Gambaran Umum Tanaman Hias Kerangka Pemikiran Operasional

12 pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya usaha hortikultura patut untuk dikembangkan ada saat ini. Hortikultura dikelompokkan menjadi 6 : 1. Tanaman Buah-buahan pomology: kelompok tanaman ini memiliki keanekaragaman morfologi, seperti ada yang berbentuk pohon misalnya rambutan, mangga,durian, jeruk, dan sebagainya, atau bentuk semak markisa. 2. Tanaman sayuran olerikultur: tanaman ini merupakan tanaman hortikultura yang utama. Bagian tanaman tersebut dapatberasal dari daun, tangkai daun, umbi, batang, akar, bunga, buah ataupun biji.Berbeda dengan tanaman buah - buahan, sayuran memiliki umur yangrelatif singkat. Tanaman ini umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar,oleh karenanya proses penanganannya lebih spesifik dibandingkandengan hortikultura lainnya. 3. Tanaman Hias florikultura: Manfaat dari tanaman hias ini adalah meningkatkan estetika lingkungan. Budidaya tanaman ini dapat dilakukan pada ruang terbukamaupun tertutup. 4. Lanskap arsitektur. Lanskap menggunakan tanaman tertentu yang dipadukan dengan elemen-elemen lainnya untuk menghasilkan pemandangan yangindah.Aspek utama dalam lanskap arsitektur ini adalah penutupan permukaan tanah yang umumnya diwakili dengan rumput.Lanskap arsitektur sedemikian pentingnya karena dapat memuaskan masyarakat yang melihatnya dan berpengaruh terhadap efek fisiologis manusia. 5. Tanaman obat-obatan. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ramuan tradisional.Dimana bahan-bahan tersebut diambil dari berbagai bagian dari tanaman tersebut.

