11
mengenali terlebih dahulu keadaan yang tidak manusiawi, yang terjadi senyatanya yang objektif. Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus
dalam hubungan dialektisnya yang konstan, yaitu 1 Pengajar, 2 Pelajar atau anak didik, 3 Realitas dunia.
1.2.2.2. Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah pemahaman dan cara pandang yang menekankan hubungan setiap manusia dengan melihat keberadaan setiap kebudayaan dan
dipandang secara setara, dengan demikian muncul suatu gagasan yang normative mengenai kerukunan, toleransi, saling menghargai perbedaan dan hak-hak masing
kebudayaan suatu bangsa. Menurut Blum 2001 : 2 konsep multikulturalisme adalah sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang,
serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis tertentu. Dengan kata lain, multikulturalisme merupakan penilaian terhadap budaya-budaya
orang lain bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari budaya-budaya tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana sebuah budaya asli
mengekspresikan nila-nilai bagi anggotanya sendiri. Jock Youn dalam Piliang, 2003 ada dua sikap yang berbeda dalam
melihat perubahan dan transformasi dalam kaitannya dengan multikulturalisme, antara lain:
1. Multikulturalisme Plural, yaitu pandangan yang mengedepankan
“absolutism identitas”. Identitas dipandang sebuah kepastian yang sudah given, sacral, tidak boleh berubah, dan tidak boleh dicemari oleh
Universitas Sumatera Utara
12
kebudayaan luar. Multikulturalisme seperti ini lebih menempatkan kelompok etnis, ras, daerah, agama, sebagai entitas yang berbeda dan
terpisah secara absolute. Sehingga menfikkan kemungkinan persilangan interaksi dan identifikasi antar budaya.
2. Multikulturalisme transformative, yaitu menekankan potensi
pertukaran budaya secara terbuka, persilangan norma dan nilai-nilai peleburan batas-batas, serta eklektisisme dalam berbagai bentuk
ekspresi sosial politik dan budaya. Lebih lanjut Azraa dalam Pujaastawa 2006:75 mengatakan
multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap realitas keragaman atau pluralitas dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk memperkokoh negara kesatuan Republik Indonesia selain konsep heteronomi maka konsep multikulturalisme adalah salah satu strategi yang bisa
diambil untuk mengatasi konflik yang bersifat horizontal di Indonesia. Untuk membangun multikulturalisme di Indonesia menurut Suputra 2006:67 ada
beberapa upaya yang mesti dilakukan antara lain: 1.
Melalui pendidikan multikultural baik yang diselenggarakan melalui lembaga pendidikan formal ataupun nonformal.
2. Melalui prinsip lintas budaya transcultural yakni semacam garis
penghubung bagi berbagai kebudayaan daerah.
Universitas Sumatera Utara
13
3. Melalui prinsip keterbukaan yang kritis, yaitu keterbukaan terhadap
kebudayaan luar serta proses interaksi pertukaran yang dimungkinkan didalamnya, harus disertai sikap kritis. Oleh karena itu, ada semacam
mekanisme saringan budaya culturalfilter dapat meminimalisasi ekses-ekses dari keterbukaan tersebut.
Bikhu Parekh 2001 istilah multikulturalisme mengandung tiga komponen, yakni, pertama, konsep ini terkait dengan kebudayaan; kedua, konsep ini merujuk
kepada pluralitas kebudayaan; dan ketiga, konsep ini mengandung cara tertentu untuk merespon pluralitas itu. Oleh sebab itu multikulturalisme bukanlah doktrin
politik pragmatic melainkan sebagai cara pandang atau semacam ideology dalam kehidupan manusia. Alfonso Taryadi dalam Ata Ujan 2011:14-15 mengatakan
bahwa ada lima jenis multikulturalisme : 1.
Multikulturalisme isolasionis: mengacu pada visi masyarakat sebagai tempat kelompok-kelompok budaya yang berbeda, menjalani hidup
mandiri dan terlibat dalam saling interaksi minimal sebagai syarat yang niscaya untuk hidup bersama.
2. Multikulturalisme akomodatif: mengacu pada visi masyarakat yang
bertumpu pada satu budaya dominan, dengan penyesuaian-penyesuaian dan pengaturan yang pas untuk kebutuhan budaya minoritas.
3. Multikulturalisme mandiri: mengacu pada visi masyarakat dimana
kelompok-kelompok budaya besar mencari kesetaraan dengan budaya dominan dan bertujuan menempuh hidup mandiri dalam satu kerangka
politik kolektif yang dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara
14
4. Multikulturalisme kritis atau interaktif: merujuk pada misi masyarakat
sebagai tempat kelompok-kelompok cultural kurang peduli untuk menempuh hidup mandiri, dan lebih peduli dalam menciptakan satu
budaya kolektif yang mencerminkan dan mengakui perspektif mereka yang berbeda-beda.
5. Multikulturalisme cosmopolitan: mengacu pada visi masyarakat yang
berusaha menerobos ikatan-ikatan kultural dan membuka peluang bagi para individu yang kini tidak terikat pada budaya khusus, secara bebas
bergiat dalam eksperimen-eksperimen antarkultur dan mengembangkan satu budaya milik mereka sendiri.
Salah satu wacana penting mengenai multikulturalisme adalah terbangunnya system pendidikan multikultural untuk mewujudkan suatu perdamaian dan
kesetaraan.Pendekatan dan pendidikan multikultural tidak sekedar mengenal, menghargai, dan menyambut perbedaan, tetapi harus ditandai dengan keterlibatan,
mempertanyakan dan mempelajari perbedaan Fay, 2002.Pendidikan multikultural memberikan alternative melalui penerapan strategi dan konsep
pendidikan berbasis pada keragaman di tengah masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender,
dan lain-lain.
1.2.2.3. Pendidikan Multikultural