Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Manfaat dan Kegunaan Ternak Kelinci

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis aspek-aspek dalam kelayakan usaha secara deskriptif yang meilputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial. 2. Menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial peternakan kelinci Asep’s Rabbit Projec t. 3. Melakukan analisis switching value untuk melihat tingkat kepekaan kelayakan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project bila terjadi perubahan - perubahan dalam penurunan harga output, penurunan produksi, pengkatan harga indukan dan peningkatan harga pakan?.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional dan dalam membuat rencana pengembangan usaha selanjutnya. 2. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengalaman dan latihan dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan rujukan untuk melihat keadaan dan kondisi peternakan kelinci, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penulisan selanjutnya dan dalam pemilihan bisnis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini aspek non finansial yang dibahas adalah aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar. Aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit per Cost Net BC, dan Payback Periode . Selain itu penelitian ini juga dilakukan analisis Switching Value.

II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Kelinci dan Kerabatnya

Kelinci saat ini telah dikenal masyarakat luas sebagai hewan peliharaan dan juga hewan konsumsi. Kelinci yang saat ini banyak diternakan dahulu berasal dari kelinci liar yang telah mengalami proses domestikasi. Kelinci termasuk hewan purba hal ini terlihat fosil yang ditemukan membuktikan kelinci berasal dari kala Eosen. Kelinci dan kerabatnya dijelaskan secara rinci pada paragraf di berikut ini. a. Pika Hewan-hewan kecil mirip kelinci itu lazim disebut pika. Karena kepandaiannya bersiul ada yang menyebut terwelu bersiul. Pika di alam tersebar dari Eropa Timur sampai Jepang, dari Himalaya sampai Siberia. Juga terdapat di Amerika Utara yang penyebarannya dari Alaska sampai Rocky Mountain. Di Eropa Timur terdapat Pika Stepa Ochotona pusila, di Jepang terdapat Pika Jepang Ochotona Hiperboren, di Himalaya terdapat Pika Mount everest Ochotona wollastoni, di Amerika Utara terdpat Pika Amerika Ochotona princeps . Semua spesies hidup berkoloni, menggali lubang tanah untuk tempat tinggal. Habitatnya daerah beriklim dingin, menempati daerah yang sering kekurangan persediaan makanan selama musim salju. Mereka tidak tidur selama musim salju dan tidak mengembangkan system menyimpan persediaan makanan. Makanannya terdiri dari bermacam-macam tumbuhan terutama tumbuhan kering sepertirumput, ranting, lumut, dan dahan-dahan pinus. Mereka memiliki kebisaaan memakan sebagian kotorannya sendiri yang merupakan sumbangan bagi efisiensi untuk memanfaatkan semua bahan makanan yang tersedia. Kebisaaan serupa juga terdapat pada kelinci dan terwelu. b. Terwelu Terwelu tersebar luas di daratan Eropa sebagai binatang liar. Terwelu sering diburu untuk diambil dagingnya. Terwelu memiliki sosok tubuh yang cukup besar dan menarik. Panjang badan terwelu dewasa antara 50 – 70 cm, bobot 4 – 5 kg. punggung lentur melengkung indah dengan bagian samping agak rata. Kepalanya kecil, kumis panjang, daun telinganya kalau ditarik ke depan bisa melampaui hidung. Kaki depan terwelu kecil, pendek, berjari, dan berkuku lima. Kaki belakang dua kali panjangnya disbanding kaki depan, berjari dan berkuku empat. Kaki belakang sangat kuat sehingga kalau melompat bisa mencapai 80 kmjam kecepatannya. Ia akan melompat ketika dalam keadaan terkejut atau merasa terancam bahaya dan dikejar-kejar musuh. Bulunya ada yang panjang, ada yang pendek. Bulu pendeknya tumbuh rapat diantara bulu panjang. Warna bulu beragam, kelabu, cokelat, dan hitam. Warna bulu di bagian perut putih. c. Kelinci Kelinci liar atau Orytolagus cuniculus tersebar di kawasan Afrika Utara sampai Eropa, yang merupakan habitat aslinya. Dari daerah tersebut kemudian di introduksi ke Australia, Selandia Baru, Chili, dan pulau-pulau di Pasifik dan Atlantik. Ukuran badannya lebih kecil dibandingkan terwelu. Panjang badan kelinci liar dewasa 45 – 50 cm dan berat badan sekitar 3 kg. Kelinci liar berpunggung melengkung, berekor pendek, kepalanya kecil, daun telinganya kalau ditarik ke depan tak bisa mencapai hidung. Bulu badannya terdiri dari bulu pendek dan bulu panjang, warna bulu kekuning-kuningan pada musim panas dan berubah kelabu pada musim dingin. Kaki depan pendek, berjari dan berkuku empatyang cukup tajam. Loncatannya tak begitu kuat dan kurang linacah, namun sangat pandi berlaridan menelusup ke lubang tanah mencari perlindungan ketika merasa terancam bahaya.