2.2. Gambaran Umum Tanaman Hias

Tanaman hias adalah semua tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Kehadiran tanaman hias mampu menghadirkan nilai-nilai keindahan yang dapat menimbulkan dampak psikologis bagi orang 6 http:pla.deptan.go.idpdfPEDUM_PERAL_HORTI_2012.pdf [24 November 2011] 13 yang memandangnya. Dampak psikologis yang dimaksud misalnya berupa rasa senang, gembira, nyaman, dan sebagainya. Selain itu, apabila dibudidayakan dengan baik serta dikelola dengan benar, bisnis tanaman hias juga akanmemberikan keuntungan secara ekonomi, terutama bagi penduduk kota. Hal ini tidak saja bagi penjual tanaman hias dalam bentuk bunga potong, tetapi juga bagi penjual tanaman hias di dalam pot mulai dari ukuran bibit hingga ukuran dewasa. Jasa pembuatan taman juga akan menjadi lapangan pekerjaan baru bagi mereka yang menaruh minat pada budidaya tanaman hias dan memiliki bekal pengetahuan seni merancang taman. Selain manfaat berupa keindahan, tanaman hias juga dapat memiliki fungsi-fungsi fisik jasmaniah, seperti: 1 Sebagai peneduh; 2 Sebagai pengencer polusi, 3 Sebagai peredam suara, serta 4 Sebagai pembatas Zulkarnain 2009. 2.3. Penelitian Terdahulu 2.3.1. Kajian Risiko Bisnis Telah banyak penelitian yang mengkaji mengenai risiko. Permana 2011 meneliti tentang analisis risiko produksi bunga potong mawar pada PT Momenta Agrikultura Amazing Farm di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi dalam pengembangan usahanya, hal ini dapat dilihat dari produksi atau produktivitas yang berfluktuasi selama masa tanam berlangsung. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kondisi cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja, serta serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis risiko dengan Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dapat menunjukkan bahwa perusahaan mengalami risiko sebesar 0,23 tangkai pada saat terjadi risiko produksi dengan nilai expected return sebesar 11,27. Arfah 2009 meneliti tentang Analisis Risiko Penjualan Anggrek Phalaenopsis pada PT Eka Karya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Permasalahan penjualan yang terjadi di perusahaan disebabkan adanya klaim penjualan tanaman anggrek Phalaenopsis baik pemasaran lokal maupun ekspor. Klaim penjualan ini disebabkan karena adanya pengembalian tanaman dan pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis, serta tanaman yang tidak sesuai dengan criteria standar pemesanan. Adanya risiko penjualan ini dapat 14 mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Analisis risiko menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan spesialisasi berdasarkan realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal dan ekspor diperoleh risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0,114832332. Sedangakan risiko terendah pada pasar lokal sebesar 0,099549102. Hal ini dikarenakan penjualan pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanaman serta kerusakan mekanis dibandingkan pada pasar lokal. Panggabean 2011 meneliti tentang Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Permata Anggrek melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan penjualan terhadap tiga kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar, dendrobium campur sedang, dan dendrobium campur kecil. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko. Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama yang dapat menurunkan jumlah persediaan. Risiko dalam penjualan pasar disebabkan oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman, dan selera konsumen yang tidak sesuai dengan jenis anggrek yang dijual. Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficien variation diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium canpur sedang menghadapi risiko tertinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya yaitu sebesar 0,764. Pada hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua kelompok dan tiga kelompok dendrobium, diperoleh kombinasi yang memiliki nilai risiko paling tinggi yaitu dendrobium campur besar dan sedang sebesar 0,737. Sedangkan nilai risiko paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium campur besar dan kecil sebesar 0,433. 15 Solihin 2009 meneliti tentang risiko produksi dan harga serta pengaruhnya terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng, Sukabumi. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi akibat perubahan cuaca dan wabah penyakit serta kualitas sapronak. Sedangkan risiko harga yang terjadi akibat fluktuasi harga sarana produksi ternak tiap periodenya dengan tren harga yang terus naik. Begitu juga dengan harga jual ayam dipasar yang fluktuatif.Dengan harga pakan yang tinggi dan harga jual ayam yang rendah menyebabkan pendapatan peternak rendah dan bahkan merugi. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Variance, Standard Deviation , Coefficient Variation, dan metode Z-score. Berdasarkan hasil analisa, nilai expected return CV AB Farm sebesar Rp - 17.765.158 dengan nilai coefficient variation adalah 2,63. Risiko produksi yang terjadi akibat penyimpangan Indeks Prestasi Produksi perusahaan terhadap Indeks Prestasi Produksi standar yang seharusnya dicapai selama tujuh periode sebesar 23,0 Tabel Z-Score. Amri 2011 meneliti tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia. Analisis risiko dilakukan dengan menganalisis tingkat risiko harga kentang, kubis, dan tomat dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at Risk VaR. Model yang diajukan untuk kentang, kubis, dan tomat adalah GARCH 1,1 yang berarti bahwapola pergerakan harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga pada satu hari sebelumnya. Berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Risiko terendah pada periode satu hari terjadi pada komoditi kentang, tetapi pada periode tujuh dan 14 hari cenderung meningkat dibandingkan komoditas kubis dan tomat. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi yang dilakukan pedagang untuk komoditas kentang dalam waktu satu hari. Sedangkan untuk komoditas kubis dan tomat pada periode satu hari memiliki nilai yang lebih besar karena kedua komoditas ini memiliki karakteristik mudah busuk dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, kedusa komoditas ini harus terjual dalam satu hari. 16 Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa semua kegiatan menghadapi risiko, terlebih pada kegiatan berbasis pertanian yang memiliki sifat perishable, bulky, dan voluminous. Risiko yang biasa terjadi berdasarkan penelitian terdahulu adalah risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang dialami berupa risiko produksi yang dapat berasal dari dalam lingkungan perusahaan atau dari luar lingkungan perusahaan. Risiko dari dalam lingkungan perusahaan seperti keterampilan yang dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan. Sedangkan risiko yang berasal dari luar lingkungan perusahaan dapat berupa kondisi iklim atau cuaca ataupun serangan hama dan penyakit. Risiko lainnya adalah risiko pasar yang diakibatkan dari kegiatan pemasaran suatu perusahaan. Risiko ini merupakan kondisi yang dialami oleh suatu pelaku usaha yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar kendali pelaku usaha. Risiko pasar dapat berupa fluktuasi penjualan, kerusakan atau kematian produk selama proses pemeliharaan atau distribusi, serta ketidakpastian dalam perubahan harga. Risiko yang terjadi berpengaruh signifikan pada penerimaan pelaku usaha. Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan terhadap return dari suatu aset. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Semua data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan Microsoft office excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan manajemen risiko yang diterapkan pada perusahaan.Pada penelitian sebelumnya, Pengolahan dan analisis data yang digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang terjadi dilakukan dengan menggunakan analisis varian Variance, simpangan baku Standard Deviation, koefisien variasi Coefficient Variation baik dalam kegiatan spesialisasi ataupun diversifikasi. Kegiatan diversifikasi dilakukan untuk menurunkan risiko seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut. Selain mengukur besarnya risiko usaha, ada beberapa penelitian yang mengukur dampak risiko tersebut yaitu dengan menggunakan metode Z-score. metode ini mengukur risiko atau kejadian yang merugikan akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Dengan mengetahui Z-score, dapat 17 diketahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya ataupun dari nilai standarnya. Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat diketahui sumber-sumber risiko yang biasa terjadi serta dampak yang ditimbulkan dari adanya risiko pada kegiatan pertanian. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai risiko khususnya risiko pemasaran tanaman hias pot. Penelitian ini menggunakan metode analisis variance, standard deviation, dan cofficient variation pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi pada empat komoditas.

