103
4.2.3. Peran Guru dalam Memeberi Pendidikan Berbasis Multikutural
Di Indonesia khususnya di Medan, sebagian besar belum menerapkan pendidikan multikultural sebagaimana mestinya, oleh karena itu guru perlu
memahami langkah-langkah penting dalam penerapan pendidikan multikultural. Sebelum menerapkan pendidikan multikultural hendaknya guru memahami apa
tujuan pendidikan multikultural. Tujuan pendidikan multikultural dapat dibedakan menjadi 3 tiga macam tujuan, yaitu: tujuan yang berkaitan dengan sikap,
pengetahuan, dan pembelajaran Lawrence J. Saha, 1997: 349. Tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek pengetahuan cognitive
goals adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang lain, dan kemampuan untuk menganalisis dan menerjemahkan perilaku kultural,
dan pengetahuan tentang kesadaran perspektif kultural. Sedangkan tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan pembelajaran instructional
goals adalah untuk memperbaiki distorsi, stereotipe, dan kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam buku teks dan media pembelajaran, memberikan berbagai
strategi untuk mengarahkan perbedaan di depan orang, memberikan alat-alat konseptual untuk komunikasi antar budaya, mengembangkan keterampilan
interpersonal, memberikan teknik-teknik evaluasi, membantu klarifikasi nilai, dan menjelaskan dinamika kultural.
YPSIM sangat selektif dalam memilih guru-guru yang akan mengajar di sekolah tersebut karena guru yang mengajar akan menjadi ujung tombak dalam
mewujudkan apa yang sudah menjadi tujuan utama YPSIM. Guru juga adalah sebagai garda terdepan dalam pembelajaran formal di kelas adalah elemen penting
Universitas Sumatera Utara
104
dalam proses pembelajaran pendidikan multikultural bagi anak-anak di sekolah. Maka dari itu, dalam merekrut guru dan staf, pengajar YPSIM sangat teliti dan
ketat dalam menyeleksi. Guru dan staf yang telah diterima juga mendapatkan pelatihan yang berkala, baik secara makro maupun secara mikro. Para guru yang
berkomitmen dan berprestasi juga diberikan beasiswa S2 dan diajak untuk studi banding ke sekolah-sekolah terbaik di Indonesia maupun di negara tetangga guna
meningkatkan kompetensidan kemampuan akademis juga mengajar mereka. Seperti kutipan pernyataan dari salah satu informan Edi kepala sekolah SMA
sebagai berikut: “Dalam merekrut staf, kita sangat hati – hati karena kita
tidak mau nantinya guru yang mengajar di sini justru menebarkan nilai-nilai kebencian. Oleh karena itu kita
sangat selekti dalam pemilihan guru. Selain itu, guru yang terpilih juga masih kita latih untuk menyatukan
pemahaham-pemahaman yang ada. Guru yang berprestasi juga kita beri kesempatan untuk melanjutkan
studi S2. Karena semakin tinggi pendidikan seseorang akan menentukan sejauh mana kemampuan yang dimiliki.
Hingga saat ini sudah ada sekitar 13 orang guru yang sudah meraih gelar S2. Kita juga berharap dalam waktu
yang dekat akan bertambah jadi 25 orang. Kalau pendidikan guru-gurunya tinggi kan pasti siswa-siswa
nya semangat dan memiliki keinginan untuk bersekolah setinggi-tingginya. Sekolah S2 ini juga sebagai apresiasi
pihak yayasan terhadap guru-guru yang berprestasi dan guru-guru yang lain nantinya akan menunjukkan
prestasi-prestasi yang luar biasa.”
