3. Pembenihan Intensif
Sistem pemeliharaam intensif adalah sistem pemeliharaan ikan yang paling modern. Pembenihan intensif merupakan cara mendapatkan benih yang sebagian
besar pengelolaan dilakukan oleh manusia. Dalam sistem ini umumnya sudah dilakukan manipulasi lingkungan atau penambahan jumlah dan jenis sarana
produksi yang digunakan. Dengan demikian dalam areal yang sempit dapat dilakukan aktivitas budidaya yang lebih besar dan cocok untuk lahan yang relatif
sempit. Pemanenan dari sistem ini bukan larva atau benih, melainkan telur. Telur diambil dari induk betina yang sedang mengeram. Kelebihan dari sistem ini
diantaranya tidak memerlukan tempat yang luas, proses pemijahan lebih cepat, hasilnya lebih tinggi dan benihnya tunggal kelamin.
2.1.3 Pemanenan Benih
Pemanenan dan penanganan benih memerlukan kecermatan, khususnya pada benih yang masih kecil. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi.
Menurut Arie 2003 di Indonesia terdapat dua cara panen, yaitu panen sebagian dan panen total.
1. Panen Sebagian
Panen sebagian biasanya menggunakan alat berupa anco. Anco dipasang di dalam kolam. Di dalam anco ditaburkan sedikit pakan agar benih ikan berkumpul
diatas anco itu. Setelah benih terkumpul, anco diangkat, kemudian benih diambil. Anco digunakan bila ingin menangkap benih dalam jumlah sedikit.
2. Panen Total
Alat-alat yang diperlukan untuk panen total adalah beberapa buah baskom, beberapa buah ember, pikulan ikan, anco, dan seser dalam berbagai ukuran. Untuk
menampung benih disediakan wadah-wadah yang lebih besar, seperti bak-bak semen di dalam ruangan terutama pada usaha pembenihan skala besar, dan
beberapa buah hapa. Saat panen benih, air kolam disurutkan secara perlahan hingga mencapai ketinggian 10-30 cm. Pada saat itu, pemanen turun dalam kolam
untuk mengatur sisa air agar mengalir kearah pintu pembuangan melalui parit kemalir yang terdapat di tengah dasar kolam. Kemudian benih ikan digiring
perlahan-lahan kearah parit kemalir. Pemanenan harus dilakukan hati-hati agar tubuh benih tidak lecet.
Benih yang dipanen dimasukkan dalam ember dan ditampung dalam hapa besar. Hapa ini dipasang tidak jauh dari lokasi panen. Air harus tetap mengalir
dalam hapa, tetapi bukan air dari kolam yang sedang dipanen agar benih tidak stres Arie, 2003.
Alat panen dapat menyebabkan lecet pada benih. Oleh karena itu, alat panen harus terbuat dari bahan yang halus. Apabila menggunakan Waring, bahannya
harus kain. Sementara hapanya harus terbuat dari kain terilin atau bahan nilon halus. Penampungan dalam hapa tidak boleh terlalu padat karena menyebabkan
ikan mabuk. Sebelum ditangani lebih lanjut, benih hasil panen dibiarkan selama semalam agar segar kembali Arie, 2003.
2.1.4 Pengangkutan Benih
Pengangkutan ada bermacam-macam walaupun prinsip utamanya sama, yaitu membuat benih hidup hingga di tempat tujuan. Sistem pengangkutan sangat
tergantung jarak, jumlah dan ukuran benih, serta alat angkut. Menurut Arie 2003, sistem pengangkutan ikan nila dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup.
1. Pengangkutan Sistem Terbuka
Pengangkutan ini merupakan cara angkut air dalam wadah angkutnya dapat kontak langsung dengan udara. Sistem ini hanya dapat dilakukan untuk jarak
dekat dan waktu tempuh singkat. Alat angkutnya dapat berupa keramba atau ember. Sebenarnya cara ini sangat cocok untuk pengangkutan ikan ukuran
konsumsi karena sirip-siripnya tidak akan menganggu alat angkut, oleh karena itu pengangkutan benih pun masih dapat ditolerir.
2. Pengangkutan Sistem Tertutup
Pengangkutan ini merupakan sistem angkut yang air dalam wadah angkutnya tidak kontak langsung dengan udara. Agar kebutuhan oksigen
terpenuhi, setiap wadah diisi air dan oksigen dengan perbandingan sama. Sistem ini sangat cocok untuk pengangkutan benih ukuran kecil karena
wadah angkutnya tidak terganggu oleh siripnya. Ikan ukuran konsumsi tidak cocok digunakan karena sisip dapat merusak wadah angkut. Jarak angkutnya
dapat jauh atau waktu tempuhnya sekitar 8 - 12 jam. Wadah yang digunakan adalah kantung plastik lebar 40 - 50 cm dan tinggi 60 - 80 cm dengan ketebalan
0,2 - 0,4 mm. Pengangkutan tertutup ini dipengaruhi oleh waktu, kepadatan, dan cara
pengemasannya. Waktu pengangkutan yang baik adalah pagi atau malam hari. Untuk itu, lama pengangkutannya pun harus diperhitungkan agar suhu udara tetap
rendah selama pengangkutan. Pengangkutan ini diawali dengan pemotongan kantung plastik sepanjang
dua meter. Bagian tengah kantung diikat sehingga membentuk dua bagian. Salah satu bagiannya dimasukkan ke bagian lain sehingga kantung menjadi dua lapis
dengan panjang sekitar satu meter. Selanjutnya kantung ini diisi dengan air 20 liter dan diikuti pemasukan benih. Apabila seluruh benih sudah dimasukkan,
kantung diisi oksigen sebanyak 20 liter dan diikat karet sampai rapat, agar tidak ada kebocoran sedikitpun. Jumlah oksigen tersebut dapat bertahan hingga 8 - 10
jam.
2.2 Faktor Produksi