2.3.3. Kajian Manajemen Risiko

Manajemen risiko diperlukan untuk meminimalisasi risiko yang ada dan dapat meningkatkan presentase keberhasilan produksi yang berimplikasi pada pendapatan perusahaan. Manajemen Risiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian-kerugian yang dihadapi perusahaan. Sehingga perusahaan bisa tetap menjaga kelangsungan hidupnya bahkan bisa berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan sukses dalam bisnisnya. Menurut penelitian Permana 2011, strategi yang dapat dilakukan oleh PT Momenta Agrikultura Amazing Farm adalah peningkatan pengaturan cahaya greenhouse , menerapkan sistem karantina untuk memperlambat prosespenyebaran hama dan penyakit, dengan mengunakan screen atau plastik UV ultraviolet dengan dibentangkan pada bak tanam yang terserang hama, meningkatkan kualitas perawatan tanaman bunga potong mawar dengan mengukur secara lebih teliti dosis pupuk, nutrisi, dan pestisida yang akan diberikan, melakukan kegiatan perompesan daun secara menyeluruh dan benar, proses penyiangan yang dilakukan secara menyeluruh, dan sortasi yang dilakukan secara lebih teliti dan benar, mengembangkan sumberdaya manusia. Menurut penelitian Arfah 2009 alternative manajemen risiko dalam mengatasi risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora yaitu dengan melakukan peningkatan teknologi pada pengaturan cahaya green house , penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen. Penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem standar operasional terhadap kebijakan 18 mutu produk. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Menurut penelitian Panggabean 2011 diversifikasi pada beberapa kelompok dendrobium dapat menekan risiko, namun diversifikasi tidak serta merta dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Saran yang direkomendasikan adalah integrasi vertikal, diversifikasi usaha, kontrak pemasaran dan perbaikan sarana serta prasarana produksi. Hal yang cukup penting untuk diterapkan adalah strategi kontrak pemasaran, yaitu untuk mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium. Selain itu memperbaiki penerapan dalam penanganan serangan hama dan penyakit yang dapat mematikan tanaman. Menurut penelitian Solihin 2009, manajemen risiko yang dapat diterapkan adalah dengan memproduksi pakan secara mandiri untuk menekan biaya produksi karena biaya pakan merupakan biaya tertinggin dari total biaya produksi. Melakukan kontrol kandang secara ketat, mengkonsultasikan gejala klinis yang timbul kepada Field Controller. Memperketat biosekuriti baik sanitasi maupun medikasi. Memperbaiki manajemen perkandangan dengan menambah atap topi agar air hujan tidak tampias dan panas matahari tidak menyengat sebagian kandang, sehingga ayam dapat menyebar dan tidak terjadi kepadatan di satu sudut kandang. Merencanakan dengan baik jadwal produksi dan panen. Membentuk kelompok peternak sebagai sarana informasi dan diskusi terkait kemajuan usaha. Alternatif strategi untuk mengatasi harga sayuran menurut penelitian Amri 2011 dapat dilakukan oleh petani melalui pengaturan pola tanam, pengaktifan koperasi, pengolahan produk, dan hubungan kemitraan dengan perusahaan, serta usaha rumah tangga maupun pedagang. Untuk pedagang yaitu dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan dan industri rumah tangga. Pemerintah dapat memberikan pendidikan dan pelatihan untuk mengelola Lembaga Keuangan Mikro LKM. Program Sub Terminal Agribisnis STA perlu dibentuk di setiap kota dan mudah diakses oleh petani. Asuransi pertanian perlu dukungan pemerintah untuk koordinasi dan sosialisasi terhadap stakeholders. Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat berbagai macam cara yang dilakukan para pelaku usaha untuk mengelola risiko yang dihadapi. Alternatif 19 strategi penanganan risiko dilakukan dengan dua cara yaitu, preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko. Secara umum, penelitian sebelumnya melakukan strategi preventif dengan cara membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumber daya manusia. Strategi lainnya adalah strategi mitigasi, strategi ini dilakukan untuk mengurangi dampak risiko yang berimplikasi pada penerimaan perusahaan. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diversifikasi, penggabungan, atau pengalihan risiko. Pada penelitian sebelumnya, para pelaku usaha melakukan strategi mitigasi dengan melakukan diversifikasi pada usahanya. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usaha masih dapat ditutupi dari kegiatan usaha lainnya. Oleh karena itu diversifikasi merupakan alternatif yang banyak disarankan untuk dapat meminimalkan sekaligus melindungi usaha dari adanya risiko. Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat menjadi gambaran bagi penelitian ini untuk dapat membuat alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan permasalahan perusahaan dan dapat membantu perusahaan agar dapat meminimalkan atau melindungi dari adanya fluktuasi penjualan yang berimplikasi pada penerimaan perusahaan. 20 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1.1. Definisi Risiko

Ada banyak definisi tentang risiko risk. Risiko adalah peristiwa yang potensial untuk terjadi yang mungkin dapat menimbulkan kerugian pada suatu perusahaan. Risiko timbul karena adanya unsur ketidakpastian di masa mendatang, adanya penyimpangan, terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan, atau tidak terjadinya sesuatu yang diharapkan. Risiko bersifat dinamis dan memiliki interdependensi satu sama lain. Dengan demikian dinamisme sifat risiko itu harus diantisipasi sejak awal Hanggraeni 2010. Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan.Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.Kerugian sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian nonfinansial Basyaib 2007. Menurut Vaughan 1978 diacu dalam Darmawi 2010 menjelaskan bahwa risiko memiliki bermacam definisi, yaitu: 1. Risk is the chance of loss Risiko adalah kans kerugian Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. 2. Risk is the possibility of loss Risiko adalah kemungkinan kerugian Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu. 21 3. Risk is uncertainty Risiko adalah ketidakpastian Risiko berhubungan dengan ketidakpastian uncertainty, yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian.

3.1.2. Jenis Risiko

Menurut Kountur 2008 ada beberapa kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah: 1. Risiko dari sudut pandang penyebab, risiko dapat dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko. Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu: a. Risiko keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan, seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. b. Risiko operasional, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan, seperti manusia, teknologi, dan alam 2. Risiko dari sudut pandang akibat, ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan yaitu: a. Risiko murni Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja, atau bisa berakibat merugikan atau menguntungkan.Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut disebut risiko murni. b. Risiko spekulatif, adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. 3. Risiko dari sudut pandang aktivitas, misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit. 4. Risiko dari sudut pandang kejadian, risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadian. Misalnya, kejadiannya adalah kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Menurut Fahmi 2010, secara umum risiko itu hanya dikenal dalam 2 dua tipe saja, yaitu risiko murni pure risk dan risiko spekulatif speculative risk . Adapun kedua bentuk tipe risiko tersebut adalah: 22 1. Risiko murni pure risk. Risiko murni dapat dikelompokkan pada 3 tiga tipe risiko yaitu: a. Risiko asset fisik. Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada asset fisik suatu perusahaanorganisasi. Contohnya kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll. b. Risiko karyawan. Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di perusahaan organisasi tersebut. Contohnya kecelakaan kerja sehingga aktivitas perusahaan terganggu. c. Risiko legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contohnya perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan sebagai ganti rugi. 2. Risiko spekulatif speculative risk. Risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan kepada empat tipe risiko yaitu: a. Risiko pasar. Merupakan risiko yang terjasi dari pergerakan harga di pasar. Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian. b. Risiko kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya timbulnya kredit macet, presentase piutang meningkat. c. Risiko likuiditas. Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contohnya kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, meyebabkan perusahaan harus menjual asset yang dimilikinya. d. Risiko operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancer. Contohnya terjadi kerusakan pada computer karena berbagai hal termasuk terkena virus. Menurut Hanggraeni 2010, terdapat beberapa pendapat mengenai penggolongan jenis risiko, antara lain: 1. Menurut Bank Indonesia, jenis risiko pada umumnya dikelompokkan menjadi 8 delapan jenis, meliputi: 23 a. Risiko kreditinvestasi, yaitu risiko yang timbul akibat dari kegagalan pemenuhan kewajiban oleh counterparty atau debitur. b. Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar yang bervariasi, seperti akibat suku bunga, nilai tukar dan komoditas. c. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang muncul karena ketidakmampuan dalam menempatkan mengolah liability kewajiban. d. Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan mematuhi dengan atau tanpa menerapkan hukum, peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan lainnya. e. Risiko operasional, risiko ini relative masih baru diatur dalam perbankan yang biasanya muncul karena ketidakmampuan danatau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau masalah-masalah eksternal lainnya. f. Risiko hukum, risiko ini akibat kelemahan masalah hukum, mulai dari tuntutan hukum, tidak adanya kerangka hukum, dan kelemahan perjanjian. g. Risiko reputasi, risiko ini relatif baru yang biasanya muncul terkait dengan masalah publikasi atau persepsi-persepsi negative. h. Risiko strategi, risiko yang timbul akibat lemahnya pembentukan dan penerapan strategi perusahaan, lemahnya pengambilan keputusan dalam dunia bisnis atau kesenjangan reaksi dalam menghadapi perubahan. 2. Menurut Sadgrove 2005: hal 18 risiko digolongkan menjadi: a. Risiko operasional, risiko yang berkaitan dengan proses produksi atau operasi perusahaan. b. Risiko strategi, merupakan isu yang besar yang mendorong perusahaan berfikir secara skala besar. Risiko ini dikelola pada level Direksi dan memerlukan perencanaan strategi. c. Risiko kepatuhan, merupakan risiko yang dihadapi perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan perusahaan terhadap aturan-aturan hukum serta aturan-aturan hukum serta aturan-aturan pemerintah untuk meningkatkan pengendlian risiko perusahaan sebagai perusahaan publik. 24 d. Risiko keuangan internal, merupakan risiko yang dihadapii perusahaan yang berhubungan dengan keuangan. 3. Menurut Lam 2007 risiko digolongkan menjadi: a. Risiko pasar, risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadapperusahaan. b. Risiko kredit, risiko kegagalan pelanggan, pihak ketiga, atau pemasok dalam memenuhi kewajibannya. c. Risiko operasional, risiko kegagalan orang, proses dan sistem, atau risiko terjadinya suatu peristiwa eksternal misal gempa bumi dan kebakaran yang berdampak negatif pada perusahaan. d. Risiko bisnis, risiko tidak tercapainya sasaran hasil-hasil operasi. e. Risiko organisasional, risiko yang timbul dari buruknya rancangan struktur organisasi atau tidak memadainya sumber daya manusia.