2. 2 Teknik Budidaya

Sebelum menjalankan usaha peternakan kelinci peternak harus menentukan tujuan. Peternak harus memilih dan menentukan jenis kelinci yang akan diternakan. Setelah itu bibit atau indukan kelinci diseleksi dengan teliti agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Bebrapa tahapan harus dilakukan dalam budidaya kelinci yaitu : pemilihan bibit, pakan, kandang, reproduksi dan perkawinan, penyakit kelinci, panen, dan pasca panen.

2.2.1 Pemilihan Bibit

Pemilihan jenis bibit tergantung kepada tujuan pemeliharaan, untuk tujuan mendapatkan bulu yang baik atau sebagai hewan hias jenis Anggora, American Chincihilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Untuk mendapatkan daging maka jenis yang cocok adalah Belgian, California, Flemish Giant, Havana, Himalayan, dan New Zealand. Secara umum keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah gugup jinak, tidak cacat, mata bersih, terawat, bulu tidak kusam, dan lincah aktif bergerak. Untuk peternakan komersial sebaiknya membeli bibit yang baik dimana penjual bibit yang baik disertai sertifikat kelahiran dan tato pada telinga sebagai bukti kemurnian bibitnya.

2.2.2 Pakan

Pakan kelinci ternakan terdiri dari hijauan, hay, biji-bijian, umbi-umbian, dan konsentrat. Hijauan yang diberikan antara lain rumput, limbah sayuran, daunturi, daun lamtoro, daun kembang sepatu, daun kacang panjang, daun ubi jalar, daun kacang tanah, daun dan batang jagung, daun papaya, talas, dan lain- lain. Hay adalah rumput awetan yang dipotong menjelang berbunga. Bahan hay antara lain rumput gajah, pucuk tebu, dan rumput menjelang berbunga. Pemberian hay banyak dilakukan di negara-negara dengan 4 musim, sedangkan di Indonesia pemberian hay lebih ditekankan pada penyediaan bahan pakan yang kontinu dan stabil nila gizinya. Biji-bijian berfungsi sebagai pakan penguat, bisaa diberikan bagi kelinci bunting dan menyusui. Biji-bijian yang diberikan berupa jagung, padi, sorgum, kedelai, dan lain-lain. Umbi-umbian dapat diberikan untuk kelinci sebagai pakan tambahan sedangkan konsentrat dalam peternakan kelinci berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi dan mempermudah penyediaan pakan. Pakan diberikan sebanyak 3 kali sehari, pada pukul 10.00 pemberian pakan pertama berupa bekatul ditambah garam dan air, pada pukul 13.00 pakan berupa rumput segar atau hijauan lain, dan pada pukul 18.00 diberikan pakan berupa rumput segar atau hijauan yang mengandung lebih banyak serat kasar.

2.2.3 Kandang

Kandang sebagai tempat perkembangbiakan sebaiknya memiliki suhu berkisar antara 15-20 o Celcius, sirkulasi udara lancer, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Kandang berdasarkan kegunaanya dibedakan menjadi kandang induk, baik induk dewasa maupun induk dengan anak-anakannya, kandang pejantan dan kadang untuk lepas sapih. Tidak ada ukuran tertentu untuk kandang, ukuran didasarkan pada skala usaha, iklim, kemudahan pengelolaan dan ukuran ternak itu sendiri. Kandang dengan ukuran 200 x 70 x 70 cm cukup untuk menampung 12 induk 10 pejantan. Kandang dengan ukuran 50 x 35 x 45 cm dapat digunakan untuk anakan dan kelinci lepas sapih. Berdasarkan bentuknya kandang dibedakan menjadi : 1. Kandang Postal : kandang tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda. 2. Kandang Ranch : kandang dengan halaman pengumbaran, bisaanya dipakai sebagai kandang kelinci hias. 3. Kandang Bateray : kandang dengan bentuk mirip sangkar berderet, dimana satu sangkar digunakan untuk satu kelinci, bisa digunakan dalam peternakan kelinci secara intensif. Kandang dibersihkan setiap hari untuk menghindari timbulnya penyakit, sinar matahari diusahakan dapat masuk ke dalam kandang untuk mematikan bibit penyakit. Kandang bekas kelinci yang sakit dibersihkan dengan dinfektan baik berupa kreolin maupun Lysol.

2.2.4 Reproduksi dan Perkawinan

Kelinci mencapai umur dewasa dalam waktu 4 – 10 bulan, pada saat itulah kelinci dapat mulai dikawinkan, sebaiknya perkawinan tidak dilakukan jika saudara atau sedarah. Perkawinan bisaanya terjadi pada waktu sore maupun pagi hari, setelah masa perkawinan berhasil kelinci akan memasuki fase bunting selama 30 – 32 hari. Kebuntingan dapat diketahui setelah 12 – 14 hari setelah perkawinan dengan cara meraba perut kelinci betina, tanda lainnya adalah menolak dikawinkan lagi atau bersuara bila didekati pejantan, perut dan putting susu membesar. Lima hari menjelang kehamilan induk dipindahkan ke kandang beranak untuk diberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan dengan merontokan bulu-bulunya. Kelahiran bisaanya terjadi pada malam hari dengan kondisi anak yang dilahirkan bervariasi antar 3 – 10 ekor tergantung kepada jenis tetapi jumlah anak yang paling efektif adalah 6 ekor sesuai dengan jumlah putting susu induk, turunan dan umur kelinci. Anak kelinci bisaa disapih setelah berumur 56 hari tetapi sebaiknya disapih pada umur 28 hari sesuai dengan batas optimal jumlah susu yang dihasilkan induk.

2.2.5 Penyakit Kelinci

Penyakit pada kelinci dapat timbul akibat kelengahan dalam menjaga sanitasi kandang, pemberian pakan yang kurang dalam jumlah maupun gizinya, tertular kelinci yang sakit dan perubahan cuaca. Jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit cukup tinggi berkisar antara 15 persen - 40 persen. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci anatar lain enteritis kompleks, pasteurellosis , young doe syndrome, scabies, kokkdioses, pneumonia, ring worm, kanker telinga, radang mata, kudis, pilek, dan favus. Penyakit-penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan kandang, pemberian pakan yang teratur dan seimbang, serta memisahkan kelinci yang sakit pada kandang karantina. Penyakit-penyakit dapat juga diobati dengan pemberian obat-obatan berupa antibiotic dan vitamin, atau dengan menggunakan obat-obatan tradisional seperti pemberian belerang, minyak kelapa, dan iodium.

