Kontrol dalam Asep’s Rabbit Project ini dilakuan oleh Asep Sutisna selaku manajer dari peternakan, setiap harinya peternakan dikontrol secara teratur
setiap pagi, siang, dan sore hari. Pengontrolan ini terkait dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh para karyawan seperti : pemberian pakan, kebersihan
kandang, dan produksi pelet. Kontrol juga dilakukan secara rutin setiap bulannya sebelum hasil budidaya dipasarkan kepada pembeli, kontrol dilakukan untuk
menjaga kualitas dari kelinci agar pembeli puas terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh peternakan.
6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen
Terpenuhinya empat fungsi manajemen dalam peternakan kelinci ini meliputi Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling membuat usaha ini
layak untuk dijalankan karena semua aspek yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis seperti di atas telah dijalankan. Perencanaan yang baik oleh pemilik,
organisasi dan aktualisasi yang jelas pada perusahaan, serta kontrol yang baik terhadap semua aspek yang dijalankan dalam usaha.
6.4 Aspek Teknis Pemeliharaan Kelinci
Aspek teknis mengenai pemeliharaan anakan kelinci dan kelinci pedaging akan diuraikan pada teknik pemeliharaan yang dikembangkan berdasarkan usaha
budidaya anakan kelinci dan usaha budidaya kelinci pedaging.
6.4.1 Keragaan Usaha Budidaya Anakan Kelinci
Budidaya anakan kelinci pada Asep’s Rabbit Project pola usaha I dan II dilakukan dengan menggunakan teknik intensif, seperti penggunaan kandang yang
cukup lebar, makanan dan minum yang dijaga keteraturannya, dan bangunan kandang yang terjaga kebersihannya, selain itu juga pemberian obat yang teratur
pada saat kelinci terserang penyakit. Pengetahuan yang didapat pemilik tentang budidaya anakan kelinci didapat dari hasil pembelajaran otodidak dan juga
pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh asosiasi peternak kelinci internasional. Budidaya anakan kelinci ini mempunyai tujuan untuk memperoleh benih atau
anakan dengan usia sekitar satu bulan. Beberapa teknik budidaya anakan kelinci adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Tempat Budidaya Anakan Kelinci
Persiapan tempat budidaya terdiri atas pembuatan bangunan dan pembuatan kandang. Pembuatan bangunan terdiri atas kegiatan membangun
tempat perlindungan yang nantinya diletakkan kandang sebagi tempat budidaya kelinci. Kandang yang baik dan tepat merupakan suatu cerminan kesehatan
ternak. Kesehatan ternak yang terjaga stabilitasnya sangat besar pengaruhnya pada keberhasilan peternakan yang diprogramnya. Kelinci mudah sekali beradaptasi
terhadap berbagai bentuk kandang yang disediakan asalkan kondisinya memenuhi persyaratan kebutuhan hidup kelinci. Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain
Sarwono, 2001 : •
Lokasi Kandang Penempatan kandang yang baik yaitu pada lokasi yang mendapat sinar
matahari pagi, bersuhu sejuk, memiliki ventilasi sempurna, tempat yang kering, lingkungan tenang, dan tak jauh dari rumah.
• Lantai Kandang
Lantai kandang dapat dibuat dari kawat, bambu atau kayu, dan tanah. Bila memilih lantai dari kawat akan membuat otot kaki kelinci cepat lelah oleh
karena itu diperlukan papan kayu yang digunakan kelinci untuk
beristirahat. Lantai dari bambu atau kayu sangat baik untuk pertumbuhan kelinci. Sedangkan lantai dari tanah sebaiknya dilapisi batu bata atau
disemen agar kelinci tidak membongkar-bongkar tanah. •
Suasana Tenang dan Aman Kandang yang baik member perlindungan yang aman bagi ternak, yaitu
situasinya yang tenang dan aman. Kelinci mudah terkejut oleh suara hiruk dan bunyi-bunyian yang keras. Peternak perlu waspada terhadap gangguan
tak terduga, seperti gangguan anjing, kucing, atau tikus. •
Pola Kandang Pemilihan pola kandang sangat tergantung pada ukuran atau besarnya
usaha, iklim, modal yang tersedia, dan kemudahan pengelolaan. Penentuan pola kandang biasanya merupakan keputusan yang diambil sendiri oleh
peternak. 2.
Persiapan Peralatan Peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses budidaya anakan kelinci
antara lain : •
Kotak Sangkar Kotak sangkar diperlukan untuk menyediakan tempat yang nyaman bagi
induk yang melahirkan, sekaligus tempat yang nyaman bagi anak-anak kelinci yang baru lahir.
• Tempat Pakan dan Minum
Tempat pakan dan minum kelinci sangat bervariasi bentuk dan bahannya. Ukuran wadah sekurang-kurangnya sedalam 7,5 – 10 cm dengan diameter
15 – 20 cm. wadah sebaiknya mudah dipasang dan diambil dari kandang, bobot cukup berat sehingga tidak mudah digulingkan oleh kelinci.
• Perlatan Pendukung lain Alat-alat kebersihan
Alat – alat kebersihan biasanya digunakan untuk membersihkan kotoran dan air kencing yang tertinggal kandang kelinci. Alat-alat kebersihan yang
digunakan adalah : sapu, kain lap, korekan, dan ember. 3.
Pembelian Mesin Pakan Mesin pakan digunakan untuk mengolah pelet yang nantinya merupakan
makanan pokok bagi kelinci. Pelet kelinci berbahan dasar : bungkil kedelai atau dedak sebanyak 40 persen, bungkil kedelai senyak 20 persen, bungkil
kelapa sebanyak 10 persen, jagung sebanyak 10 per, premix mineral sebanyak 1 persen, dan rumput 19 persen Asep’s Rabbit Project. Komposisi pakan
tersebut disusun atas kebutuhan dasar dari kelinci. 4.
