169
persen dari total impor Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian, total impor Nusa Tenggara Barat senilai Rp.4 340.2 milyar , seperti yang disajikan pada Tabel 40.
Berdasarkan data impor di atas, ternyata propinsi Jawa Timur juga memiliki arti yang cukup penting dalam penyediaan barang dan jasa domestik
bagi propinsi Nusa Tenggara Barat. Barang-barang dan jasa yang dibutuhkan oleh Nusa Tenggara Barat, sebanyak 15.2 persen diimpor dari Jawa Timur. Sedangkan
propinsi Bali hanya memberikan kontribusi 2.9 persen bagi penyediaan barang dan jasa di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
6.4. Komparasi Struktur Perekonomian dan Perdagangan Antar Propinsi
Berdasarkan pemaparan pada sub-bab terdahulu, maka dapak dilihat bahwa propinsi Jawa Timur merupakan propinsi terbesar dilihat dari penawaran
dan permintaan output, nilai tambah bruto, dan ketersediaan tenaga kerja, sebagaimana disajikan pada Tabel 41. Propinsi Jawa Timur menguasai pangsa
sebesar 13.4 persen dari output nasional, 14.7 persen dari PDB Indonesia, dan 3.6 persen dari tenaga kerja Indonesia. Sementara itu, propinsi Nusa Tenggara barat
menguasai panggsa terkecil, yaitu pangsa output sebesar 0.7 persen, pangsa nilai tambah bruto sebesar 0.9 persen, dan pangsa tenaga kerja sebesar 0.8 persen.
Tabel 40. Nilai Impor Propinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Asal Impor
Nilai No. Asal
Impor Milyar Rp
1 Jawa Timur
659.9 15.2 2 Bali
129.7 2.9
3 Rest of Indonesia
713.6 16.4 4
Impor Domestik 1+2+3 1 503.2
34.5 5
Luar Negeri 2 837.0
65.5 Jumlah
4 340.2 100
170
Tabel 41. Komparasi Nilai Output, Nilai Tambah Bruto, dan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Indonesia
Propinsi Output Milyar Rp
Nilai Tambah Bruto
Milyar Rp Tenaga
Kerja Juta Orang
Jawa Timur 361 735.1 13.4
196 350.3 14.7 3.3 3.6
Bali 39 194.3 1.4
19 421.3 1.4 3.13.3
Nusa Tenggara Barat 20 265.4 0.7
12 461.6 0.9 0.760.8
ROI 2 282 970.1 84.5
1 100 852.5 83.0 85.492.3
INDONESIA 2 704 164.9 100
1 329.085.8100 92.5 100
Keterangan : angka dalam kurung menyatakan pangsa dalam persen. Pada Tabel 42. dapat dilihat bahwa ketiga propinsi terkait mengalami
surplus perdagangan. Propinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat mengalami surplus perdagangan pada perdagangan luar negeri, tetapi mengalami defisit pada
perdagangan domestik. Sebaliknya terjadi pada propinsi Jawa Timur, surplus perdagangan terjadi pada perdagangan domestik, tetapi pada perdagangan luar
negeri mengalami defisit sebesar Rp. 1 272 milyar. Perdagangan Jawa Timur dengan propinsi Bali dan propinsi Nusa
Tenggara Barat mengalami surplus Tabel 43. Hal ini dapat dilihat dari nilai ekspor propinsi Jawa Timur ke propinsi Bali dan propinsi Nusa Tenggara Barat
nilainya lebih besar dari nilai impor yang berasal dari kedua daerah tersebut. Barang dan jasa yang di ekspor dari Jawa Timur ke Bali terutama barang-barang
yang termasuk dalam kelompok sektor : 1 industri makanan, minuman, dan tembakau, 2 semen dan bahan bangunan lainnya, 3 listrik, gas, dan air bersih;
4 jasa-jasa, 5 industri tekstil, barang dari kulit, dan alaski, dan lain-lainnya. Sedangakan barang dan jasa yang diekspor dari propinsi Jawa Timur ke Nusa
Tenggara Barat adalah barang yang termasuk kelompok sektor : 1 industri makanan, minuman, dan tembakau, 2 jasa perdagangan, 3 industri kimia, 4
jasa-jasa lainnya.
171
Tabel 42. Komparasi Perdagangan Propinsi Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat
Propinsi Keterangan
Jawa Timur Bali
NTB Ekspor Milyar Rp
120 368 15 352.3
6 019.8 Impor Milyar Rp
92 715 8 238.2
4 340.2 Neraca Domestik Milyar Rp
28 925 -1 481.8
-434.6 Neraca Luar Neger Milyar Rp
- 1 272 8 595.9
2 114.3 Neraca Perdagangan Total
Milyar Rp 27 653
7 114.1 1 679.7
Pada Tabel 44. disajikan tabel perdagangan propinsi Bali. Perdagangan propinsi Bali dengan propinsi NTB mengalami surplus, sedangkan perdagangan
propinsi Bali dengan propinsi Jawa Timur dan wilayah lainnya yang termasuk dalam Rest of Indonesia, mengalami defisit. Propinsi Bali mengalami surplus
perdagangan luar negeri. Ekspor barang dan jasa dari Bali ke luar negeri adalah barang dan jasa yang termasuk kedalamkelompok sektor : 1 hotel dan restoran;
2 angkutan udara, 3 jasa perdagangan, 4 industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, 6 industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, dan lain-lainnya.
Sedangkan barang dan jasa yang diperdagangkanan secara domestik ke propinsi lain, termasuk perdagangan propinsi Bali ke Jawa Timur dan ke propinsi Nusa
Tenggara Barat, adalah kelompok barang dan jasa yang termasuk dalam sektor : 1 hotel dan restoran, 2 angkutan udara, 3 peternakan, 4 jasa perdagangan,
5 tanaman bahan makanan lainnya, 6 industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, dan sektor lainnya lain-lainnya.
172
Tabel 43. Nilai Ekspor dan Impor Propinsi Jawa Timur ke Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Rest of Indonesia, Domestik, dan Luar Negeri
Tujuan Ekspor Asal Impor
Nilai Milyar Rp
Share Total Ekspor
Total Impor Milyar Rp
Tujuan Ekspor a. Bali
1 874 1.56
b. NTB 660
0.55 c. ROI
72 001 59.82
d. Domestik a+b+c 74 535
61.93 e. Luar Negeri
45 833 38.07
120 368 100
Asal Impor
a. Bali 1 075.2
1.20 b. NTB
559.4 0.60
c. ROI 43 975.3
47.40 d. Domestik a +b+c
45 609.9 49.2
e. Luar Negeri 47 105.1
50.8 92 715.0
100 Sedangkan perdagangan propinsi Nusa Tenggara Barat dengan propinsi
Jawa Timur, propinsi Bali, dan Rest of Indonesia mengalami defisit. Secara domestik, perdagangan propinsi Nusa Tenggara Barat mengalami defisit. Hanya
saja, pada perdagangan luar negeri mengalami surplus yang lebih besar dibandingkan dengan defisit perdagangan domestik, sehingga total neraca
perdagangan propinsi NTB mengalami surplus Tabel 45. Barang dan jasa yang di perdagangkan ke luar negeri adalah barang dan jasa yang termasuk kelompok
sektor : 1 pertambangan batu bara, biji logam, dan penggalian lainnya, 2 perdagangan, 3 angkutan darat, 4 industri barang dari kayu dan hasil hutan
lainnya, dan lain-lainnya. Sedangkan perdagangan barang dan jasa secara domestik, termasuk di dalamnya ke propinsi Jawa Timur dan Bali, adalah barang
dan jasa yang termasuk kedalam kelompok sektor : 1 pertambangan batu bara, biji logam, dan penggalian lainnya, 2 tanaman bahan makanan lainnya, 3
tanaman perkebunan, 4 peternakan, 5 industri makanan, minuman, dan tembakau, 6 jasa perdagangan, 7 indutri lainnya.
