surplus Defisit 1 Angkutan Udara Hotel dan restoran Hotel dan restoran Bangunan 2 Hotel dan restoran Angkutan udara Angkutan udara Listrik,gas dan air bersih 3 Jasa-jasa lainnya Perdagangan Ind.tekstil, barang dr kulit dan alas kaki Jasa-jasa lainnya 4 Perdagangan Ind.tekstil, barang dari kulit dan alas kaki Perdagangan Angkutan Darat 5 Bangunan Jasa-jasa lainnya Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Ind. Kimia, barang dari karet dan plastik Selanjutnya pada Tabel 29. dapat dilihat perdagangan barang propinsi Bali ke wilayah atau propinsi lain di dalam negeri ataupun ekspor ke luar negeri. Barang dan jasa yang yang diproduksi di Bali tetapi dipergunakan sebagai input produksi oleh sektor-sektor lainnya yang ada di propinsi Bali sendiri bernilai Rp. 13 788 milyar setara dengan 91.5 persen dari total permintaan antara, di ekspor ke propinsi Jawa timur nilainya Rp. 373 milyar setara dengan 2.5 persen, ekspor ke propinsi Nusa Tenggara Barat nilainya hanya Rp. 37 milyar setara dengan 0.2 pesen, sedangkan ekspor ke seluruh propinsi lainnya di Indonesia ROI nilainya Rp. 878 milyar setara dengan 5.8 persen. Barang dan jasa yang di ekspor ke Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat, yang digunakan sebagai input produksi, jumlahnya hanya 2.7 persen dari total permintaan antara. Barang dan jasa yang diekspor ke kedua propinsi tersebut bervariasi mulai dari produk-produk primer, sekunder dan tersier, tetapi dominan pada sektor jasa-jasa. 152 Tabel 29. Ekspor Barang dan Jasa dari Propinsi Bali ke Propinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Rest of Indonesia, dan Luar Negeri Nilai Milyar Rp No. Perdagangan Sub-Total Total 1 Barang dan jasa untuk input produksi 15 077 a. Lokal Bali 13 78891.5 b. Ekspor ke Jawa Timur 3732.5 c. Ekspor ke Nusa Tenggara Barat 370.2 d. Ekspor Rest of Indonesia 8785.8 e. Ekspor domestik b+c+d 1 2898.5 2 Barang dan jasa untuk konsumsi akhir 24 117 a. Lokal Bali 10 05441.9 b. Ekspor Jawa Timur 702 2.9 c. Ekspor Nusa Tenggara Barat 92 0.4 d. Ekspor Rest of Indonesia 819 3.4 e. Ekspor Domestik b+c+d 1 613 6.7 f. Ekspor Luar Negeri 12 45051.6 3 Total 39 194 Keterangan : angka dalam kurung menunjukkan persen. Permintaan barang dan jasa untuk konsumsi akhir besarnya Rp. 24 117 milyar setara dengan 61.5 persen dari seluruh permintaan propinsi Bali, dengan perincian sebagai berikut : permintaan barang dan jasa untuk propinsi Bali sendiri besarnya Rp.10 054 milyar setara dengan 41.9 persen dari permintaan akhir Bali, ekspor barang dan jasa untuk konsumsi akhir di Jawa Timur besarnya Rp. 702 milyar setara dengan 2.9 persen dari permintaan akhir Bali, ekspor barang dan jasa untuk konsumsi akhir di Nusa Tenggara Barat Rp. 92 milyar setara dengan 0.4 persen dari permintaan akhir Bali, ekspor ke propinsi lainnya di Indonesia ROI besarnya Rp.819 milyar setara dengan 3.4 persen dari permintaan akhir Bali, dan barang dan jasa yang diekspor ke luar negeri besarnya Rp.12 450 atau setara dengan 51.6 persen dari total permintaan akhir Bali. Ekspor barang dan jasa untuk konsumsi akhir ke propinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat hanya sebesar 3.3 persen dari total permintaan akhir propinsi Bali. Permintaan barang dan jasa oleh propinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara ini walaupun secara sektoral cukup bervariasi, tetapi konsumsi terbesar pada sektor jasa-jasa. 153 Impor Propinsi Bali Impor barang dan jasa oleh propinsi Bali dimaksudkan sebagai komplemen barang dan jasa propduksi lokal Bali, guna memenuhi kebutuhan akan barang barang dan jasa. Total kebutuhan barang dan jasa di Bali senilai Rp.39.194 milyar, sedangkan nilai produksi lokal di Bali nilainya Rp. 33 209 milyar. Kekurangannya barang dan jasa tersebut senilai Rp. 5 985 milyar diperoleh melalui impor dari wilayah lain di Indonesia dan dari luar negeri. Pada Lampiran 10. disajikan struktur impor propinsi Bali per sektoral. Sebagaimana yang telah di jelaskan di depan, lima sektor di Bali sebagai pengimpor terbesar adalah secara berturut-turut adalah : sektor angkutan udara, sektor hotel dan restoran, sektor jasa-jasa lainnya, sektor perdagangan dan sektor bangunan. Nilai impor barang dan jasa dari wilayah lain di indonesia impor domestik besarnya Rp.4 383.2 milyar setara dengan 53.2 persen dari total impor Bali, dengan perincian impor yang berasal dari Jawa Timur nilainya Rp. 1 873.4 milyar setara dengan 22.7 persen dari total impor Bali, impor dari Nusa Tenggara Barat senilai Rp. 73.8 milyar setara dengan 0.9 persen dari total impor Bali, dan sisanya senilai Rp. 2 436.6 milyar diimpor dari Rest of Indonesia setara dengan 29.6 persen dari total impor Bali. Impor barang dan jasa propinsi Bali senilai Rp.3 854.4 milyar berasal dari luar negeri setara dengan 46.8 persen dari total impor Bali Dengan demikian, total impor Bali senilai Rp.8 238.2 milyar , seperti yang disajikan pada Tabel 30. Berdasarkan data impor di atas, ternyata propinsi Jawa Timur memiliki arti yang cukup penting dalam penyediaan barang dan jasa bagi propinsi Bali. Barang-barang dan jasa yang dibutuhkan oleh Bali, sebanyak 22.7 persen diimpor dari Jawa Timur. Sedangkan propinsi Nusa Tenggara Barat hanya memberikan kontribusi 0.9 persen bagi penyediaan barang dan jasa di propinsi Bali. 154 Tabel 30. Nilai Impor Barang dan Jasa Propinsi Bali Berdasakan Asal Impor Nilai No. Asal Impor Milyar Rp 1 Jawa Timur 1 873.4 22.7 2 Nusa Tenggara Barat 73 8 0.9 3 Rest of Indonesia 2 436.6 29.6 4 Impor Domestik 1+2+3 4 383.8 53.2 5 Luar Negeri 3 854.4 46.8 Jumlah 8 238.2 100 6.3. Struktur Perekonomian Propinsi Nusa Tenggara Barat 6.3.1. Analisis Permintaan dan Penawaran