Perumusan Masalah Analisis Risiko Pemasaran Tanaman Hias Pot di PT Bina Usaha Flora, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

6 3 http:google.com. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan Volume 3 Edisi 2. 2010. [Diakses tanggal 7 Desember 2011] Menurut data Bank Indonesia 2008, kenaikan harga tanaman hias dari tahun ke tahun adalah sekitar 5 - 10 . Kenaikan harga ini lebih kecil dari kenaikan harga bahan baku medianya. Banyak pengusaha yang lebih mementingkan perputaran penjualan dan harga yang murah. Walaupun marjin keuntungan per unitnya kecil tetapi volume tanaman yang terjual banyak. Kendala pemasaran yang dihadapi oleh pengusaha tanaman hias adalah peningkatan harga jual tanaman hias yang tidak secepat peningkatan biaya produksi untuk budidaya tanaman. Misalnya peningkatan harga jual hanya 5-10, tetapi peningkatan biaya produksi media tanam lebih besar dari peningkatan harga jual bahkan dapat mencapai 50. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra penghasil tanaman hias di Indonesia.Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk pengembangan usaha tanaman hias. Produksi tanaman hias unggulan di Jawa Barat terdapat di wilayah Bogor, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Karawang dan Cirebon 4 . PT Bina Usaha Flora BUF merupakan salah satu perusahaan yang terdapat di wilayah Cipanas, Kabupaten Cianjur.Perusahaan ini memproduksi tanaman pot, terutama jenis semusim. Ada lebih dari 20 jenis tanaman pot yang meliputi tanaman indoor dan outdoor. Sebagian besar tanaman yang ada diperbanyak dengan benih. PT BUF terletak di komplek Taman Bunga Nusantara, jalan Mariwati Km 5,5 Desa Pataruman, Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dalam perkembangannya, PT BUF mengalami kendala dalam pemasaran produknya maka PT BUF perlu melakukan kegiatan yang tepat untuk mengelola risiko yang dihadapi perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

PT Bina Usaha Flora BUF merupakan salah satu perusahaan florikultura yang memproduksi lebih dari 20 jenis tanaman hias. PT BUF memiliki luas 2,7 ha dan terdapat 17 green house yang digunakan untuk pembibitan seedling, 4 http:diperta.jabarprov.go.id. Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009.Diakses tanggal 13 Februari 2012 7 tanaman pot potted plant, tanaman hamparan bedding plant, rehabilitasi dan percobaan. Selain itu PT BUF juga melakukan kerjasama dengan petani sekitar dan berbagai perusahaan yaitu dengan melakukan pembelian jenis tanaman yang tidak diproduksi oleh PT BUF. PT BUF memproduksi lebih dari 20 jenis tanaman pot, seperti Hypoestes, Portulaka, Peperomia, Zamio, Apelandra, Snapdragon, Ornamental, Begonia, Portulaka yellow, Lipstik, Cloropitum, Hoya, Patah tulang, Sedum, Impitations, Sirih gading, Ivy geranium, Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas. Namun penjualan terbesar terletak pada tanaman Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas. Keempat tanaman ini merupakan tanaman unggulan dan memiliki jumlah permintaan yang lebih banyak dibandingkan tanaman lainnya yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Tanaman hias vinca, gloxinia, petunia dan pentas memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap penerimaan perusahaan. Dalam menjalankan usahanya, PT Bina Usaha Flora dihadapkan pada permasalahan belum terpenuhinya target penjualan yang sudah direncanakan sebelumnya, padahal tanaman hias memiliki kelemahan dalam hal penyimpanan sehingga perusahaan tidak dapat melakukan penyimpanan produknya dalam waktu lama. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko pemasaran. Perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pemasaran yang tepat agar produknya dapat laku terjual sesuai target yang diharapkan. Terdapat sumber risiko yang diindikasikan menjadi penyebab berfluktuasinya penjualan tanaman hias, seperti jumlah permintaan dan selera konsumen tanaman hias yang berpengaruh pada penerimaan perusahaan. Sedangkan harga pada keempat komoditas terbilang stabil per potnya, yaitu vinca Rp 7.000, gloxinia Rp 7.500, petunia Rp 12.500, dan pentas Rp 2.500. Data penjualan pada keempat jenis tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. 8 Tabel 4. Penjualan Tanaman Hias di PT Bina Usaha Flora Tahun 2010-2011 Tahun Bulan Komoditi pot Vinca Gloxinia Petunia Pentas 2010 Januari 531 140 52 255 Februari 61 198 123 25 Maret 480 71 136 189 April 78 32 1.016 Mei 89 154 14 1.068 Juni 553 96 184 784 Juli 483 40 412 45 Agustus 679 14 329 1.195 September 250 10 150 330 Oktober 132 140 75 November 331 108 141 1.580 Desember 703 199 208 2011 Januari 929 550 522 521 Februari 230 110 635 1.000 Maret 398 1 396 1.147 April 484 10 471 2.416 Mei 1.004 9 421 1.069 Juni 452 110 903 303 Juli 359 107 217 795 Agustus 409 97 697 929 September 285 35 279 1.415 Oktober 523 26 277 1.543 November 1.111 22 91 1.306 Desember 570 14 309 87 Sumber: PT BUF 2012 Berdasarkan Tabel 4, penjualan tanaman hias ada PT BUF dalam dua tahun terakhir menunjukkan nilai penjualan yang sangat bervariatif. Dalam periode waktu tertentu jumlah tanaman hias yang terjual sangat banyak, 9 sedangkan pada periode lainnya sangat sedikit bahkan tidak ada. Hal ini tergantung dari sisi permintaan yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Nilai penjualan pada setiap jenis tanaman hias masih di bawah target penjualan yang diinginkan perusahaan. Setiap bulannya perusahaan menargetkan jumlah penjualan pada masing-masing tanaman hias, yaitu pada vinca sebesar 1000, gloxinia sebesar 500 pot, petunia sebesar 500 pot dan pentas sebesar 1000 polybag . Untuk mengurangi risiko tersebut, perusahaan melakukan diversifikasi usaha. Diversifikasi yang dilakukan oleh PT BUF ditujukan untuk memenuhi permintaan konsumen, meningkatkan permintaan, serta meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Penerapan diversifikasi dalam upaya mengurangi risiko merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti.Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana risiko pemasaran yang dialami oleh PT BUF dan apakah sumber- sumber risiko tersebut ? 2. Sejauh mana hubungan diversifikasi yang dilakukan oleh PT BUF dalam upaya mengurangi risiko? 3. Apakah bentuk strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT BUF?

1.3. Tujuan Penelitian