88
4.1.5. Kegiatan Sebelum dan Proses Belajar Dalam Kelas
• Berdoa Sebelum Kegiatan Belajar
Mulai dari tingkat TK sampai dengan SMA dan SMK, alangkah baiknya ditanamkan kebiasaan untuk berdoa bersama sebelum dan sesudah kegiatan
belajar mengajar dimulai di dalam kelas. Acara doa bersama ini sering terlupakan dan dipandang sebelah mata, padahal kegiatan seperti ini bisa menumbuhkan rasa
keimanan dan ketaqwaan anak-anak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Doa yang dilakukan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing anak dan guru
ini jika dilakukan secara terus menerus juga dapat meningkatkan rasa toleransi beragama dalam diri anak. Sehingga diharapkan anak-anak bisa terbiasa untuk
hidup dengan identitas agamanya dalam masyarakat Indonesia yang plural ini tanpa merasa canggung. Seperti ungkapan salah satu siswa SMA Ayu 17 di
bawah ini: “Setiap masuk kelas kita pasti berdoa terlebih dahulu
secara bersama-sama sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing. Setiap berdoa ada siswa
yang mewakili dari masing-masing agama yang ada untuk memimpin doa tersebut. Ini selalu kita lakukan setiap hari
karena ini juga bisa membuat kita saling kompak dan menghargai.Kita terus belajar bahwa tujuan beribadah
dan berdoa itu adalah satu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalau kita tidak berdoa sebelum
belajar ntah karena lupa atau ada hal yang lain maka kita akan ditegur oleh pihak kepala sekolah dan yayasan. Itu
pernah terjadi waktu kelas 2 semester 1, kita tidak memulai pelajaran dengan doa dan kita ditegur oleh kepala sekolah
dan gurunya dipanggil keruangan kepsek. Tapi bukan berarti memang ini jadi paksaan tapi ini sebuah kewajiban
yang dengan bangga kami melakukannya.”
Sebagai werga negara Indonesia yang sangat beragam hendaknya memang saling mendukung satu dengan yang lain agar keharmonisan dalam keberagaman
Universitas Sumatera Utara
89
tersebut terus terjaga. Agama salah satu hal yang sering memunculkan konflik dalam negeri ini, pembunuhan, penyerangan, diskriminasi, intimidasi dan bentuk
kekerasan lainnya sangat sering terjadi.Hingga tak jarang manusia banyak menjadi korban yang sangat tertindas hanya karena agama yang
dianutnya.Contohnya, kasus Ahmadiyah yang dianggap sesat selalu mendapatkan kekerasan dari pihak agama keras lainnya. Oleh karena itu, sebagai calon generasi
muda yang akan memimpin dan melanjutkan perjuangan-perjuangan keadilan siswa-siswa memang sasaran paling efektif untuk dididik agar tetap saling
menghargai perbedaan tersebut. Berdoa sebelum belajar salah satu strategi yang sangat efektif di YPSIM untuk menumbuhkan nilai-nilai yang saling menghargai
dan saling mengasihi diantara orang-orang yang berbeda.
• Apersepsi
Apersepsi merupakan salah satu teknik untuk menyegarkan kembali serta menguatkan daya pikir siswa dengan melakukan tanya jawab tentang materi yang
berhubungan dengan bahan ajar yang akan diajar. Dalam proses sesi tanya jawab ini, guru yang mengajar bisa melihat nilai-nilai multikultural yang tertanam pada
diri siswa melalui sikap disiplin yang secara bergantian dan teratur menanggapi materi pelajaran secara lisan, kreatif dan mandiri dengan jawaban-jawaban siswa
yang variatif, demokratis dan saling menghargai jawaban dan tanggapan teman nya yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru yang mengajar di
YPSIM ini, Esa 44 sebagai berikut: “Selama ini guru selalu diidentikkan dengan seseorag
yang sangat berilmu dan maha mengetahui segalanya
Universitas Sumatera Utara
90
tentang pelajaran sedangkan siswa adalah gelas kosong yang perlu diisi. Kalau konsep ini yang kita pahami maka
siswa tidak akan mengalami kemajuan dalam proses belajarnya malah akan membuat mereka bosan dan malas
belajar. Siswa akan jenuh jika seorang guru hanya menerangkan, menyuruh siswa mencatat, memberikan PR
dan tugas lainnya. Dengan konsep ini juga akan mengakibatkan siswa lebih pasif dan kurang komunikatif.
