Peduli Sosial dan Kesejahteraan Nilai Kesetaraan Gender

71 duduk diperpustakaan tetapi hanya untuk menceritakan pribadi masing-masing dan juga menumpang wifi. Bagi siswa yang datang keperpustakaan juga tidak sembarangan, karena kami akan menanyai satu persatu dari kelas berapa kemudian jadwal masuk sekolah pagi atau siang, karena kalau siswa yang masuk pagi pada saat jam pelajaran berlangsung dan tidak ada kepentingan di perpustakaan kita akan menanyai nama siswa dari kelas berapa kemudian kita akan melaporkan ke guru pada saat mengajar pada jam itu. Karena sudah lama saya bekerja disini jadi saya sudah hapal mana yang masuk pagi atau siang”.

3.7.9. Peduli Sosial dan Kesejahteraan

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada warga sekolah dan masyarakat yang membutuhkan. Memfasilitasi berjalannya kegiatan bersifat sosial dengan baik. Melakukan aksi sosial bagi warga sekolah dan masyarakat yang memerlukan. Menyusun suatu program dan mekanisme dimana warga sekolah dapat mengembangkan sifat empat dan peduli sosial dengan sukarela.Memiliki program melakukan kunjungan ke rumah-rumah sosial. Berempati kepada sesama teman kelas. Membangun kerukunan warga kelas. Melatih dan mendidik peserta didik agar peduli terhadap sesama walaupun berbeda SARA. Memberikan pendidikan gratis bagi siswa-siswi yang kurang mampu melalui program anak asuh. Memberikan pengurangan uang sekolah bagi siswa yang kurang mampu. Melakukan perlindungan asuransi jiwa dan kesehatan bagi tenaga pendidik dan kependidikan. Memberikan paket bantuanpada acara hari besar agama. Universitas Sumatera Utara 72

3.7.10. Nilai Kesetaraan Gender

Sikap dan perilaku seseorang untuk tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam hak-hak dan kewajiban baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan tidak berlakunya pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Seperti ungkapan CR 16 Tidak ingin disebutkan namanya Siswa kelas XI IPS : “Kalau kami disini kak antara perempuan dengan laki-laki sama di perlakukan kak, misalnya di kelas tidak diharuskan laki-laki yang menjadi ketua kelas, perempuan juga boleh. Kakak lihat didepan aja kalau di TK satpam nya perempuan. Jadi kami pun menghargai perempuan kak dan perempuan pun menghargai kami sebagai laki-laki”. Dengan penjelasan di atas sudah terlihat bahwa pengajaran mengenai gender sudah terlihat walaupun masih dalam sektor dasar. Pemulaian pembelajaran gender ini terbangun tanpa adanya paksaan. Seperti ungkapan salah seorang pengajar di bidang olah raga, EDtidak ingin disebutkan namanya 39 : “kami tidak pernah membeda-bedakan siswa kami baik laki- laki dan perempuan, misalnya dalam olah raga futsal kami tidak mengharuskan laki-laki saja yang bermain, tetapi kami juga memberikan kesempatan bagi perempuan yang ingin bermain futsal, dan hal seperti ini sudah biasa kami ajarkan di sekolah ini bahwa kesetaraan itu penting”. Adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di ranah publik adalah sesuatu yang mutlak dan tidak terbantahkan. Jenis kelamin jelas bukan kerangkeng dan batasan di sekolah ini. Perbedaan jenis kelamin bukanlah hal utama landasan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu penghapusan diskriminasi bagi perempuan mutlak dilakukan di berbagai sendi kehidupan Universitas Sumatera Utara 73 terutama di dunia pendidikan. Sehingga baik laki-laki maupun perempuan dapat berkompetisi secara adil.

3.7.11. Nilai Pluralisme