173
Tabel 44. Nilai Ekspor dan Impor Propinsi Bali ke Propinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Rest of Indonesia, Domestik, dan Luar Negeri
Tujuan Ekspor Asal Impor
Nilai Milyar Rp
Share Total Ekspor
Total Impor Milyar Rp
Tujuan Ekspor a. Jawa Timur
1 075 7.00
b. NTB 129
0.84 c. ROI
1 697 11.05
d. Domestik a+b+c 2 901
18.89 e. Luar Negeri
12 450 81.11
15 352 100
Asal Impor
a. Jawa Timur 1 873.4
22.7 b. NTB
78.3 0.9
c. ROI 2 436
29.6 d. Domestik a+b+c
4 383.2 53.2
e. Luar Negeri 3 854.4
46.8 8 238.2
100 Bila dikaitkan dengan teori pusat pertumbuhan, maka dapat dikatakan
bahwa propinsi Jawa Timur yang merupakan propinsi besar bila dibandingkan dengan kedua propinsi lainnya, ternyata mendominasi perdagangan antar
propinsi terkait. Propinsi Jawa Timur juga mengalami surplus neraca perdagangan domestik cukup besar, sehingga sangat layak menjadi salah satu
pusat perdagangan atau simpul distribusi barang dan jasa ke wilayah Indonesia bagian timur. Dalam kondisi seperti ini, propinsi Bali dan propinsi Nusa Tenggara
Barat seharusnya dapat memanfaatkan peluang pasar yang ada di Jawa Timur, dan bisa menjadikan Jawa Timur sebagai alternatif pasar domestik bagi produk barang
dan jasa yang di produksi di propinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat.
174
Tabel 45. Nilai Ekspor dan Impor Propinsi Nusa Tenggara Barat ke Propinsi Jawa Timur, Bali, Rest of Indonesia, Domestik, dan Luar Negeri
Tujuan Ekspor Asal Impor
Nilai Milyar Rp
Share Total Ekspor
Total Impor Milyar Rp
Tujuan Ekspor a. Jawa Timur
559.4 9.30
b. Bali 78.3
1.23 c. ROI
435.4 7.23
d. Domestik a+b+c 1 068.6
17.76 e. Luar Negeri
4 951.2 82.24
6 019.8 100
Asal Impor
a. Jawa Timur 659.9
15.2 b. Bali
129.7 2.9
c. ROI 713.6
16.4 d. Domestik a+b+c
1 503.2 34.5
e. Luar Negeri 2 837.0
65.5 4 340.2
100
175
VII. PERANAN SEKTOR UNGGULAN
7.1. Pemilihan Sektor Unggulan Di Masing-masing Propinsi Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam metode penelitian,
kriteria sektor unggulan ditetapkan berdasarkan : 1. Sumbangan sektor produksi tersebut pada total output di masing-masing
propinsi share output. 2. Sumbangan sektor tersebut terhadap nilai tambah bruto pendapatan regional
di masing-masing propinsi share PDRB . 3. Daya penyebaran DP dan derajat kepekaan DK, yang merukapakan
keterkaitan sektoral ke hulu dan ke hilir forward and backward linkages terhadap sektor produksi lainnya.
4. Nilai multiplier output, multiplier nilai tambah bruto, dan multiplier tenaga kerja.
5. Prospek sektor tersebut dimasa yang akan datang, dengan melihat potensi masing-masing propinsi dan rata-rata pertumbuhan sektor tersebut pada tahun
2000-2003, dan juga dengan mempertimbangkan kondisi daerah atau propinsi masing-masing.
Kemudian dilakukan pembobotan atau skoring pada sektor produksi di masing-masing propinsi, dan yang terpilih sebagai sektor unggulan adalah sektor
yang memiliki nilai komulatif yang paling besar. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, akhirnya diperoleh sektor unggulan dimasing-masing propinsi sebagai
berikut lihat Tabel 46 : 1.
Di Propinsi Jawa Timur terpilih sebagai sektor unggulan adalah : sektor perdagangan memperoleh nilai 21, dan sektor industri makanan minuman dan
tembakau sektor MMT memperoleh nilai 20. 2.
Di Propinsi Bali terpilih sebagai sektor unggulan adalah sektor peternakan dengan nilai komulatif 23, dan sektor hotel dan restoran memperoleh nilai 20.
3. Di Propinsi Nusa Tenggara Barat terpilih sebagai sektor unggulan adalah
sektor industri makanan, minuman, dan tembakau sektor MMT dengan nilai komulatif 20, dan sektor hotel dan restoran dengan nilai 17.