2.4 Studi Terdahulu
Penelitian mengenai ikan nila sebelumnya sudah pernah dilakukan, terutama nila GIFT. Kusdanu 2004 pernah mengkaji mengenai prospek pengembangan
usaha pembesaran ikan nila GIFT dengan menggunakan metode perhitungan analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Berdasarkan perhitungan analisis
usaha menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan nila GIFT dengan kepemilikan rata-rata 20 unit kolam lebih menguntungkan daripada kepemilikan rata-rata 8
unit kolam, walaupun begitu usaha ini dinyatakan layak untuk diusahakan selama umur proyek. Sama halnya dengan Irianni 2006 yang melakukan analisis
kelayakan finansial pembenihan dan pendederan ikan nila, dimana produk dan alat analisis yang digunakan sama. Perbedaan yang ada hanya dalam hal kegiatan
budidaya yaitu pembenihan, pendederan atau pembesaran. Mardliyah 2002 melakukan penelitian mengenai tingkat produktivitas
usaha pembenihan nila GIFT dengan memperbandingkan pola polikultur dengan monokultur. Perbandingan kedua pola tersebut dilakukan untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi petani dalam pengambilan keputusan. Metode yang digunakan adalah analisis
pendapatan usahatani untuk menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pola usaha tersebut menguntungkan, namun
usaha pembenihan dengan pola polikultur di Desa Kutasirna memiliki keuntungan yang lebih besar daripada pola monokultur.
Widiastuti 2005 melakukan penelitian mengenai optimalisasi penggunaan input dan analisis finansial pada usaha pembesaran ikan nila dalam jaring apung
di Jawa Tengah. Analisis optimalisasi dilakukan dengan menggunakan fungsi
Cobb-Douglas dan analisis kelayakan dilakukan dengan menghitung NPV, Net BC, dan IRR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa input variabel yang
berpengaruh nyata adalah volume jaring apung, benih, pakan, dan tenaga kerja. Berdasarkan analisis finansialnya usaha tersebut layak dengan nilai Net BC
sebesar 12,83. Sama halnya dengan penelitian Kesuma 2006 mengenai optimalisasi produksi ikan konsumsi air tawar dengan menggunakan linier
programming , dimana sumberdaya yang diduga tidak habis terpakai yaitu faktor
lahan, tenaga kerja, benih lele, pupuk, kapur, obat-obatan, pakan singkong dan pakan pelet. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka petani dapat
melakukan optimalisasi terhadap tingkat penggunaanya agar produksi bisa ditingkatkan.
Perbedaan terhadap penelitian yang dilakukan ini adalah bahwa optimalisasi produksi untuk kegiatan pembenihan belum pernah dilakukan dan lokasi yang
diteliti juga berbeda. Meskipun metode yang digunakan sama, tetapi akan memberikan hasil yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan.
BAB 3 KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Teori Produksi
Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara
variabel yang dijelaskan Y dan variabel yang menjelaskan Soekartawi,1994. Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan
adalah biasanya berupa input. Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y = f X
1
,X
2
,X
3
,X
4
....,X
n
Dimana : Y = Jumlah produksi X
n
= Faktor – faktor produksi
Gambar 1. Hubungan antara Faktor Produksi dengan Jumlah Produksi