3.1.3. Sumber Risiko

Menurut Darmawi 2010 menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Sumber risiko tersebut adalah: 1. Risiko sosial Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. 2. Risiko fisik Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia. 3. Risiko ekonomi Banyak risiko yang dihadapi perusahaan bersifat ekonomi, seperti inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan perusahaan individu, dan sebagainya. Menurut Kountur 2008 dan Hanafi 2007 risiko dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang manajer perusahaan dan dari sumber penyebab risiko. Risiko menurut manajer perusahaan adalah risiko spekulatif yaitu risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan kemungkinan merugikan dan kemungkinan menguntungkan, dan risiko murni adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dan yang ada hanya kemungkinan merugikan. 25 Sedangkan risiko berdasarkan penyebabnya terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional.Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang. Risiko Operasional merupakan semua risiko yang tidak termasuk pada kelompok risiko keuangan seperti risiko yang disebabkan oleh faktor manusia, alam dan teknologi. Dengan demikian pengambil keputusan dapat mengidentifikasi permasalahan berdasarkan sudut pandang tersebut sehingga pengelolaan risiko bisa lebih efektif.

3.1.4. Hubungan Karakteristik dengan Risk dan Return

Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan, maka ada faktor yang turut mempengaruhinya yaitu karakteristik sang pengambil keputusan. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Takut pada risiko atau risk avoider Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya, bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya menghindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Secara umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya disebut dengan safety player. Maka mereka penganut risk avoider cenderung sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang innovator. 2. Hati-hati pada risiko atau risk indifference Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun bagi mereka yang menganut karakter seperti ini dengan kecenderungan kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil, ia tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka menyebut orang dengan karakter ini secara ekstrem sebagai tipe peragu. 3. Suka pada risiko atau risk seeker atau risk lover Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Karena bagi dia semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan 26 mempengaruhi besar terhadap setiap keputusan yang ia ambil, mereka terbiasa spekulasi dan itu pula yang membuat mereka selalu saja ingin menjadi pemimpin. Mental risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar, karakter ini juga umumnya dimiliki oleh para pemberontak dimana mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan setelah itu yaitu berupa kemenangan. Fahmi 2010. Gambar 1. Tiga Perbedaan Pengambil Keputusan Sumber: Barry Render and Ralph M. Stair, Jr 1997 Diacu dalam Irham Fahmi 2010 Menurut Mamduh 2009 salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan dua klasifikasi sebagai berikut: 1 Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko, 2 Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut. Pengukuran risiko operasional dapat dilakukan dengan menempatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinan untuk memperoleh return yang diharapkan, dengan asumsi risiko dan return bersifat linear. Utility Monetary Outcome Risk Avoider Risk Indifference Risk Seeker 27 Gambar 2 . Hubungan Expected Return dan Standard Deviation dalam Perspektif Risiko Operasional. Sumber: Irham Fahmi 2010 Keterangan: ER = Expected Return atau keuntungan yang diharapkan = Standar deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku disini sering diartikan dengan tingkat risiko yaitu semakin besar simpangan bakunya maka semakin besar tingkat risiko yang akan terjadi. 1. Posisi I adalah dimana ER berada di posisi yang tertinggi dan juga berada di posisi yang tertinggi, dalam artian semakin tinggi pengharapan pada ER maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya . Atau dengan kata lain disini kondisi maksimalitas expected return bersifat searah linier dengan risiko yang akan diterima. 2. Posisi II adalah dimana ER berada pada posisi rendah dan berada pada posisi yang tinggi atau dengan kata lain ER dan bersifat tidak searah non linier. 3. Posisi III adalah dimana ER berada pada posisi rendah dan juga berada pada posisi yang rendah atau dengan kata lain ER dan bersifat searah linier. 4. Posisi IV adalah dimana ER berada pada posisi tinggi dan berada pada posisi rendah atau dengan kata lain ER dan bersifat tidak searah non linier. IV I II III M ER 28 5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik yang paling optimal untuk kondisi ER dan .

