Tiga Rumah Ibadah dan Pendopo

82 pengurus PAABS, mengirim kartu ucapan selamat ulang tahun dan perayaan hari besar agama kepada orang tua asuh sesuai agama yang dianut. Prosedur menjadi orang tua asuh adalah tim PAABBS akan mengirim daftar calon anak asuh profil yang memuat data anak asuh serta data ekonomi orang tua berupa penghasilan per bulan, pengeluaran rata-rata per hari, status rumah yang mereka diami dan data lain yang menggambarkan kehidupan ekonomi keluarga anak asuh. Data-data tersebut juga disertai foto calon anak asuh. Calon orangtua asuh yang belum ada kecocokan dengan calon anak asuh, dapat meminta Tim PAABS untuk mengirimi data kriteria calon anak asuh lain yang dikehendaki. Menjadi orang tua asuh juga memiliki syarat- syarat seperti orang tua asuh dapat perorangan atau lembaga swasta atau pemerintah, mengisi formulir kesediaan menjadi orangtua asuh, bersedia membiayai calon anak asuh yang sudah disetujui diangkat dengan mentransfer ke rekening YPSIM atau diambil langsung pengurus PAABBS. Hak orangtua asuh, memilih anak asuh sesuai yang dikhendaki berdasarkan hasil seleksi dan data profil yang ada, mendapatkan laporan nilai secara lisan dan tertulis, memutuskanmencabut SK pengangkatan anak asuh jika dianggap tidak sesuai dengan keinginan, mengadakan pertemuan dengan anak asuhnya dengan berkoordinasi dengan pengurus PAABBS, menjaga kerahasiaan sebagai orangtua asuh dari anak asuh jika diinginkan. Kewajiban orangtua asuh adalah mengirim biaya pendidikan anak asuh yang sudah disetujui ke rekening YP.SIM sesuai budget yang dilampirkan Pengurus PABBS dan disepakati oleh orangtua asuh.

4.1.3. Tiga Rumah Ibadah dan Pendopo

Universitas Sumatera Utara 83 Belajar di kelas tentang keberagaman tidak cukup untuk membentuk siswa-siswi yang beragam ini. Oleh karena itu, agar mendukung apa yang dipelajari, YPSIM mendirikan rumah-rumah ibadah dalam kawasan sekolah sehingga para siswa di sekolah dapat menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing. Selain itu, siswa dapat dengan langsung belajar tentang ilmu agama di rumah ibadah sesuai dengan agamanya itu. Burhanuddin 2002 mengatakan bahwa dibandingkan ras dan etnis, daya rekat agama sebagai pembentuk identitas kelompok jauh lebih kuat dan tahan lama. Maka dari itu, pendidikan agama untuk meningkatkan keimanan kepada yang Maha Kuasa yang berlangsung di sekolah juga harus dibarengi dengan pendidikan keagamaan yang mengajarkan tentang pentingnya untuk dapat menerima dan menghargai perbedaan agama yang ada di Indonesia ini. Hal ini mengingat dalam mengajarkan agama ini, para guru sering terjebak pada strategi yang Burhanuddin sebut belah bambu, dimana guru agama dalam pengajarannya, baik sengaja maupun tidak sengaja, sering mengangkat dan mengagungkan agama yang dianutnya sambil merendahkan dan menjelekkan agama lainnya. Selama ini pendidikan agama juga terlihat hanya ditekankan pada proses transfer ilmu agama saja, bukan pada proses transformasi nilai-nilai keagamaan yang universal Noer dalam Burhanuddin, 2002:148 dan nilai-nilai moralitas yang universal seperti cinta kasih, tenggang rasa, penghargaan terhadap segala bentuk perbedaan yang ada sikap-sikap untuk mengembangkan suatu keharmonisan antar semua manusia tanpa memandang ras, agama dan etnik. Universitas Sumatera Utara 84 Menyadari pentingnya agama dalam pembentukan identitas ini, guru-guru agama yang mengajar di YPSIM dipilih melalui proses ketat dan evaluasi akan kinerjanya juga dilakukan secara terus menerus. Guru yang ketahuan melakukan praktek belah bambu ‟ dikeluarkan dari sekolah karena hal ini telah menyalahi budaya sekolahYPSIM yang menghargai segala bentuk perbedaan. Selain itu, guru-guru agama dalam pengajarannya juga tidak dibenarkan untuk mengajarkan aliran spesifik tertentu. Misalnya untuk agama Kristen, dipilih Oikumene, Islam dipilih non-sektarian dan Buddha non- sektarian. Kemudian di YPSIM, mesjid, gereja dan vihara yang telah dibangun dan pura yang rencananya akan dibangun untuk siswa sekolah yang beragama Hindu sengaja dibuat berdampingan dalam jarak kurang dari 30 meter untuk secara simbolis menggambarkan semboyan negara Indonesia Bhinneka Tunggal Ika, yang menjadi landasan pelaksanaan semua kegiatan pendidikan di YPSIM. Dengan rumah ibadah yang berdekatan ini, YPSIM menginginkan untuk membiasakan para anak didik melihat perbedaan dan mengajarkan kepada mereka bahwa perbedaan bukan berarti tidak dapat berteman dan hidup bersama. Dengan menyaksikan kebiasaan beragama pemeluk agama yang berbeda secara nyata, siswa sekolah dapat juga belajar mengenai kebiasaan toleransi dalam diri mereka. Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu guru yang mengajar di YPSIM, HS 37 tahun dalam kutipan pernyataannya sebagai berikut: “Kadang hanya belajar secara teoritis tidak cukup untuk menginternalisasikan tentang penghargaan atas keberagaman.Makanya harus ada hal-hal yang mendukungnya.Rumah ibadah yang dibangun di yayasan Universitas Sumatera Utara 85 ini bukan hanya sekedar untuk melakukan upacara- upacara keagamaan tertentu. Tapi juga bagaimana di tempat ibadah itu para siswa belajar untuk hidup rukun dengan orang yang berbeda agama dengannya. Kita juga sering melihat bahwa ada hal-hal yang berhasil dari pola ini. Misalnya, ketika siswa yang beragama Islam melihat Gereja kotor maka tanpa disuruh oleh guru dia pasti akan membersihkan Gereja tersebut, begitu juga sebaliknya. Kemudian mereka juga sering mengerjakan tugas-tugas sekolah di dalam rumah ibadah.Sistem ini juga menimbulkan rasa empati yang tinggi dalam diri siswa. Misalnya ketika ada siswa yang bersedih atau mempunyai masalah siswa yang lain akan turut membantu memberikan atau mencarikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.” Dikelilingi oleh tiga rumah ibadah berdirilah sebuah pendopo yang berfungsi sebagai zona netral tempat berkumpul dan diskusi para siswa dan guru. Dipendopo ini juga para siswasiswi dapat latihan drama, cheerleading, pidato dan ekskul lainnya dalam ruang terbuka tetapi tetap terlindung dari terik matahari dan hujan. Pertemuan, rapat guru dan seminar juga sering dilakukan di pendopo ini sebagai alun-alun penampung aspirasi dan pemupuk kebersamaan. Kegiatan- kegiatan yang mengasah rasa ingin tahu dan pandangan kritis ini pun dapat dengan baik difasilitasi oleh pendopo ini.

4.1.4. Hari Besar Keagamaan dan Malam BhinnekaTunggal lka