161
6.3.5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan
Seperti halnya analisis keterkaitan dua propinsi terdahulu, analisis keterkaitan antar sektor produksi di Propinsi Nusa tenggara Barat dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu daya mengait ke sektor hulu backward linkage atau disebut juga daya penyebaran, dan daya dorong ke sektor hilir forward linkage atau
biasa disebut derajat kepekaan. Dari daya penyebaran dan derajat kepekaan ini diperoleh indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Kedua analisis di
atas dapat digunakan sebagai pedoman untuk menganalisis dan menentukan sektor-sektor kunci key sector yang akan dikembangkan dalam pembangunan
ekonomi di propinsi Nusa Tenggara Barat. Sektor yang memiliki daya penyebaran yang tinggi mengidikasikan sektor
tersebut memiliki keterkaitan kedepan atau daya dorong yang cukup kuat dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sebaliknya sektor yang memiliki
derajat kepekaan tinggi berarti sektor tersebut memiliki ketergantungan kepekaan yang tinggi terhadap sektor lain. Pada Lampiran 13. disajikan secara
lengkap indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan sektor produksi di propinsi Nusa Tenggara Barat.
Adapun indeks daya penyebaran memberikan indikasi bahwa, bahwa sektor-sektor yang memiliki indeks daya penyebaran lebih dari satu, berarti daya
penyebaran sektor tersebut diatas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertian yang sama juga berlaku untuk indeks derajat kepekaan, dimana yang
mempunyai indeks derajat kepekaan lebih dari satu, berarti derajat kepekaan sektor tersebut di atas derajat kepekaan rata-rata secara keseluruhan.
Berdasarkan Tabel 36. dapat dilihat sektor-sektor produksi mana saja di propinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki daya penyebaran tinggi. Di propinsi
Nusa Tenggara Barat ada 10 sektor produksi yang memiliki daya penyebaran diatas rata-rata nilai indeks daya penyebaran di atas satu, dengan indeks daya
penyebaran berkisar antara 1.0128 sampai dengan 1.3662. Indeks daya
penyebaran yang tertinggi di propinsi Nusa Tenggara Barat adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai 1.3662. Hal ini menunjukkan
bahwa kenaikan 1satu unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya
162
output sektor-sektor lain termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan sebesar 1.3662 unit. Selanjutnya diikuti oleh sektor hotel dan restoran, sektor industri
dasar besi dan baja, sektor peternakan dan hasilnya, sektor industri tekstil barang dari kulit dan alas kaki, termasuk kedalam lima besar sektor produksi dengan daya
penyebaran tinggi, dengan nilai indeks daya penyebaran secara berturut-turut: 1.3180, 1.2802, 1.2509, dan 1.2335.
Pada Tabel 37. dapat dilihat sektor-sektor yang memiliki derajat kepekaan tinggi di atas rata-rata sektor lainnya dengan nilai indeks derajat kepekaan lebih
besar daripada satu. Ada enam sektor-sektor produksi di Nusa Tenggara Barat yang memiliki indeks derajat kepekaan tinggi, dengan nilai indeks lebih besar
daripada satu. Indeks derajat kepekaan tertinggi ada pada sektor perdagangan dengan indeks 1.5958. Selanjutnya secara berturut-turut ditempati oleh sektor padi
dengan indeks 1.5059, sektor industri makanan minuman dan tembakau dengan indeks 1.4124, sektor angkutan darat dengan indeks 1.1744, sektor kehutanan
dengan indeks 1.0177, dan sektor industri dasar besi dan baja dengan indeks 1.0029.
