Analisis Fungsi Produksi HASIL DAN PEMBAHASAN

metode OLS berada antara d u dan 4-d u , yaitu 1,64 ≤2,31≤2,36, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masalah otokorelasi tidak terjadi.

6.2 Analisis Fungsi Produksi

Faktor produksi yang diduga berpengaruh pada usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat adalah luas kolam X 1 , induk ikan X 2 , pakan dedak X 3 , pakan pitik X 4 , kapur X 5 , dan tenaga kerja X 6 . Faktor-faktor produksi tersebut akan diolah bersama jumlah produksi selama satu tahun 22 siklus, yaitu dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Pertimbangan menggunakan satu tahun yaitu berdasarkan pengangkatan induk dan pengeringan kolam yang dilakukan rata-rata setiap satu tahun sekali. Sepanjang tahun, induk yang ada di kolam budidaya akan terus berproduksi menghasilkan benih setiap 15 hari. Sehingga dalam satu tahun terdapat 22 kali panen benih, dengan masa istirahat kolam selama satu bulan. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS diperoleh hasil pendugaan fungsi produksi seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi pada Usaha Pembenihan Ikan Nila GIFT di Kecamatan Cisaat, Tahun 2007 Variabel Koefisien Regresi t hitung Luas Kolam X 1 0,612 4,15 Induk X 2 0,182 2,21 Pakan Dedak X 3 0,110 1,67 Pakan PitikX 4 0,049 1,42 Kapur X 5 0,005 0,09 Tenaga Kerja X 6 0,082 0,43 Konstanta -1,70 R 2 0,915 t tabel 1,282 F hitung 59,55 F tabel 2,36 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Keterangan : = Nyata pada taraf kepercayaan 90 Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square diperoleh nilai koefisien regresi dari keenam variabel yang diduga mempengaruhi output. Berdasarkan nilai koefisien regresi tersebut dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Ln Y = - 1.70 + 0.612 Ln X 1 + 0.182 Ln X 2 + 0.110 Ln X 3 + 0.049 Ln X 4 + 0.005 Ln X 5 + 0.082 Ln X 6 Persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan lain yaitu persamaan kuadratik. Persamaan kuadratik ini merupakan salah satu cara untuk mempermudah penyelesaian metode OLS. Persamaan tersebut sebagai berikut: Y = 0,183 . X 1 0.612 . X 2 0.182 . X 3 0.110 . X 4 0.049 . X 5 0.005 . X 6 0.082 Tabel 14 menunjukkan bahwa koefisien determinasi R 2 dengan menggunakan enam variabel bebas sebesar 0,915. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,5 persen variasi produksi usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi yang digunakan, antara lain luas kolam X 1 , induk ikan X 2 , pakan dedak X 3 , pakan pitik X 4 , kapur X 5 , dan tenaga kerja X 6 . Sedangkan sisanya sebesar 8,5 persen menjelaskan bahwa variasi produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model pendugaan fungsi produksi seperti hama dan penyakit. Ikan nila GIFT memang termasuk jenis ikan yang relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Namun, bukan berarti usaha pembenihan ikan nila sepenuhnya terbebas dari ancaman serangan hama dan penyakit. Hasil uji F pada taraf kepercayaan 90 persen menunjukkan bahwa nilai F hitung yang dihasilkan sebesar 59,55 dan nilai F tabel sebesar 2,36 artinya nilai F hitung lebih besar dibandingkan nilai F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi tersebut mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi benih ikan nila. Hal ini dapat dilihat jika terjadi penambahan luas kolam, maka jumlah penggunaan induk ikan harus ditambah pula sesuai dengan proporsi penambahan luas kolam. Dengan menambah jumlah induk berarti pakan yang dibutuhkan akan semakin banyak baik untuk pakan dedak maupun pitik. Selain itu, dengan menambah luas kolam maka jumlah penggunaan kapur dan tenaga kerja juga dapat bertambah walaupun penambahannya tidak terlalu signifikan seperti untuk induk dan pakan. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat diketahui bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempunyai peranan dalam meningkatkan produksi benih ikan. Berdasarkan nilai koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi, maka dapat diketahui apakah dengan menambah satu satuan faktor produksi dapat meningkatkan atau menurunkan produksi. Pedoman yang digunakan dalam menentukan adanya peningkatan atau penurunan produksi ini adalah dilihat dari tanda positif atau negatif dari nilai koefisien regresi. Tanda positif berarti terjadi peningkatan produksi, sedangkan tanda negatif berarti terjadi penurunan produksi. Luas kolam X 1 memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,612, artinya setiap penambahan luas kolam sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi benih ikan nila yang dihasilkan sebesar 0,612 persen. Hal ini diduga dengan menambah luasan kolam maka petani ikan dapat menambah jumlah induk ikan nila sehingga akan semakin banyak benih ikan nila yang dihasilkan pada setiap siklusnya. Induk ikan X 2 memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,182, artinya setiap penambahan penebaran induk ikan sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi benih ikan nila sebesar 0,182 persen. Hal ini diduga dengan bertambahnya jumlah induk ikan maka produksi benih ikan yang dihasilkan juga akan ikut bertambah. Penambahan induk ini tentunya harus dibarengi pula dengan penambahan luas kolam agar tidak terjadi kepadatan. Kepadatan jumlah induk dalam kolam akan menyebabkan induk menjadi stress sehingga kemampuan induk dalam bertelur menurun, selain itu juga dapat menyebabkan kematian. Pakan dedak X 3 memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,110, artinya setiap penambahan pakan dedak sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi benih ikan nila sebesar 0,110 persen. Hal ini diduga dengan bertambahnya jumlah pemberian pakan dedak terhadap induk ikan, maka fekunditas induk tersebut akan semakin bagus. Sehingga kemampuan induk ikan dalam menghasilkan telur menjadi lebih besar. Pakan pitik X 4 memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,049, artinya setiap penambahan pakan pitik sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi benih ikan nila sebesar 0,049 persen. Adanya penambahan pitik sebesar 1 hanya mempunyai pengaruh yang kecil 0,049 terhadap produksi, hal ini diduga bahwa pitik ini hanya sebagai pakan tambahan dalam campuran pakan utamanya yaitu dedak. Tabel 14 juga menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji t, faktor produksi luas kolam X 1 memiliki nilai t hitung sebesar 4,15, induk ikan X 2 sebesar 2,21, pakan dedak X 3 sebesar 1,67 dan pitik X 4 sebesar 1,42. Nilai-nilai t hitung tersebut pada taraf kepercayaan 90 persen nilainya lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel t tabel = 1,282. Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi luas kolam X 1 , induk ikan X 2 , pakan dedak X 3 , dan pitik X 4 secara nyata memiliki pengaruh terhadap produksi benih ikan nila di Kecamatan Cisaat. Faktor produksi kapur dan tenaga kerja memiliki nilai t hitung masing-masing sebesar 0,09 X 5 dan 0,43 X 6 . Nilai-nilai t hitung tersebut pada taraf kepercayaan 90 persen nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel t tabel = 1,282. Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi kapur X 5 dan tenaga kerja X 6 secara nyata tidak berpengaruh terhadap produksi benih ikan nila yang dihasilkan, namun dalam proses produksi kedua faktor tersebut sangat penting dan tidak bisa dihilangkan terutama tenaga kerja. Tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam melakukan budidaya, namun jumlah waktu yang diperlukan tidak terlalu lama setiap harinya.

6.3 Analisis Skala Usaha Return to Scale