Nilai Toleransi Nilai Demokratis

67 sudah menerapkan nilai kejujuran dan disiplin dan akan memberikan pemberitahuan ke orang tua murid agar tranparansi antara pihak sekolah dan orang tua terlihat.

3.7.3. Nilai Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleransi juga dikatakan sebagai penerimaan dan kesetaraan, yaitu menganggap hak-hak setiap orang yang berbeda dengan kita sebagai setara.Misalnya mengucapakan selamat hari besar keagamaan kepada warga sekolah yang merayakan. Seperti ungkapan salah seorang siswa SMA kelas XII Akutansi, Asma 17 : “Kami tidak membedakn kak teman yang satu sama yang lain, aku kan islam temanku kristen jadi aku akan mengucapkan selamat natal dan tahun baru begitu juga sebaliknya, juga dengan teman-teman yang lainnya. Semua teman ku sama ratakan kak gak ada ku beda-bedakan. Kita kan harus menghargai kak ke teman yang berbeda dengan kita, namanya kita sudah belajar keberagaman disekolah ini. Kami juga membantu teman-teman kami kalau perlu bantuan kak, misalnya di Gereja buat kegiatan kebaktian maka kami membantu dengan membersihkan Gereja atau tempat ibadah lainnya kayak gitu juga sebaliknya kak”. Dari penjelasan pernyataan siswa di atas bahwa penerapan dalam pendidikan multikultural yaitu dengan membiasakan setiap warga sekolah untuk saling bersilaturrahmi dan membantu bekerja sama dalam semua pelaksanaan acara keagamaan yang dilakukan di sekolah. Mengembangkan sikap saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh warga sekolah. Juga memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah. Sikap menerima, menghargai perbedaan, serta menyikapi segala perbedaan itu dengan arif Universitas Sumatera Utara 68 dilakukan di sekolah ini. Keberagaman yang dimaknai dan dijunjung tinggi secara bijak bukan menimbulkan konflik, akan tetapi menimbulkan semangat persatuan dan toleran yang tinggi.

3.7.4. Nilai Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang memberikan kesempatan dan penghargaan yang sama bagi dirinya dan orang lain untuk berekspresi, memberikan pendapat serta menjalankan hak dan kewajiban tanpa membedakan suku, agama, ras, gender, status ekonomi, status social dan kemapuan khusus. Seperti ungkapan khairani siswa perempuan 16 tahun “kami disini diberi kesempatan untuk bersuara kak, kami bersuara dengan cara adanya pemilihan ketua osis kak. Kemudian dengan adanya OSIS ini kami bisa menyampaikan pendapat kami mengenai kejanggalan di sekolah, misalnya keterlambatan guru untuk masuk ke ruangan kelas karena waktu belajar telah dimulai kak. Tapi kadang kak ada guru yang tidak terima karena dia memiliki alasan kak, misalnya karena ada sedikit rapat jadi kadang suara kami tidak di acuhkan tapi kami terus aja buat seperti itu gak masalah bagi kami”. Menyampaikan pendapat juga diterapkan di sekolah ini melalui sebuah organisasi siswa OSIS. Kadang kala pendapat tersebut dapat diterima pihak sekolah dan kadang kala tidak. Walaupun demikian penyampaian pendapat tetap di jalankan tanpa mereka merasa beban.

3.7.5. Rasa Ingin Tahu