Pemilihan Induk Produktivitas kelinci sangat tergantung pada pengelolaan, salah satu unsur
yang sangat mendukung pengelolaan adalah indukan. Indukan yang digunakan diseleksi berdasarkan sifat ras, penampilan fisik, usia, tingkah laku, daya
produksi, dan nilai ekonomis. 5. Penyesuaian Induk
Induk yang telah dipilih dan memiliki keunggulan dalam berbagai hal kemudian dimasukkan ke dalam kandang yang telah dipersiapkan. Dalam
kondisi ini kelinci sangat rapuh karena kondisi pada kandang baru sangat berbeda kondisinya dengan kondisi lingkungan hidup kelinci sebenarnya.
Sehingga agar kelinci dapat hidup normal kelinci perlu penyesuaian kandang,
penyesuaian kandang membutuhkan waktu 1 minggu agar kelinci benar-benar terbiasa dengan kondisi kandang yang baru.
6. Perkawinan Induk Perkembangbiakan kelinci dapat diatur dengan kelahiran terencana. Kelahiran
untuk kelinci terjadi 31-32 hari sesudah perkawinan yang berhasil. Perkawinan pada kelinci dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu cross
breed, inbreed, dan line breed Sarwono, 2001.
7. Masa Melahirkan Setelah menjalani masa bunting selama 31-32 hari maka kelinci telah siap
untuk melahirkan anak-anaknya. Dalam satu kali masa bunting kelinci dapat melahirkan rata-rat 4-8 ekor anak. Anakan yang ideal dilahirkan oleh kelinci
adalah enam ekor karena jumlah puting susu yang berfungsi baik hanya enam putting dan dari 6 ekor tersebut tingkat kematian kelinci sebesar 15 persen,
sehingga rata-rata dalam satu kali masa bunting kelinci dapat melahirkan 5 ekor Asep’s Rabbit Project.
8. Masa Menyusui Setelah dilahirkan anakan kelinci langsung disusui oleh induknya, masa
menyusui kelinci adalah selama 42-56 hari,. Tetapi waktu ini dapat dipersingkat menjadi hanya 28 hari setelah kelahiran anak. Penyapihan lebih
awal memungkinkan jumlah kelahiran yang lebih banyak dalam setahun serta puncak produksi susu antara 12-28 hari setelah itu mulai berhenti.
9. Panen Kelinci yang telah disapih dan berumur 45 hari dan telah disapih siap untuk
dipasarkan kepada para pemesan. Kelinci berusia muda dengan ukuran lebih disukai oleh pedagang karena lebih mudah dalam memasarkannya dan juga
memiliki harga yang relatif lebih murah. Pemasaran langsung yang dilakukan untuk mendapatkan harga yang bagus dan juga mengurangi resiko kematian.
Harga jual anakan kelinci berada di kisaran rata-rata Rp 50.000.
6.4.2 Keragaan Usaha Budidaya Kelinci Pedaging
Budidaya kelinci pedaging pada umumnya memiliki kesamaan dengan budidaya anakan kelinci. Perbedaanya hanya terdapat pada tahap penggemukan,
tahap ini berlangsung selama 3 bulan setelah kelinci di sapih. Pada budidaya kelinci pedaging masa penggemukan untuk menghasilkan
karkas yang memuaskan. Kelinci pedaging biasanya dipotong pada usia 56 hari atau sekitar 2 bulan, tetapi Bapak Asep menjual kelinci pedaging pada usia 4
bulan untuk menghasilkan karkas yang lebih berat sehingga mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Pada masa penggemukan kelinci diberi pakan secara
intensif sehingga dapat menghasilkan karkas yang memuaskan. Panen kelinci pedaging dapat dipanen pada usia 3 bulan setelah melalui masa
menyusui dan penggemukan dengan berat rata-rata 2 kilogram per ekor, harga per kilogram hidupnya berada pada kisaran Rp 15.000 sampai Rp 21.000 dengan
harga rata-rata Rp 18.000. Pemanenan dilakukan pada pagi hari dan pedagang yang memesan sudah menunggu di depan kandang. Pemasaran langsung yang
dilakukan untuk mendapatkan harga yang bagus dan juga mengurangi resiko kematian.
6.4.3 Hasil Analisis Aspek Teknis
Dari hasil analisis aspek teknis di atas, aplikasi terhadap aspek teknis yang baik untuk menjalankan usaha peternakan kelinci telah dilaksanakan pada
peternakan Asep’s Rabbit Project. Usaha budidaya anakan kelinci maupun budidaya kelinci pedaging telah memenuhi syarat teknis tersebut seperti,
persiapan kandang yang ideal, ketersediaan input, pemilihan indukan yang unggul, perkawinan induk yang optimal, kontrol mutu, dan keamanan. Maka
dapat disimpulkan bahwa aspek teknis, usaha peternakan kelinci layak untuk diusahakan.
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan kelinci yang dikembangkan oleh pola
usaha budidaya kelinci di tempat penelitian yakni budidaya anakan dan pengumpul kelinci pedaging, pola usaha tersebut merupakan pola usaha I. Selain
itu akan dilakukan rancangan analisis kelayakan finansial usaha peternakan kelinci yang dilakukan secara terpisah yaitu budidaya anakan kelinci saja yang
merupakan pola usaha II dan budidaya kelinci pedaging saja atau pola usaha III. Dari ketiga pola budidaya ini masing-masing akan dibandingkan tingkat
kelayakan finansialnya, kriteria yang digunakan dalam analisis finansial meliputi Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit per Cost Net
BC, dan Payback periode serta analisis Switching value.
7.1 Analisis Kelayakan Finansial Pola Usaha I