2.2.6 Penen dan Pascapanen

Kelinci sudah dapat dipanen setelah masa sapih, atau dijual pada usia dewasa. Kelinci jenis pedaging sudah dapat dipotong pada umur antar 4 – 10 bulan atau telah menapai berat 2 kg. Sebelum dipotong kelinci dipuasakan selama 6 – 10 jam untuk mengosongkan usus, setelah dipotong kelinci dikuliti dari kaki belakang ke arah kepala. Bagian dalam seperti usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan, diusahakan kandung kemih tidak sampai pecah agar tidak mempengaruhi kualitas karkas. Daging kelinci dapat dipotong menjadi 8 potong, yaitu 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong dada dan 2 potong bagian belakang. persentase karkas yang baik berkisar antara 49 persen – 52 persen. Sumiarti 2004 mengungkapkan hasil lainnya adalah kotoran dan air kencing, kedua bahan ini dapat dijadikan pupuk tanaman, baik secara langsung maupun di fermentasikan dahulu sebagai “bokashi”. Di samping itu kotoran kelinci baik digunakan sebagai media endapan makanan cacing yang diternakan contohnya jenis Lumbricus Rubbilusi.

2.3 Manfaat dan Kegunaan Ternak Kelinci

2.3.1 Bahan Pangan

Sebagai bahan pangan kelinci dapat menjadi bahan pangan pengganti untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani yang bisaanya dipenuhi melalui konsumsi daging ayam, kambing, sapi, dan sebagainya. Dengan komposisi dan kandungan gizi yang tinggi, daging kelinci sangat potensial sebagai pangan alternative. Di jawa barat terutama daerah dataran tinggi seperti Lembang, Bandung daging kelinci diolah dalam bentuk sate kelinci. Selain itu daging kelinci dapat juga diolah menjadi sosis, bakso, abon, maupun dendeng yang dilakukan oleh pabrik pengolahan yang terletak di kota Surabaya. Melihat potensinya yang besar kelinci dapat menjadi alternative penyedia sumber daging dan produk- produk turunannya. Namun dalam kenyataannya jumlah peternak dan penyedia daging kelinci masih terbatas, hal ini diduga karena tidak adanya penjajagan kepastian pasar dan daya dukung sosial dimana sebagian masyarakat memandang kelinci sebagai hewan kesayangan sehingga tidak terbisaa mengkonsumsi daging kelinci.

2.3.2 Penghasil Kulit

Potensi kelinci masih memungkinkan untuk dikembangkan, bukan hanya sebagai penghasil daging tetapi juga sebagai penghasil kulit. Informasi menunjukan pasar untuk komoditas bulu kelinci semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pengawasan dan perlindungan terhadap lingkungan. Selama ini kulit untuk pembuatan pakaian maupun aksesorinya di Negara- negara subtropics menggunakan kulit beruang maupun kulit hewan yang dilindungi. Dengan meningkatnya perlindungan terhadap lingkungan, menyebabkan kelinci dipilih sebagai ternak yang dapat menggantikan kebutuhan akan bahan baku kulit. Kulit bulu kelinci digunakan sebagai mantel bulu, jaket, tas, dompet dan sebgainya. Produk-produk yang terbuat dari kulit kelinci memiliki nilai jual yang tinggi. Pasar kulit dan bulu mencakup daratan Eropa, Rusia, Amerika dan Asia Utara. Produsen bulu kelinci antara lain Hongkong, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan.

2.3.3 Kegunaan Lain

Selain bahan pangan dan kulit, kelinci juga dapat dimanfaatkan sebagai sebagai penghasil pupuk kandang maupun hewan peliharaan atau ternak hias. Saat ini sebagian besar pendapatan kelinci adalah dari penjualan kelinci hidup hal ini semakin menguatkan persepsi bahwa kelinci adalah hewan pelihraraan sehingga potensi kelinci sebagai alternative penyedia sumber daging terabaikan.

2.4 Penelitian terdahulu