memiliki pengaruh terhadap produksi benih ikan nila di Kecamatan Cisaat. Faktor produksi kapur dan tenaga kerja memiliki nilai t
hitung
masing-masing sebesar 0,09 X
5
dan 0,43 X
6
. Nilai-nilai t
hitung
tersebut pada taraf kepercayaan 90 persen nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai t
tabel
t
tabel
= 1,282. Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi kapur X
5
dan tenaga kerja X
6
secara nyata tidak berpengaruh terhadap produksi benih ikan nila yang dihasilkan,
namun dalam proses produksi kedua faktor tersebut sangat penting dan tidak bisa dihilangkan terutama tenaga kerja. Tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam
melakukan budidaya, namun jumlah waktu yang diperlukan tidak terlalu lama setiap harinya.
6.3 Analisis Skala Usaha Return to Scale
Return to Scale RTS digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha
budidaya yang dijalankan tersebut berada dalam kondisi kenaikan hasil yang semakin berkurang decrasing return to scale, kondisi kenaikan hasil yang tetap
constant return to scale, atau berada dalam kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah increasing return to scale. Berdasarkan hasil analisis pendugaan
fungsi produksi dapat diketahui nilai elastisitas dari masing-masing faktor produksi yang berasal dari nilai koefisien regresi.
Semua faktor produksi pada usaha pembenihan ikan nila memiliki nilai elastisitas yang positif. Faktor produksi yang memiliki nilai elastisitas yang cukup
besar adalah luas kolam, induk dan pakan dedak. Luas kolam memiliki nilai elastisitas sebesar 0,612, elastisitas untuk induk sebesar 0,182, sedangkan
elastisitas untuk pakan dedak sebesar 0,110. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap penambahan 1 persen dari penggunaan faktor produksi luas kolam, induk
dan pakan dedak akan meningkatkan produksi benih ikan nila masing-masing sebesar 0,612 persen; 0,182 persen, dan 0,110 persen, cateris paribus.
Faktor produksi pakan pitik, kapur dan tenaga kerja memiliki nilai elastisitas yang tidak terlalu besar. Pakan pitik memiliki nilai elastisitas sebesar 0,049,
elastisitas untuk kapur sebesar 0,005, sedangkan elastisitas untuk tenaga kerja sebesar 0,082. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap penambahan 1 persen dari
penggunaan faktor produksi pitik, kapur dan tenaga kerja akan meningkatkan produksi benih ikan nila masing-masing sebesar 0,049 persen; 0,005 persen, dan
0,082 persen, cateris paribus. Analisis Return to Scale dilakukan dengan menjumlahkan nilai elastisitas
dari semua variabel faktor produksi. Berdasarkan hasil penjumlahan dari nilai elastisitas dari faktor produksi luas kolam b
1
= 0,612, induk b
2
= 0,182, pakan dedak b
3
= 0,110, pitik b
4
= 0,049, kapur b
5
= 0,005, dan tenaga kerja b
6
= 0,082 diperoleh nilai sebesar 1,04. Nilai penjumlahan elastisitas tersebut
menunjukan lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat berada pada kondisi kenaikan hasil
yang semakin bertambah Increasing Return to Scale. Hal ini mengandung arti bahwa setiap penambahan faktor produksi secara proporsional sebesar satu satuan,
maka akan memberikan proporsi penambahan hasil produksi sebesar satu satuan. Kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah ini menunjukkan bahwa
penambahan output lebih besar proporsinya daripada penambahan input. Artinya petani ikan di Kecamatan Cisaat belum memanfaatkan input secara optimal,
sehingga petani tersebut masih berpeluang untuk mendapatkan keuntungan maksimum.
6.4 Analisis Optimalisasi