Tabel 36. Sektor Produksi yang Memiliki Daya Penyebaran Tinggi di Propinsi Nusa Tenggara Barat
No Sektor Produksi
Indeks Daya
Penyebaran
1 10 Industri makanan minuman dan tembakau 1.3662
2 23 Hotel dan Restoran 1.3180
3 16 Industri dasar besi dan baja 1.2802
4 4 Peternakan dan hasilnya
1.2509 5 11 Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki
1.2335 6 17 Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya
1.1474 7 25 Angkutan Air
1.0945 8 12 Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya
1.0855 9 26 Angkutan Udara
1.0552 10 21 Bangunan
1.0128
163
Tabel 37. Sektor Produksi yang Memiliki Derajat Kepekaan Tinggi di Propinsi
Nusa Tenggara Barat No. Sektor
Indeks Derajat
Kepekaan 1 22 Perdagangan
1.5958 2 1
Padi 1.5095
3 10 Industri makanan minuman dan tembakau 1.4124
4 24 Angkutan Darat
1.1744 5 5
Kehutanan 1.0177
6 16 Industri dasar besi dan baja 1.0029
Berdasarkan indeks daya penyebaran DP dan indeks derajat kepekaan DK ini, sektor-sektor produksi di Nusa Tenggara Barat dapat dikelompokkan
sebagai menjadi : 1 kelompok sektor dengan DP dan DK tinggi di atas rata- rata, 2 kelompok sektor dengan DP tinggi dan DK rendah, 3 kelompok sektor
dengan DP rendah dan DK tinggi, dan 4 adalah kelompok sektor dengan DP rendah dan DK rendah.
Setelah dilakukan pengelompokkan, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Kelompok sektor dengan DP tinggi dan DK tinggi adalah: sektor industri
makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri dasar besi dan baja. 2.
Kelompok sektor dengan DP tinggi dan DK rendah adalah : sektor peternakan dan hasilnya, sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sektor
industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, sektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya, sektor bangunan, sektor hotel dan restoran,
sektor angkutan air, dan sektor angkutan udara. 3.
Kelompok sektor dengan DP rendah dan DK tinggi adalah : sektor padi,
sektor kehutanan, sektor perdagangan, dan sektor angkutan air.
4. Kelompok sektor dengan DP rendah dan DK rendah adalah: sektor tanaman
bahan makanan lainnya, sektor tanaman perkebunan, sektor perikanan, sektor pertambangan minyak, gas dan panas bumi, sektor pertambangan batubara biji
logam dan penggalian lainnya, sektor pengilangan minyak bumi, sektor industri kertas dan barang dari cetakan, sektor industri kimia, barang dari
karet dan plastik, sektor industri semen dan bahan bangunan, sektor industri
164
barang dari logam, sektor industri lainnya, sektor listrik gas dan air bersih, sektor komunikasi, sektor lembaga keuangan, sektor pemerintahan umum dan
pertanahan, dan sektor jasa-jasa lainnya.
6.3.6. Perdagangan Propinsi Nusa Tenggara Barat Perdagangan antar wilayah antara propinsi Nusa Tenggara Barat dengan
propinsi Jawa Timur, Bali dan ROI, dapat dilihat pada struktur penawaran dan permintaan sektor produksi di propinsi Nusa Tenggara Barat. Sama halnya dengan
dua propinsi terdahulu, struktur permintaaan terhadap barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat menggambarkan berapa banyak barang dan jasa yang berasal dari
propinsi Nusa Tenggara Barat yang dipergunakan oleh Nusa Tenggara Barat sendiri, berapa banyak barang dan jasa yang diekspor ke Jawa Timur, Bali,
wilayah lain di Indonesia ROI, dan luar negeri, yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan faktor produksi dan konsumsi akhir. Sedangkan dari sisi
penawaran memperlihatkan berapa besar output barang dan jasa yang diproduksi oleh propinsi Nusa Tenggara Barat dan berapa banyak barang dan jasa yang
diimpor oleh propinsi Bali, dari propinsi Jawa Timur, daerah lain di Indonesia dan dari luar negeri.