Makanya sejak sekarang kita sudah harus melatih siswa untuk berbicara, berpikir kritis dan menganalisa. Untuk
menciptakan siswa yang seperti itu salah satu caranya adalah dengan memberikan siswa kesempatan untuk
bertanya dan menjawab. Dengan demikian akan nampak mana siswa yang aktif mana yang tidak dan kita pun tau
bagaimana mengajak yang tidak aktif menjadi aktif. Inilah yang diterapkan disekolah ini.Dan lagi pula dari sesi-sesi
seperti ini kita bisa melihat nilai-nilai yang ada dalam diri siswa seperti nilai kedisiplinan, kejujuran dll.
Apersepsi memang sudah seharusnya menjadi suatu keharusan dalam suatu sekolah.Hal ini sangat membantu perkembangan sisiwa baik dalam bidang
akademik maupun bidang lainnya. Karena sekolah tujuaannya tidak lagi hanya sebatas untuk mendapat izasah agar bisa mencari pekerjaan atau melanjut
kejenjang yang lebih tinggi melainkan sekolah untuk menciptakan generasi muda yang akan membawa perubahan.
• Motivasi
Motivasi atau minat belajar merupakan hasrat untuk belajar yang datang dari dalam seeorang individu. Mulai Tingkat SD, SMP, SMA, SMK guru yang
mengajar di dalam kelas tidak hanya sekedar memberikan materi pelajaran atau tugas-tugas sekolah akan tetapi seorang guru juga turut memberikan pujian dan
semangat kepada siswa. Tidak hanya siswa yang dianggap pintar atau bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru tapi pemberian motivasi
ini berlaku untuk semua siswa baik siswa yang rajin, malas dan lain-lain. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
91
juga merupakan salah satu bentuk penerapan nilai-nilai multikulturalisme dimana guru tidak membeda-bedakan siswa dalam dan luar kelas. Hal yang sama juga
dikatakan salah satu guru ED 39 dengan pernyataannya sebagai berikut: “Kalau belajar secara monoton saja tanpa ada dorongan
dari pihak lain mustahil siswa-siswi ini senang dengan proses belajarnya. Siswa-siswa di sini juga bukan berarti
orang-orang yang hebat, rajin atau pintar semua. Ada juga nya yang malas, lemah dalam bidang pelajaran dan
kurang semangatt dalam belajar. Macamlah pokoknya sifat-sifat yang dimiliki siswa ini.Apalagi siswa SMA pas
masa-masa puberitas pasti inginnya jalan-jalan, kumpul teman-temannya, menggosip dan lain sebagainya.Di
sinilah peran seorang guru sebagai pendidik sangat diperlukan. Jika siswa lalai lantas gurunya juga tidak
memperhatikan maka akan membuat siswa jadi tidak terkontrol. Apalagi zaman sekarang anak-anak berangkat
dari rumah untuk sekolah tapi tidak sampai ke sekolah malah main game atau apalah.Kita juga tidak bisa
menyalahkan siswa sepenuhnya karena kita menyadari bahwa pasti ada masa-masa siswa ingin bersenang-senang
dan malas sekolah. Makanya sebagai guru kita harus memahami siswa, kita tidak pernah memarahi siswa yang
berbuat salah tapi kita kasih pengarahan dan motivasi agar siswa tersebut kembali melakukan aktifitasnya
sebagai murid di sekolah ini.”
Siswalain di sekolah ini juga mengatakan sebagai berikut: “Ketika ada siswa yang bersalah kita tidak dihukum, tapi
kita dirahkan, disemangati dan diberikan ruang untuk memperbaiki kesalahan. Dalam hal yang lain juga
demikian, kita tidak pernah disalahkan ketika hasil ujian kita misalnya jelek, tapi sebaliknya gurunya menanyakan
mengapa seperti itu, apa yang kurag dipahami dll. Kita ga pernah di cap sebagai siswa yang bodoh meskipun ada
penilaian dari hasil jawaban di kertas ujian. Kita juga ga pernah dibeda-bedain, misalnya karena gurunya Islam
lantas lebih memihak kepada murid yang Islam,itu tidak ada. Semua diberlakukan adil dan sama.”