Peran guru dalam memberikan pendidikan multikultural memang sangat besar. Di YPSIM, guru selalu melakukan pengajaran dengan nilai-nilai yang
sudah diterapkan dalam sekolah seperti nilai kejujuran, disiplin, tekun, aktif, saling menghargai, teliti dan lain-lain. Dalam proses belajar mengajar para guru
sembari menerapkan wawasan dan pemahaman yang mendalam tentang adanya
Universitas Sumatera Utara
105
keragaman dalam kehidupan sosial. Bahkan, para siswa memiliki pengalaman nyata untuk melibatkan diri dalam mempraktikkan nilai-nilai dari pendidikan
multikultural dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dan perilaku yang toleran, simpatik, dan empatik pun pada gilirannya akan tumbuh pada diri masing-masing
siswa. Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu guru di YPSIM sebagai berikut:
“Baik dalam kelas yang formal mauapun diluar kelas kita selalu memasukkan nilai-nilai yang mendudukung
pendidikan multikultural ini.Misalnya, dalam mata pelajaran agama guru agama mengajak siswa untuk
mengenal agama yang berbeda. Dalam bidang mata pelajaran olahraga, siswa jika ada siswa laki-laki yang
melarang siswa perempuan ikut main bola maka akan kita tegur. Karena perempuan juga banyak yang
menyukai dan berbakat main bola.Sebagai guru kita memang harus punya kemampuan yang sangat banyak
dan jika tidak memilikinya maka harus terus belajar.Di sekolah ini semu siswa memiliki sikap dan kepribadian
yang sangat banyak.Dan itu tantangan untuk seorang guru yang harus bisa memiliki sikap sebanyak sikap yang
dimilik siswa. Peran guru terutama di kelas kan sangat penting karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu
di kelas. Saat siswa jenuh belajar maka guru harus memberikan motivasi terhadap siswa tersebut.Sebagai
guru juga kita harus selalu ingat untuk menerapkan nilai- nilai itu.”
Dengan peran guru seperti ini, proses pembelajaran yang difasilitasi guru tidak sekadar berorientasi pada ranah kognitif, melainkan pada ranah afektif dan
psikomotorik sekaligus. Dalam proses pembelajaran juga sangat demokratis dengan menempatkan guru dan siswa memiliki status yang setara equal status,
karena masing-masing dari mereka merupakan anggota komunitas kelas yang setara juga.
Universitas Sumatera Utara
106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Konsep pendidikan multikultural di Negara-negara yang menganut konsep
demokratis seperti Amerika serikat dan kanada, bukan hal yang baru lagi.Mereka telah melaksanakannya khususnya dalam upaya melenyapkan diskriminasi rasial
antara orang kulit putih dan kulit hitam, yang bertujuan memajukan dan memelihara integritas nasional.Pendidikan multikultural mencakup seluruh siswa
tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya, strata sosial, dan agama.
Bentuk darimodel pendidikan multikultural yang di laksanakan di sekolah di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda meliputi: visi dan kebijakan sekolah,
kapasitas dan kulturkebudayaan;, aktivitas peserta didik, kolaborasi dengan masyarakat luas dan juga mengutamakan peran guru dalam perkembangan ssiwa
baik secara akademis maupun bidang lainnya. YPSIM sudah lama menerapkan pendidikan multikultural yang pada tahun 2013 sudah 25 tahun usianya. Visi dan
kebijakan sekolah yang menjadi landasan berkembangnya sebuah budaya menghargai dan menerima perbedaan mengkonfirmasi tujuan dan orientasi
pendidikan yang dijalankan di YPSIM. Fasilitas penunjang kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan di sekolah, beserta komitmen dari seluruh pihak
yang terkait merupakan sebuah paket komplit pelaksanaan pendidikan multikultural.
Universitas Sumatera Utara
107
Strategi pendidikan multikultural yang tampak dari hasil penelitian ini yakni: membentuk kelompok diskusi multikultural dan pengaturan tempat duduk
yang berselang-seling; memberikan materi atau melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kepedulian para siswa tentang permasalahan sosial yang ada di
masyarakat, menyelenggarakan kegiatan - kegiatan ekstra-kurikuler seperti klub olahraga dan akademis, serta seminar untuk memberikan motivasi dan
memperluas wawasan siswa juga harus memperhatikan prinsip-prinsip multikulturalisme, mengakomodasi pendidikan agama dari peserta didiknya.
Sekolah SIM mempunyai murid - murid dengan agama yang berbeda harus memfasilitasi berkembangnya sikap menghargai dan menghormati antar umat
beragama yang berbeda tersebut, yakni dengan menyediakan tempat peribadatan masing-masing agama, dan malam perayaan Bhinneka Tunggal Ika, untuk
menghormati semua siswa dengan hari raya masing-masing. Salah satu keistimewaan YPSIM yakni komitmen untuk memperlakukan secara adil dan
setara bagi anak dari keluarga miskin.YPSIM melakukan Program Anak Asuh dengan maksud walaupun anak dari keluarga miskin namun dapat menikmati
sekolah yang unggul. Selama 25 tahun YPSIM telah berupaya untuk menghasilkan generasi muda yang tidak hanya cakap terhadap di bidang akademis
akan tetapi juga menjadi pribadi yang menghargai perbedaan-perbedaan yang ada disekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
108
5.2. Saran