Posisi perdagangan propinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2000 menunjukkan angka surplus sebesar Rp. 1 679.7 milyar, sebagaimana disajikan
pada Lampiran 14. Total nilai impor barang dan jasa propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar Rp. 4 340.2 milyar, dengan perincian impor domestik dari propinsi
lain di Indonesia bernilai Rp. 1 503.2 milyar 34.6 persen dari total impor sedangkan impor dari luar negeri bernilai Rp. 2 836.9 milyar 65.4 persen dari
total impor. Nilai ekspor propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar Rp. 6 019.8 milyar, dimana Rp. 1 068.6 milyar adalah ekspor domestik 17.7 persen dari nilai
ekspor total dan ekspor luar negeri sebesar Rp. 4 951.2 milyar 82.3 persen dari nilai ekspor total. Khusus untuk perdagangan luar negeri yang dilakukan oleh
propinsi Nusa Tenggara Barat, nilai ekspor luar negeri sebesar Rp.4 951.2 milyar dan nilai impor luar negeri sebesar Rp. 2 836.9 milyar, dengan demikian propinsi
165
Nusa Tenggara Barat mengalami surplus perdagangan luar negeri sebesar Rp 2 114.3 milyar.
Lima sektor di propinsi Nusa Tenggara Barat yang termasuk nilai impornya terbesar, secara berurutan adalah sektor-sektor :
1. Pertambangan batubara, biji logam dan penggalian lainnya dengan nilai impor Rp. 857.4 milyar, dengan komposisi 28.0 persen impor domestik, dan sisanya
72.0 persen diimpor dari luar negeri. 2. Bangunan dengan nilai impor Rp.788.8 milyar, dengan komposisi 21.6 persen
impor domestik dan 78.4 persen impor berasal dari luar negeri. 3. Angkutan darat dengan nilai impor Rp 743.5 milyar, dengan komposisi 29.3
persen impor domestik dan 70.7 persen impor dari luar negeri. 4. Perdagangan dengan nilai impor Rp.608.9 milyar, dengan komposisi 30.9
persen impor domestik dan 69.1 persen impor dari luar negeri. 5. Industri makanan dan tembakau dengan nilai impor Rp. 215.6 milyar, dengan
komposisi 81.9 persen impor domestik dan 18.1 persen impor berasal dari luar negeri.
Selanjutnya, lima sektor di propinsi Nusa Tenggara Barat dengan nilai ekspor terbesar, secara berurutan adalah sektor-sektor :
1. Pertambangan batubara, biji logam dan penggalian lainnya dengan nilai
ekspor Rp. 4 510.7 milyar, dengan komposisi 2.76 persen ekspor domestik ekspor ke luar Nusa Tenggara Barat tetapi masih di dalam wilayah Indonesia
dan sisanya 97.24 persen di ekspor ke luar negeri. 2.
Industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai ekspor Rp. 468.0 milyar, dengan komposisi 99.7 persen ekspor domestik, dan 0.3 persen di
ekspor keluar negeri. 3.
Tanaman perkebunan dengan nilai ekspor Rp. 276 milyar, dengan komposisi 100 persen ekspor domestik.
4. Perdagangan dengan nilai ekspor Rp.269.8 milyar, dengan komposisi 16.3
persen ekspor domestik, dan 83.7 persen diekspor ke luar negeri. 5.
Angkutan darat dengan nilai ekspor Rp. 162.4 milyar, dengan komposisi 2.5 persen ekspor domestik, dan 97.5 merupakan ekspor ke luar negeri.
166
Pada Tabel 38. disajikan sektor produksi di propinsi Nusa Tenggara Barat yang termasuk kategori 5 besar dalam impor dan ekspor, dan sektor-sektor yang
mengalami surplus atau defisit dalam perdagangan. Tabel 38. Lima Sektor Produksi dengan Nilai Impor, Ekspor, Surplus, dan Defisit
terbesar Dalam Perdagangan Propinsi Nusa Tenggara Barat Sektor Produksi
No. Urut Impor Ekspor Surplus
Defisit 1 Pertamb.
