96
Selain menyediakan sarana bagi warga sekolah untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. sekolah dapat juga
mengadakan acara ataupun aktivitas keagamaan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa, misalnya pesantren kilat dilakukan pada bulan puasa untuk
siswasiswi yang beragama Islam, perayaan Natal dan kebaktian bagi umat Nasrani, retreat untuk menenangkan pikiranmeditasi untuk umat Buddhis.
Dengan dibimbing oleh guru-guru agama, siswa dapat juga memperdalam ilmu agama dengan mengunjungi ternpat-tempat yang mempunyai sejarah untuk agama
tertentu atau belajar dengan pemuka agama masing-masing di masjid, gereja, vihara yang berada di luar sekolah.
4.1.7. Demokrasi Siswa
Peserta didik di Sekolah Sultan Iskandar Muda, sejak dini juga diajarkan untuk menghayati dan mempraktekkan nilai-nilai demokrasi.Misalnya melalui
pemilihan pengurus OSIS Organisasi Siswa.Untuk mendapatkan pengurus OSIS sesuai konstituen peserta didik, maka mekanisme pemilihan dilakukan secara
langsung.Setiap calon ketua OSIS diberi kesempatan untuk mengkampanyekan programnya. Jika tidak tercapai mufakat, maka dipakai cara voting. Hal ini
menunjukkan bahwa persamaan dijamin di semua tahapan, dimana pengurus OSIS dipilih bukan karena faktor etnis, kedudukan ekonomi atau sosial orang tua
peserta didik, atau karena kehendak pihak sekolah, tetapi ditentukan oleh proses pemilihan yang demokratis.
Universitas Sumatera Utara
97
Lewat OSIS, peserta didik di sekolah SIM juga diberi kesempatan untuk mengevaluasi para guru. Apakah guru-guru di sekolah SIM bersikap diskriminatif
atau tidak, membeda-bedakan penilaian karena kesamaan suku atau memberikan penilaian berdasarkan capaian nilai pelajaran subjek didik. Masukan-masukan
peserta didik dijadikan bahan evaluasi oleh tim penilai yang telah terdiri atas beberapa pakar pendidikan dan dibentuk secara indipenden oleh pengurus yayasan
Sekolah YPSIM. . Setiap tahun, para guru dievaluasi. Evaluasi tersebut penting, mengingat YPSIM memiliki visi dan misi ikut menunjang proses multikultural.
Seorang guru, sepintar apapun, kalau tidak memiliki komitmen untuk berperan serta menyukseskan multikultural, apalagi perilakunya cenderung diskriminatif,
maka dapat menjadi ‘batu kerikil’ yang mengganjal pencapaian tujuan institusi.Hal ini diperjelas dengan pernyataan salah satu siswa SMA di YPSIM.
Berikut pernyataannya: “Biasanya kan siapa yang lebih tinggi jabatannya dia yang
berhak memberikan evaluasi terhadap bawahannya. Misalnya kalau di perusahaan direktur punya hak penuh
untuk mengevaluasi, memarahi bahkan memecat karyawannya. Di sekolah juga mungkin hal seperti ini
sering terjadi. Tapi di sekolah ini tidak hanya guru yang berhak mengevaluasi siswa, tapi siswa juga berhak
mengevaluasi guru. Meskipun ini sekolah keberaman kan bukan berarti siswa atau guru tidak luput dari kesalahan,
karena kita sama-sama manusia. Makanya kita sebagai manusia harus saling mengingatkan satu sama lain supaya
kesalahan-kesalahan itu tidak berakar dan menjadikan kita dendam. Hal ini juga akan membuat siswa dan guru untuk
tidak melakukan diskriminasi atas apapun.”
Universitas Sumatera Utara
98
4.1.8. Pohon Bisbul