179
Di propinsi Nusa Tenggara Barat, pertumbuhan sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 2.81 persen di propinsi Jawa Timur
mengakibatkan pertumbuhan output sebesar Rp. 2 996 juta atau sebesar 0.015 persen. Lima sektor produksi terbesar tumbuh sebesar Rp. 2 620 juta, atau sebesar
0.028 persen. Sedangkan 25 sektor produksi lainnya hanya tumbuh sebesar Rp. 376 juta 0.003 persen.
Lima sektor produksi di Nusa Tenggara Barat yang pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut adalah : 1 industri makanan, minuman dan tembakau, 2
sektor padi, 3 sektor tanaman bahan makanan lainnya, 4 sektor perdagangan, dan 5 sektor tanaman perkebunan, dengan nilai pertumbuhan secara berturut-
turut : Rp. 1 209 juta 0.051, Rp. 701 juta 0.050 persen, Rp. 437 juta 0.038 persen, Rp. 142 juta 0.007, dan Rp. 131 juta 0.006 persen.
Sedangkan di luar ketiga propinsi di atas, pada kelompok propinsi-propinsi yang dimasukkan dalam Rest of Indonesia ROI terjadi pertumbuhan output
sebesar Rp.158 906 juta 0.007 persen dari total output sebesar Rp. 2 282 970 131 juta.
7.2.2. Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto
Pertumbuhan permintaan akhir sektor industri makanan, minuman dan tembakau di Jawa Timur sebesar 2,81 persen, berdampak pada pertumbuhan nilai
tambah bruto di Propinsi Jawa Timur sendiri, propinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat. Dampak terbesar diterima oleh propinsi Jawa Timur sendiri, kemudian
diikuti oleh propinsi Nusa Tenggara Barat dan terakhir propinsi Bali. Tabel 48. menyajikan dampak pertumbuhan permintaan akhir pada sektor
industri makanan dan minuman di propinsi Jawa Timur sebesar 2.81 persen, atau sebesar Rp. 1 175 003 juta, mengakibatkan nilai tambah bruto di Jawa Timur
tumbuh sebesar Rp. 912 316 juta, atau 0.465 persen dari total nilai tambah bruto Jawa Timur yang besarnya Rp.196 350 344. Lima sektor produksi terbesar
tumbuh sebesar Rp.863 780 juta 0.96 persen. Sedangkan 25 sektor produksi lainnya hanya tumbuh sebesar Rp. 48 536 juta 0.055 persen.
180
Pertumbuhan terbesar terjadi di sektor industri makanan, minuman, dan tembakau dengan pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar Rp. 713 316 juta
1.978 persen. Selanjutnya diurutan kedua sampai kelima besar secara berurutan adalah: 2 sektor padi, 3 sektor perdagangan, 4 sektor jasa-jasa lainnya, dan
5 sektor tanaman bahan makanan lainnya, dengan nilai pertumbuhan secara berurutan sebesar: Rp.74 352 juta 0.983 persen, Rp. 34 344 juta 0.108 persen,
Rp. 31 375 juta 0.160 persen, dan Rp.10 314 juta 0.076 persen. Tabel 48. Dampak Pertumbuhan Sektor Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau di Propinsi Jawa Timur Sebesar 2,81 Persen, Terhadap Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto di Propinsi Jawa Timur, Propinsi
Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Rest of Indonesia
Pertumbuhan No. Sektor Produksi di Masing-masing
Propinsi Nilai Tambah
Bruto Juta Rp
Juta Rp I.
Propinsi Jawa Timur 196 350 344
912 316 0.465
10 Industri MMT
36 050 261 713 395
1.979 1
Padi 7 563 644
74 352 0.983
22 Perdagangan
31 812 410 34 344
0.108 30
Jasa-jasa lainnya 19 667 896
31 375 0.160
2 Tan. bahan makanan lainnya
13 565 846 10 314
0.076 Sub total 5 besar
108 660 057 863 780
0.795 Sektor lainnya 25 sektor
87 690 287 48 536
0.055 II
Propinsi Bali 19 421 327
1 135 0.006
26 Angkutan Udara
1 259 513 238
0.019 10
Industri MMT
242 375
190 0.078 23
Hotel dan Restoran 3 630 217
130 0.004
22 Perdagangan
2 642 282 111
0.004 1
Padi 965
608 109 0.011
Sub total 5 besar 8 739 995
778 0.009
Sektor lainnya 25 sektor 10 681 332
357 0.003
III Propinsi Nusa Tenggara Barat
12 461 556 1 540
0.012 10
Industri MMT
280 859
621 0.221
1 Padi 1 187 661
360 0.030
2 Tan. bahan makanan lainnya 998 317
225 0.023
22 Perdagangan 1 211 712
73 0.006
3 Tanaman
Perkebunan 269
566 68
0.025 Sub total 5 besar
3 948 115 1 347
0.034 Sektor lainnya 25 sektor
8 513 441 193
0.002 IV
Rest of Indonesia 1 100 852 548
81 687 0.007
181
Dampak pertumbuhan sektor industri makanan, minuman dan tembakau di Jawa Timur sebesar 2.81 persen, berdampak pada pertumbuhan nilai tambah
bruto di propinsi Bali sebesar Rp. 1 135 juta, atau sebesar 0.006 persen dari total nilai tambah bruto propinsi Bali yang besarnya Rp. 19 421 327 juta. Lima sektor
produksi terbesar di propinsi Bali tumbuh sebesar Rp. 778 juta 0.009 persen, sedangkan 25 sektor lainnya tumbuh sebesar Rp. 357 juta 0.003 persen.
Lima sektor produksi di Bali yang pertumbuhannya tertinggi secara berturut-turut adalah : 1 sektor angkutan udara, 2 industri makanan, minuman
dan tembakau, 3 sektor hotel dan restoran, 4 sektor perdagangan, dan 5 sektor padi, dengan nilai pertumbuhan secara berturut-turut : Rp. 238 juta
0.019, Rp. 190 juta 0.078 persen, Rp. 130 juta 0.004 persen, Rp. 111 juta 0.004, dan Rp. 109 juta 0.011 persen.
Di propinsi Nusa Tenggara Barat, pertumbuhan sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 2.81 persen di propinsi Jawa Timur,
mengakibatkan pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar Rp. 1 540 juta atau sebesar 0.012 persen. Lima sektor produksi terbesar tumbuh sebesar Rp. 1 347
juta, atau sebesar 0.034 persen. Sedangkan 25 sektor produksi lainnya hanya tumbuh sebesar Rp. 193 juta 0.002 persen.
Lima sektor produksi di Nusa Tenggara Barat yang pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut adalah : 1 industri makanan, minuman dan tembakau, 2
sektor padi, 3 sektor tanaman bahan makanan lainnya, 4 sektor perdagangan, dan 5 sektor tanaman perkebunan, dengan nilai pertumbuhan secara berturut-
turut : Rp. 621 juta 0.221, Rp. 360 juta 0.030 persen, Rp. 225 juta 0.023 persen, Rp. 73 juta 0.006, dan Rp. 68 juta 0.025 persen. Di luar ketiga
propinsi di atas, nilai tambah bruto kelompok propinsi-propinsi yang dimasukkan dalam Rest of Indonesia ROI sebesar Rp.81 687 juta 0.007 persen dari total
nilai tambah bruto sebesar Rp. 1 100 852 548 juta.
182
7.2.3. Dampak Terhadap Pertumbuhan Tenaga Kerja