Batubara, biji logam, dan
penggalian lainnya
Pertamb. Batubara, biji
logam, dan penggalian
lainnya Pertamb.
Batubara, biji logam, dan
penggalian lainnya
Bangunan
2 Bangunan Industri
makanan, minuman, dan
tembakau Industri
makanan, minuman, dan
tembakau Angkutan darat
3 Angkutan Darat
Tanaman bahan makanan lainnya
Tanaman bahan makanan lainnya
Perdagangan 4 Perdagangan
Perdagangan Industri lainnya
Padi 5 Ind.makanan,
minuman dan tembakau
Angkutan darat Industri
dasar besi dan baja
Peternakan dan hasilnya
Ekspor Propinsi Nusa Tenggara Barat
Perdagangan barang dan jasa yang berasal dari propinsi Nusa Tenggara Barat ke propinsi Jawa Timur, Bali, dan propinsi-propinsi lainnya yang tergabung
dalam Rest of Indonesia ROI, berupa barang dan jasa yang dipergunakan untuk input produksi dan konsumsi akhir. Total permintaan barang dan jasa yang berasal
dari propinsi Nusa Tenggara Barat bernilai Rp. 20 265 milyar, dengan perncian untuk permintaan antara input produksi Rp.5 967 milyar, untuk konsumsi akhir
Rp.14 298 milyar. Bagian dari konsumsi akhir yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke luar negeri sebesar Rp. 4 951 milyar.
Selanjutnya pada Tabel 39. dapat dilihat perdagangan barang propinsi Nusa Tenggara Barat ke wilayah atau propinsi lain di dalam negeri ataupun
167
ekspor ke luar negeri. Barang dan jasa yang yang diproduksi di Nusa Tenggara Barat tetapi dipergunakan sebagai input produksi oleh sektor lainnya yang ada di
propinsi Nusa tenggara Barat sendiri bernilai Rp.5 453 milyar setara dengan 91.4 persen dari total permintaan antara, di ekspor ke propinsi Jawa timur nilainya Rp.
278 milyar setara dengan 4.7 persen, ekspor ke propinsi Bali nilainya hanya Rp. 47 milyar setara dengan 0.8 pesen, sedangkan ekspor ke seluruh propinsi lainnya
di Indonesia Rest of Indonesia ROI nilainya Rp. 189 milyar setara dengan 3.1 persen. Barang dan jasa yang di ekspor ke Jawa Timur dan Bali, yang digunakan
sebagai input produksi, jumlahnya hanya 5.5 persen dari total permintaan antara. Barang dan jasa yang diekspor ke kedua propinsi tersebut bervariasi mulai dari
produk-produk primer, sekunder dan tersier, tetapi dominan pada sektor primer pertanian dan pertambangan.
Tabel 39. Ekspor Propinsi Nusa Tenggara Barat ke Propinsi Jawa Timur, Bali, Rest of Indonesia, dan Luar Negeri
