Standar Mutu BahanProduk Mesin

braziliensis merupakan lateks yang dihasilkan dari perkebunan milik rakyat yang berada di sekitar Sumatera Utara dan pulau Sumatera. Selain lateks, bahan penolong dalam pembuatan sarung tangan adalah air yang digunakan sebagai pencampur zat-zat kimia. Bahan baku lateks dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Lateks 2.7.2.2. Bahan Penolong Bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan adalah : 1. Sulfur atau belerang digunakan sebagai bahan untuk mempercepat proses pematangan sarung tangan 2. ZnO Zinc Oxide digunakan sebagai penangkal oksidasi 3. ZDEC Zinc Diethyl Dithiocarbornate digunakan sebagai bahan akselator atau untuk mempercepat proses pelekatan sarung tangan pada cetakan. 4. KOH Potassium Hydroxide digunakan sebagai stabilizer lateks 5. CaCO 3 Calcium Carbonate dan absoro digunakan untuk mempermudah pencabutan agar sarung tangan tidak lengket. 6. Air sebagai pelarut dan pencampur zat-zat kimia 7. ZDBC Zinc Dibuthyl Dithiocarbamate digunakan untuk mempertahankan nilai CTR Carbondioxide Transferred Rate pada compound sehingga dapat bertahan selama 24 jam 8. TiO 2 Titanium Dioxide digunakan sebagai bahan pigmen atau pemutih 9. Ca NO 3 2 Calcium Nitrate digunakan sebagai bahan penentu berat sarung tangan.

2.7.2.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Kotak kecil digunakan untuk mengemas sarung tangan 2. Karton digunakan untuk mengemas kotak kecil sebelum diekspor 3. Isolatip digunakan untuk menutup karton 4. Lakban digunakan untuk menguatkan kemasan karton pada saat pengapalan dan penyimpanan di gudang. 5. Sachet digunakan sebagai tempat kemasan sarung tangan. Tabel 2.1. Jenis dan Spesifikasi Produk Sarung Tangan PT Latexindo Toba Perkasa No. Spesifikasi Keterangan Lateks Pre Powdered Lateks Powder Free PP M-5.0 PPNW PPHW PF M-5.0 PFNW 1 Dimensi Lebar mm X-Small Small Medium Large X-Large XX-Large 70 – 75 80 – 85 90 – 95 100 – 105 110 – 115 115 – 117 Panjang mm All Sizes 240 min Ketebalan mm Cuff Palm Finger 0,07 ± 0,01 0,09 ± 0,01 0,11 ± 0,01 0,08 ± 0,01 0,10 ± 0,01 0,13 ± 0,01 0,09 ± 0,01 0,11 ± 0,01 0,14 ± 0,01 0,07 ± 0,01 0,09 ± 0,01 0,11 ± 0,01 0,08 ± 0,01 0,10 ± 0,01 0,13 ± 0,01 Berat gr X-Small Small Medium Large X-Large 4,1 ± 0,2 4,5 ± 0,2 5,0 ± 0,2 5,4 ± 0,2 5,9 ± 0,2 4,7 ± 0,2 5,1 ± 0,2 5,7 ± 0,2 6,1 ± 0,2 6,5 ± 0,2 5,2 ± 0,2 5,6 ± 0,2 6,2 ± 0,2 6,6 ± 0,2 7,0 ± 0,2 4,1 ± 0,2 4,5 ± 0,2 5,0 ± 0,2 5,4 ± 0,2 5,9 ± 0,2 4,8 ± 0,2 5,3 ± 0,2 5,8 ± 0,2 6,2 ± 0,2 6,6 ± 0,2 2 Tensile Properties Before Aging Tensile Strength Elongation at Break 18 Mpa min 650 min After Aging Tensile Strength Elongation at Break 14 Mpa min 500 min V-63 2.7.3. Uraian Proses Uraian proses pembuatan sarung tangan PT Latexindo Toba Perkasa antara lain: 1. Proses Pencampuran Compounding Tahap ini adalah tahap dimana lateks yang telah diterima oleh perusahaan dan tahap melewati pengujian mutu yang dilakukan oleh departemen Quality Assurance , akan dicampur di dalam tangki compound dengan bahan-bahan disperse antara lain sulfur, pigmen, senyawa zinc, dan anti oksidan serta air. Setelah dimasukan ke dalam tangki compound, campuran akan diaduk selama 24 jam. Untuk pembuatan bahan-bahan dispersi, bahan yang terdiri dari sulfur, senyawa zinc, pigmen, dan anti oksidan serta air dimasukan ke dalam ball mill dan diputar selama 48 – 72 jam. Lateks pekat 60 dialirkan dari tangki penyimpanan lateks ke tangki pencampuran sampai tangki berisi 4 ton lateks. Selanjutnya bahan dispersi dicampurkan ke dalam lateks dan diaduk selama 24 jam. Hasil campuran compound ini dialirkan ke bak di bagian produksi dengan selang untuk digunakan pada pembentukan sarung tangan. 2. Proses Pencetakan Sarung Tangan Pembuatan sarung tangan terdiri dari beberapa tahap dimana pada setiap tahap atau proses, cetakan dipindah dengan menggunakan conveyor mengikuti aliran yang telah ditentukan. Tahap-tahap pencetakan sarung tangan adalah sebagai berikut : a. Acid Washing Cetakan former atau mold sarung tangan dicelupkan ke bak yang berisi larutan HNO 3 untuk mencuci cetakan dari kotoran-kotoran atau kerak- kerak kotoran yang ada berupa sisa tepung dan zat kimia lainnya. Suhu pada tangki sekitar 50 – 70 C. b. Alkali Cleaning Cetakan selanjutnya dibersihkan dengan cara dicelupkan pada bak yang berisi alkali untuk menetralisir keasaman nitrid acid HNO 3 c. Rinsing Cetakan dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam air bersih untuk membersihkan cetakan dari larutan kimia pada proses sebelumnya. pH air pada rinsing tank harus tetap terjaga pada skala 7, dan dijaga kebersihannya. d. Coagulant Dipping Cetakan dicelupkan ke dalam bak yang berisi larutan coagulant, yaitu kalsium karbonat CaCO 3 dan kalsium nitrat CaNO 3 2 . Tahap ini bertujuan untuk membuat lapisan pertama pada pembuatan glove agar hasilnya mudah dicabut dan juga sebagai pengikat lateks. Ketinggian dari permukaaan koagulan ini diatur secara otomatis dengan hidrolik. e. Drying I Proses drying dilakukan dengan menggunakan coagulant oven. Fungsi coagulant oven adalah sebagai pengering bahan kimia yang terdapat pada cetakan setelah dicelupkan ke dalam coagulant tank. Suhu standar pada coagulant oven adalah 100 -140 C. Setelah cetakan sarung tangan dikeringkan pada coagulant oven, suhu cetakan harus diturunkan hinga 60 – 70 C dengan menggunakan kipas angin. Penurunan suhu ini dimaksudkan agar cetakan tidak terlalu panas ketika dicelupkan ke dalam lateks tank. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan sarung tangan yang dicetak bocor. f. Lateks Dipping Pencelupan dilakukan pada bak yang berisi larutan lateks Lateks tank yang dihasilkan pada proses I compounding. Pemeriksaan suhu dan tinggi permukaan lateks di lateks tank harus diperhatikan terus menerus karena sangat mempengaruhi kualitas sarung tangan. Temperatur lateks dijaga dalam suhu yang stabil, yaitu sekitar 20 – 33 C dengan cara mengontrol suhu pada electronic reading balance toledo oven. g. Drying II Cetakan yang telah dicelupkan pada larutan compound dikeringkan dengan menggunakan oven. Bahan bakar yang digunakan adalah gas LNG dengan suhu sekitar 200 – 300 C. h. Leaching Proses leaching adalah proses pencucian sarung tangan dengan air pada suhu sekitar 45 – 65 C untuk mengurangi kadar protein, lemak dan sisa- sisa karbonat pada sarung tangan. i. Drying III Sarung tangan dikeringkan lagi dengan menggunakan oven pada suhu sekitar 100 – 150 C. j. Beading Roll Proses beading adalah proses pembentukan pergelangan sarung tangan dengan cara memutar bagian bawah cetakan dan juga terdapat beading roll dai atas yang memutar ke depan. k. Curing Drying IV Proses curing adalah proses pematangan sarung tangan dengan oven. Prosesnya sama dengan proses pengeringan sebelumnya, yaitu pada suhu 100 – 150 C. l. Powdering Powdering merupakan proses pemberian tepung pada sarung tangan dengan tujuan agar sarung tangan tidak lengket dan memudahkan pencabutan. m. Drying V Proses ini dilakukan dengan menggunakan oven sebagai proses pengeringan terakhir sebelum sarung tangan dilepaskan dari cetakan. n. Stripping Stripping adalah proses pelepasan sarung tangan dari cetakan secara manual dan memasukkannya ke dalam keranjang yang telah diberi label sesuai dengan mutunya. Proses ini harus dilakukan dengan cermat sehingga pada saat pelepasan, sarung tangan tidak koyak dan cacat. Ini merupakan proses terakhir pada proses pencetakan sarung tangan. 3. Proses Finishing Tahap pada proses finishing adalah sebagai berikut : a. Proses Tumbling drying Proses tumbling adalah proses pembersihan sarung tangan dari tepung dan juga untuk mengeringkan sarung tangan hingga kering atau tidak mengandung air lagi. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin tumble dryer selama 45 menit pada temperatur 70 C dengan kapasitas 36 kg. b. Inspection Pemeriksaan kualitas sarung tangan diatur oleh bagian QC Quality Control untuk memisahkan sarung tangan berdasarkan mutunya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan tes angin, yaitu dengan menghembuskan angin pada sarung tangan dengan menggunakan kompressor. c. Proses packing Setelah sarung tangan diperiksa dan dinyatakan bermutu baik oleh bagian QC, sarung tangan selanjutnya dikemas ke dalam kotak kecil dengan isi 100 buah per kotak kecil kemudian dikemas lagi ke dalam karton dengan isi 10 kotak kecil per karton. Bagian packing juga melakukan pemeriksaan terhadap produk yang akan dikemas dengan cara sampling. Jika terdapat produk yang cacat, produk tersebut akan dikembalikan ke bagian Quality Control untuk ditindak lanjuti. Sarung tangan yang telah dikemas disimpan ke gudang bahan jadi untuk menunggu proses pengiriman.

2.8. Mesin dan Peralatan

2.8.1. Mesin

Mesin produksi adalah semua mesin yang yang secara langsung berperan dalam proses produksi. Beberapa mesin yang digunakan oleh PT Latexindo Toba Perkasa yaitu : 1. Pearl Mill merupakan mesin pengaduk semua bahan pembuat sarung tangan. Gambar Pearl Mill dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Pearl Mill Spesifikasi Mesin : Merek : Bosch 06 F Ukuran : 1000 x 800 x 1050 mm Daya : 2 HP, 220 V, 50 Hz Asal : Jerman Jumlah : 4 unit Kapasitas : 1 ton per pengolahan Putaran : 40 putaran per menit 2. Mesin dipping line untuk mencetak sarung tangan lateks secara otomatis. Gambar mesin dipping line dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Mesin Dipping Line Spesifikasi Mesin : Kapasitas : 2000 – 4500 mold dalam 1 unit Daya : 10 HP Jumlah : 14 Unit 3. Tumble Dryer ialah mesin pengering yang berfungsi untuk membersihkan dan mengeringkan sarung tangan. Spesifikasi mesin : Model : LF 21 cw Daya : 10 HP Jumlah : 20 unit 4. Mesin kompresor yang berfungsi untuk mendapatkan kekuatan udara dalam proses pengecekan atau inspeksi. Spesifikasi Mesin : Merek : Ingersoll Rand Model : 71T2, 7100 Ukuran : 182,88 x 73,66 x 144,78 cm Voltase : 230 Volt AC Daya : 15 HP Kapasitas : 11 KW