Universitas Sumatera Utara
92
• Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru memberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru kemudian mendiskusikan materi bersama siswa. Setelah
melakukan diskusi guru memberikan kesempatan pada peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan suatu materi. Hal ini
diperjelas dengan pernyataan salah satu siswa SMA, Ayu 17 sebagai berikut: “Dalam proses belajar kami tidak hanya sekedar
mendengarkan penjelasan dari .Kami lebih banyak berdiskusi baik dalam kelompok maupun antar siswa.Dalam
diskusi kami lebih bisa memahami isi pelajaran dari pada harus mendengarkan penjelasan dari guru. Kalo dikusi kan
kami bebas mengeluarkan apa yang kami tau dan saling meluruskan. Biasanya selah berdiskusi kami akan
menyampaikan yang kami pahami didepan teman-teman lainnya. Jadi kita tidak hanya paham tapi sambil belajar
berbicara dan menjelaskan suatu materi. Dan ini tidak mudah, banyak teman-teman yang belum bisa ngomong di
depan makanya harus saling membantu dan mendorong, dan yang paling penting ga bisa saling mengejek atau
menjatuhkan. Setelah kita menyampaikan hasil diskusi kita gurunya akan menjelaskan kembali materinya dengan
mengulas kembali apa yang kita diskusikan. Jadi enak gitu belajarnya gak cuman guru yang aktif tapi siswanya
juga.Jadi jam-jam belajar pun ga membosankan.”
Cara ini memang biasanya dilakukan ditingkat perkuliahan atau mahasiswa. Akan tetapi YPSIM khususnya ditingkat SMA sudah memulai cara pembelajaran
seperti ini. Dan menurut penuturan para informan ini sangat efektif dilakukan untuk melatih siswa-siswa khususnya berbicara dan menjalin kekompakan
diantara mereka.Kekompakan juga salah satu sifat yang harus dimiliki untuk menciptakan keharmonisan dalam perbedaan. Ini juga untuk salah satu cara untuk
membentuk generasi muda yang peduli terhadap pentingnya pendidikan berbasis siswa bukan berbasis guru.
Universitas Sumatera Utara
93
• Pembauran Tempat Duduk
Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan di dalam kelas untuk menjembatani interaksi antar siswa dengan latar belakang budaya yang berbeda
adalah melalui pengaturan tempat duduk, dimana murid yang sebangku berasal dari agama, etnis dan status sosial yang berbeda. Proses penjembatanan ini
menjadi penting karena disinilah kesempatan untuk berinteraksi dan bertukar budaya antara para siswa dengan agama, etnis, gender, ras dan status sosial yang
berbeda tercipta. Guru dalam hal ini memegang kunci untuk membuka pintu gerbang komunikasi. Bagaikan arti dari ungkapan tak kenal maka tak sayang,
pembangunan hubungan yang multikultur perlu melibatkan strategi mediasi untuk memulai sebuah intcraksi yang bermutu. Perlu ditekankan bahwa strategi seperti
ini hanya bisa meningkatkan intensitas pertemuan siswa-siswa tersebut. Selanjutnya, harus ada upaya yang sadar untuk memupuk dan mengembangkan
kualitas dari hubungan ini agar keharmonisan yang sesungguhnya dapat terjalin dengan baik. Seperti yang diungkapkan salah satu siswa SMA, C.R 17 sebagai
berikut:
“Di dalam kelas pun kita dibaurkan dan dipisah-pisahkan antara siswa-siswa yang berbeda. Misalnya yang Budha
satu meja dengan yang Islam atau sebaliknya, yang Batak satu meja dengan Tionghoa, dan pembauran lainnya.
Tujuan pembauran tempat duduk ini untuk meningkatkan komunikasi antar siswa yang berbeda sehingga lebih
saling mengenal. Kalo kita udah kenal kan pasti lebih enak dan akan seru kalo persahabatan diantara perbedaan bisa
harmonis. Kalo aku misalnya beragama Islam dilingkunganku pun Islam semua jadi bosanlah kalo
disekolah pun ketemua dengan lingkungan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
94
Makanya aku misalnya lebih suka berbaur dengan teman- teman dari agama atau etnis lain. Dan kupikir siswa lain
pun gitu.
4.1.6. Aktivitas Peserta Didik