Nilai Milyar Rp No. Perdagangan
Sub-Total Total 1
Barang dan jasa untuk input produksi 5.967
a. Lokal Nusa Tenggara Barat 5 453 91.4
b. Ekspor ke Jawa Timur 2784.7
c. Ekspor ke Bali 470.8
d. Ekspor
Rest of Indonesia 1893.1 e. Ekspor domestik b+c+d
5148.6 2
Barang dan jasa untuk konsumsi akhir 14.298
a. Lokal Nusa Tenggara Barat 8 79361.5
b. Ekspor Jawa Timur 2822.0
c. Ekspor Bali 270.2
d. Ekspor
Rest of Indonesia 2461.7 e. Ekspor Domestik b+c+d
5553.9 f. Ekspor Luar Negeri
4 95134.6 3 Total
20.265 Keterangan : angka dalam kurung menunjukkan persen.
Permintaan barang dan jasa untuk konsumsi akhir di propinsi Nusa Tenggara Barat sendiri besarnya Rp. 8 793 milyar setara dengan 61.5 persen
dari seluruh permintaan akhir, ekspor barang dan jasa untuk konsumsi akhir di Jawa Timur besarnya Rp.282 milyar setara dengan 2.0 persen dari seluruh
168
permintaan akhir, ekspor barang dan jasa untuk konsumsi akhir di Bali Rp 27 milyar setara dengan 0.2 persen dari total permintaan akhir, ekspor ke propinsi
lainnya di Indonesia ROI besarnya Rp. 246 milyar setara dengan 1.7 persen dari total permintaan akhir, dan permintaan akhir untuk ekspor luar negeri sebesar Rp.
4 951 milyar atau setara dengan 34.6 persen dari total permintaan akhir. Ekspor barang dan jasa untuk konsumsi akhir ke propinsi Jawa Timur dan
Bali hanya sebesar 2.2 persen dari total permintaan akhir propinsi Nusa Tenggara Barat. Permintaan barang dan jasa oleh propinsi lain di Indonesia permintaan
domestik walaupun secara sektoral cukup bervariasi, tetapi konsumsi terbesar pada sektor primer.
Impor barang dan jasa oleh propinsi Nusa Tenggara Barat dimaksudkan sebagai komplemen barang dan jasa produksi lokal Nusa Tenggara Barat, untuk
memenuhi permintaan barang dan jasa. Total kebutuhan barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat senilai Rp.20 265.4 milyar, sedangkan nilai produksi lokal Nusa
Tenggara Barat nilainya Rp. 15 925.2 milyar. Kekurangannya barang dan jasa tersenut senilai Rp. 4 340.2 milyar diperoleh melalui impor dari wilayah lain di
Indonesia dan dari luar negeri. Pada Lampiran 15. disajikan struktur impor propinsi Nusa Tenggara Barat per sektoral.
Sebagaimana yang telah di uraikan pada sub-bab di depan, lima sektor di Nusa Tenggara Barat sebagai pengimpor terbesar adalah secara berturut-turut
adalah : sektor pertambangan batubara, biji logam, dan sektor penggalian lainnya, sektor bangunan, sektor angkutan darat, sektor perdagangan, dan sektor industri
makanan,minuman dan tembakau. Nilai impor barang dan jasa dari wilayah lain di indonesia impor domestik besarnya Rp.1 503.2 milyar setara dengan 34.5
persen dari total impor Nusa Tenggara Barat, dengan perincian impor yang berasal dari Jawa Timur nilainya Rp.659.9 milyar setara dengan 15.2 persen
dari total impor Nusa Tenggara Barat, impor dari Bali senilai Rp. 129.7 milyar setara dengan 2.9 persen dari total impor Nusa Tenggara Barat, dan sisanya
senilai Rp. 713.6 milyar diimpor dari Rest of Indonesia setara dengan 16.4 persen dari total impor Nusa Tenggara Barat. Impor barang dan jasa Nusa Tenggara
Timur senilai Rp.2 837.0 milyar berasal dari luar negeri setara dengan 65.5
169
persen dari total impor Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian, total impor Nusa Tenggara Barat senilai Rp.4 340.2 milyar , seperti yang disajikan pada Tabel 40.
Berdasarkan data impor di atas, ternyata propinsi Jawa Timur juga memiliki arti yang cukup penting dalam penyediaan barang dan jasa domestik
bagi propinsi Nusa Tenggara Barat. Barang-barang dan jasa yang dibutuhkan oleh Nusa Tenggara Barat, sebanyak 15.2 persen diimpor dari Jawa Timur. Sedangkan
propinsi Bali hanya memberikan kontribusi 2.9 persen bagi penyediaan barang dan jasa di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
6.4. Komparasi Struktur Perekonomian dan Perdagangan Antar Propinsi