2.8.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh PT Latexindo Toba Perkasa adalah sebagai berikut: 1. pH meter untuk mengukur pH cairan yang digunakan. 2. Viscosity cup untuk mengukur viskositas atau kekentalan bahan. 3. Stopwatch untuk menghitung waktu pengurangan suhu cairan. 4. Thermometer untuk mengukur suhu cairan. 5. Mistar untuk mengukur ukuran sarung tangan. 6. Beaker glass untuk mengukur cairan sampel. 7. Tensile strength instrument digunakan untuk menentukan kekuatan tarik dan regangan dari sarung tangan lateks. 8. Tangki Asam Nitrat yang berfungsi sebagai tempat larutan asam nitrat dan memiliki kapasitas 300 L dengan penggunan berjumlah 2 unit. 9. Tangki KOH yang berfungsi sebagai tempat larutan KOH dengan kapasitas 300 L dan jumlah sebanyak 2 unit. 10. Tangki Air yang berfungsi sebagai penyimpanan air dengan kapasitas 200 L dan jumlah sebanyak 1 unit. 11. Lateks Storage Tank yang berfungsi sebagai tempat untuk menimbun lateks yang dibawa dari perkebunan – perkebunan dengan kapasitas 1000 ton dan jumlah sebanyak 6 unit. 12. Tangki Compound yang berfungsi sebagai tempat untuk mencampurkan lateks dengan bahan dispersi dan memiliki kapasistas sebanyak 40 ton. 13. Pearl Mill yang berfungsi sebagai tempat untuk mencampur dan mengaduk bahan-bahan dispersi dan memiliki kapasitas 4 ton. 14. Timbangan digital yang berfungsi sebagai penimbang bahan baku pada saat penerimaan bahan baku di laboratorium. 15. Timbangan duduk ialah peralatan yang berfungsi untuk menimbang sarung tangan yang telah dimasukan ke dalam kotak produk. 16. Trolley ialah alat yang berfungsi sebagai material handling untuk produk di pabrik. 17. Forklift ialah alat yang juga berfungsi sebagai material handling untuk bahan baku di pabrik. 18. Menara air berfungsi sebagai tempat penampungan atau persediaan air.

2.9. Prosedur Pembelian

Prosedur pembelian ini mencakup tata cara untuk melaksanakan pembelian. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk memastikan produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan atau sesuai dengan spesifikasi, kuantitas dan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan. Berikut ini akan diuraikan tentang prosedur pembelian. 1. Bagian purchasing melakukan verifikasi atas permintaan pembelian dengan memperhatikan: a. Stock barang di gudang untuk pembelian bahan yang bersifat rutin b. Kebutuhan c. Prioritas kebutuhan d. Spesifikasi e. Harga f. Untuk kegiatan operasional atau non-operasional 2. Untuk barangjasa yang pembeliannya bersifat tidak rutinpentingharga di luar perkiraan, harus mendapat persetujuan dari Vice GM-Operasional terlebih dahulu. 3. Seleksi supplier a. Bagian purchasing melakukan pembelian barangjasa yang sudah diverifikasidisetujui untuk dibeli dari supplier terdaftar ataupun dari supplier baru. Untuk pembelian dari supplier barupembelian barang yang tidak rutinpentingharga diluar perkiraan, dilakukan seleksi supplier dengan membandingkan harga, kesesuaian dengan spesifikasi yang