159
Sama halnya dengan propinsi Jawa Timur dan propinsi Bali, nilai tambah bruto di propinsi Nusa Tenggara Barat pada komponen surplus usaha memberikan
sumbangan terbesar urutan pertama, sedangkan komponen upah dan gaji ada di urutan kedua. Padahal upah dan gaji adalah satu-satunya komponen nilai tambah
yang langsung diterima dibawa pulang oleh pekerja. Sebaliknya, komponen surplus usaha adalah merupakan nilai tambah yang diterima oleh pengusaha
entrepreneurship nilainya lebih besar dari 50 persen bila dibandingkan dengan upah dan gaji. Surplus usaha belum tentu dapat langsung dinikmati oleh oleh
masyarakat, karena surplus usaha tersebut sebagian ada yang simpan atau ditanam di perusahaan dalam bentuk laba ditahan retained earnings.
Tabel 34. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya di Propinsi Nusa Tenggara Barat
Nilai No. Keterangan
Milyar Rp 1.
Upah dan Gaji 4 318
34.7 2.
Surplus Usaha 6 936
55.7 3. Penyusutan
758 6.0
4. Pajak Tak Langsung
461 3.6
5. Subsidi 11
Jumlah 12.461
100
6.3.4. Struktur Permintaan Akhir
Pada Tabel 35. dapat dilihat bahwa struktur permintaan akhir propinsi Nusa Tenggara Barat dengan total nilai permintaan akhir sebesar Rp. 14 298.2
milyar. Nilai permintaan akhir untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga nilainya Rp.4 474.4 milyar setara dengan 31.3 persen dari total permintaan
akhir, pengeluaran untuk konsumsi pemerintah nilainya Rp.1 938.5 milyar setara dengan 13.6 persen dari total permintaan akhir, investasi atau pembentukan
modal tetap bruto nilainya Rp.2 219.9 milyar setara dengan 15.5 persen dari total permintaan akhir, perubahan stok nilainya Rp.159.9 milyar setara dengan 1.1
persen dari total permintaan akhir, dan ekspor barang dan jasa nilainya Rp.5 505.6 milyar setara dengan 38.5 persen dari total permintaan akhir.
160
Tabel 35. Struktur Permintaan Akhir Propinsi Nusa Tenggara Barat No
. Komponen Permintaan Akhir
Nilai Milyar Rp
Share Terhadap
Permintaan Akhir
Share Terhadap
PDRB 1 Konsumsi Rumah Tangga
4 474.4 31.3
44.9 2 Konsumsi Pemerintah
1 938.5 13.6
19.5 3 Pembentukan Modal tetap
2 219.9 15.5
22.3 4 Perubahan Stok
159.9 1.1
1.6 5 Ekspor total
5 505.6 38.5
55.3 6 Jumlah Permintaan Akhir
14 298.2 100.0
143.6 7 Impor total
4 340.2 30.4
43.6 PBRB
9 958.1 69.6
100.0
Bila kita bandingkan permintaan akhir propinsi Nusa Tenggara Barat dengan permintaan akhir dua propinsi lainnya propinsi Bali dan propinsi Jawa
Timur tampak ada perbedaan persentase yang signifikan dalam nilai atau besaran komponen permintaan akhir. Barang dan Jasa yang di produksi Nusa Tenggara
Barat, sebesar 38.5 persen merupakan permintaan akhir untuk ekspor, sedangkan di propinsi Jawa Timur sebesar 37.7 persen dari nilai permintaan akhir digunakan
untuk konsumsi rumah tangga, dan di propinsi Bali 58.3 persen permintaan akhir di Bali di ekspor keluar Bali, dan 51.6 persen diekspor ke luar negeri.
Bila struktur permintaan akhir propinsi Nusa Tenggara Barat dibandingkan dengan produk regional bruto PDRB propinsi Nusa Tenggara Barat, maka:
konsumsi rumah tangga menghabiskan 44.9 persen dari seluruh nilai tambah yang diciptakan di propinsi Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap bruto, dan perubahan stok masing-masing 19.5 persen, 22.3 persen, dan 1.6 persen dari seluruh nilai tambah tersebut. Permintaan barang
untuk ekspor mencapai 55.3 persen dari seluruh nilai tambah. Sebaliknya pembelian barang dan jasa impor nilainya Rp. 4 340.2 milyar atau sama dengan
43.6 persen.
161
6.3.5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan