Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

67 Tabel 10. Penilaian Expected Return Berdasarkan Nilai Penjualan Komoditas Vinca, Gloxinia, Petunia, dan Pentas Komoditas Expected Return Rp Vinca 6.862.800 Gloxinia 3.187.500 Petunia 13.652.500 Pentas 9.226.700 Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai expected return tanaman petunia merupakan komoditas yang paling tinggi nilainya yaitu sebesar Rp13.652.500,00. Nilai expected return yang tinggi pada tanaman petunia terjadi karena harga tanaman ini nilainya lebih tinggi dibandingkan harga pada tanaman lainnya yaitu senilai Rp 12.500,00 per pot. Sedangkan harga pada tanaman lainnya yaitu, vinca Rp 7.000,00 pada gloxinia Rp 7.500,00 dan pentas Rp 2.500,00 Sedangkan nilai expected return terendah terdapat pada tanaman gloxinia yaitu sebesar Rp 3.187.500,00. Hal ini dapat terlihat dari penjualan tanaman gloxinia yang sangat berfluktuatif setiap bulannya. Nilai expected return yang diperkirakan akan diterima perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan perhitungan selanjutnya dengan menghitung nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Analisis risiko yang dilkakukan berdasarkan pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Sehingga dapat dilihat perbandingan nilai risiko yang diperoleh antara kegiatan spesialisasi maupun diversifikasi.

6.2.1. Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Penilaian risiko pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan penerimaan yang diperoleh dari masing-masing komoditas vinca, gloxinia, petunia, dan pentas. Analisis risiko pada kegiatan spesialisasi akan memperlihatkan nilai risiko masing-masing komoditas berdarkan perhitungan nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation yang dapat dilihat pada Tabel 11. 68 Tabel 11. Penilaian Risiko Pemasaran pada Kegiatan Spesialisasi berdasarkan Penerimaan pada Tanaman Hias Vinca, Gloxinia, Petunia dan Vinca di PT Bina Usaha Flora Komoditas Peluang Variance Standard Deviation Coefficient Variation Vinca 0,04 1,71023E+13 413.549,591 0,603 Gloxinia 0,04 1,7673E+13 4.203.924,149 1,319 Petunia 0,04 1,07245E+14 10.355.912,31 0,759 Pentas 0,04 6,21381E+13 7.882.773,728 0,854 Pada Tabel 11 dapat terlihat bahwa nilai variance berbanding lurus dengan standard deviation , yaitu jika nilai variance yang diperoleh tinggi maka nilai standard deviation yang diperoleh juga akan tinggi, dan sebaliknya. Diantara keempat komoditas, tanaman hias petunia memiliki nilai variance dan standard deviation paling tinggi yaitu sebesar 1,07245E+14 dan 10.355.912,31. Sedangkan tanaman hias vinca memiliki nilai variance dan standard deviation paling rendah yaitu sebesar 1,71023E+13 dan 413.549,591. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin kecil variance dan standard deviation maka tingkat risikonya semakin kecil. Namun untuk melihat tingkat risiko lebih tepat dengan menggunakan coefficient variation. Coefficient variation yang diukur dari rasio standard deviation dengan expected return. Semakin tinggi nilai coefficient variation maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa nilai coefficient variation tertinggi adalah gloxinia sebesar 1,319. Yang berarti bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh tanaman hias gloxinia menghadapi risiko kerugian senilai 1,319. Sedangkan nilai coefficient variation terendah adalah vinca sebesar 0,603. Yang berarti bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh tanaman hias vinca menghadapi risiko kerugian senilai 0,603. Tanaman hias gloxinia memiliki nilai risiko yang lebih tinggi dibandingan dengan tanaman hias lainnya karena nilai penjualan tanaman ini sangat berfluktuatif setiap bulannya bila dibandingkan dengan ketiga tanaman lainnya. Terkadang jumlah tanaman yang terjual banyak, namun seringkali sedikit bahkan tidak laku terjual, seperti yang terjadi pada bulan April dan Oktober 2010 yang akan berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan. 69 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT Bina Usaha Flora, tanaman gloxinia tidak dapat bertahan lama dibandingkan dengan ketiga tanaman lainnya. Bunga pada tanaman ini hanya mampu berbunga selama satu sampai dua bulan setelah panen. Sedangkan para konsumen tertarik membeli tanaman ini karena bunganya yang indah. Selain itu kegunaan dari tanaman ini hanya sebatas pada tanaman pot tidak seperti ketiga tanaman lainnya yang juga bisa sebagai tanaman lanskap. Sehingga pembelian tanaman gloxinia biasanya dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan komoditas lainnya. Berbeda dengan tanaman hias vinca yang memiliki nilai coefficient variation terendah yakni sebesar 0,603. Hal ini dikarenakan selera konsumen pada tanaman ini lebih stabil terlihat dari nilai penjualan yang setiap bulannya. Tanaman vinca biasanya dibeli oleh konsumen dalam jumlah sedikit atau banyak. Dalam jumlah sedikit untuk dijadikan tanaman hias pot atau hiasan parcel, sedangkan dalam jumlah besar digunakan untuk membuat taman. Selain menghitung analisis risiko pada masing-masing komoditas untuk mengetahui nilai risiko dari setiap pengusahaan kelompok tanaman hias, dilakukan juga perhitungan pada kegiatan diversifikasi dari keempat komoditas sehingga dapat diketahui kombinasi yang tepat yang dapat mengurangi risiko penjualan yang dihadapi oleh perusahaan.

6.2.2. Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi