Perumusan Masalah Analisis kelayakan usaha peternakan kelinci asep’s rabbit project, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Jawa Barat

Peluang pasar luar negeri untuk ternak kelinci maupun hasil olahannya cukup besar, kelinci dapat diperdagangkan langsung sebagai hewan peliharaan atau hewan hias sedangkan daging kelinci dapat dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu sebagai abon, sosis, bakso, dan dendeng. Kulit dan bulu dapat dijadikan bahan pakaian atau kerajinan lain seperti topi, dompet dan sebagainya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Volume Ekspor Komoditas Peternakan Ton No. Komoditas 2002 2003 2004 2005 1. Sapi 77.677 111.432 19.164 87.546 2. Kelinci 570 16.793 18.385 60.000 4. Kambing 39.074 1.708 387 1.228 5. Ayam 2.346.322 2.760.691 100.867 316 Sumber : BPS diolah Pusdatin DEPTAN 2007 Pada Tabel 5 terlihat bahwa ekspor kelinci Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan pada tahun 2005 menduduki posisi di bawah sapi dilihat dari volume ekspornya. Peningkatan ekspor dari tahun 2002 ke 2003 sebesar 29 persen, tahun 2003 ke 2004 sebesar 10 persen, dan peningkatan yang paling signifikan yaitu sebesar 69 persen pada tahun 2004 ke 2005. Hal ini berarti bahwa adanya peluang pasar yang sangat besar di luar negeri sehingga para peternak kelinci kita harus bisa menangkap peluang ini dengan menghasilkan kelinci-kelinci berkualitas dan berdaya saing tinggi.

1.2 Perumusan Masalah

Volume ekspor Indonesia pada komoditas kelinci sangat baik, hal ini ditunjukan dengan peningkatan volume ekspor setiap tahunnya. Pada tahun 2002 volume ekspor komoditas kelinci berjumlah 570 ekor, tahun 2003 berjumlah 16.793 ekor, tahun 2004 berjumlah 18.385, dan tahun 2005 berjumlah 60.000 ekor. Peningkatan ekspor dari tahun 2002 ke 2003 sebesar 29 persen, tahun 2003 ke 2004 sebesar 10 persen, dan peningkatan yang paling signifikan yaitu sebesar 69 persen. Salah satu peternak kelinci di kawasan Lembang yang sudah sangat dikenal oleh para hobbyist dan peternak lainnya di daerah Bandung adalah Asep Sutisna dengan peternakan kelincinya bernama Asep’s Rabbit Project. Asep’s Rabbit Project berternak sekitar 200 jenis kelinci hias dan juga menyediakan kelinci potong bila ada pesanan. Asep’s Rabbit Project memiliki lahan yang tidak begitu luas hanya kurang lebih 200 m 2 tetapi di dalamnya terdapat kandang yang berjajar rapi membentuk 4 baris memanjang. Kandang yang dipergunakan untuk berternak kelinci sangat terjaga kebersihannya sehingga menjamin bahwa ternak yang ada di dalamnya sehat dan terawat. Selain berternak kelinci Asep’s Rabbit Project juga memproduksi pakan konsentrat bagi kelinci yang berbentuk pellet, pakan yang diproduksi oleh Asep’s Rabbit Project ditujukan untuk konsumsi sendiri oleh karena itu bahan baku serta komposisinya dijaga keseimbangannya sehingga sangat cocok untuk berbagai jenis kelinci yang terdapat di peternakan. Biaya investasi awal yang harus dikeluarkan pemilik untuk menjalankan usaha peternakan kelinci ini sangat besar, karena pemilik harus mengimpor indukan dari luar negeri agar hasil produksi baik dan harga yang diterima tinggi. Indukan yang diimpor dari luar negeri ini memiliki kualitas yang relatif lebih baik dan unggul bila dibandingkan dengan kelinci-kelinci lokal. Harga indukan yang diimpor dari luar negeri juga sangat fluktuatif tergantung pada nilai tukar mata uang rupiah. Manajemen yang dilakukan oleh pemilik Asep Rabbit Project masih bersifat sederhana. Perusahaan ini berbentuk perusahaan perseorangan, yaitu pemilik perusahaan sekaligus sebagai pengelola, pengawas peternakan, serta produksi pakan. Pemilik perusahaan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan setiap keputusan baik yang bersifat operasional maupun non- operasional. Pembukuan keuangan yang dilakukan pada perusahaan ini masih bersifat sederhana. Selain itu Asep’s Rabbit project juga belum dapat memenuhi jumlah permintaan pasar dalam kelinci hias dan kelinci pedaging. Demand terhadap anakan kelinci maupun pedaging belum banyak diambil oleh Asep’s Rabbit project karena adanya berbagai keterbatasan dalam usaha. Oleh karena itu Asep’s Rabbit Project memiliki rencana untuk mengembangkan skala usahanya. Dari uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah peternakan Asep’s Rabbit Project layak dijalankan ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen? 2. Apakah secara finansial usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project adalah layak? 3. Apakah proyek pengembangan usaha ini peka terhadap penurunan harga output, penurunan produksi, pengkatan harga indukan dan peningkatan harga pakan?

1.3 Tujuan Penelitian