3.1.5. Teori Portofolio

Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan dengan pengembalian portofolio yang diharapkan dengan tingkat risiko yang dapat diterima. Tingkat pengembalian yang diharapkan adalah return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Penentuan portofolio yang optimal merupakan suatu yang sangat penting bagi investor karena akan menghasilkan return yang optimal dengan risiko tertentu. Portofolio yang optimal ditentukan dengan membentuk portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi Husnan, 1998. Menurut Markowitz 1959 pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal dimulai dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, kemudian dianalisis untuk menggambarkan setiap portofolio. Markowitz mengembangkan teori portofolio pilihan yang belum pasti di masa depan. Teori ini didasarkan pada memaksimalkan utilitas dari kekayaan investor. Fungsi utilitas ini didefinisikan sesuai dengan expected return dan standard deviation kekayaan. Menurut Kountur 2008 diversifikasi adalah cara menempatkan aset di beberapa tempat sehingga jika saah satu tempat mengalami kerugian, maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Menurut Elton dan Gruber 1995 terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian, standar deviasi dan koefisien variasi. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari varian sedangkan koefisien merupakan rasio dari standar deviasi dengan nilai ekspektasi return dari suatu asset. Varian dan standar deviasi hanya menunjukkan nilai risiko yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko risiko dengan hasil yang diharapkan sehingga kurang tepat untuk penilaian risiko. Untuk membandingkan asset dengan return yang diharapkan berbeda, maka pelaku bisnis dapat menggunakan koefisien variasi. Koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan, khususnya dalam mengambil salah satu alternative dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk 29 setiap return yang diperoleh. Nilai varian dan standar deviasi yang rendah dapat menghasilkan koefisien variasi yang tinggi. Sedangkan nilai varian dan standar deviasi yang tinggi dapat menghasilkan koefisien variasi yang rendah. Dengan ukuran koefisien variasi, perbandingan antara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return.

3.1.6. Manajemen Risiko

Menurut Hanafi 2009 manajemen risiko organisasi adalah suatu system pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses berikut ini: 1. Identifikasi risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan cara menelusuri sumber-sumber risikosampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. 2. Evaluasi dan pengkuran risiko Evaluasi dan pengukuran risiko dilakukan untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menghitung peluang kemungkinan risiko. 3. Pengelolaan risiko Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan berbagau cara, seperti penghindaran, retention, diversifikasi, transfer risiko, pengendalian risiko, dan pendanaan risiko. Menurut Kountur 2008 dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko. Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko.Daftar risiko merupakan outputhasil dari identifikasi risiko.Setelah semua risiko yang diperlukan diketahui teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat, kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar risiko tersebut diukur.Dengan demikian, proses selanjutnya setelah identifikasi risiko alah pengukuran risiko. Maksud dari pengukuran risiko ini adalah supaya dapat menghasilkan apa yang disebut dengan 30 status risiko dan peta risiko. Status risiko sebenarnya adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga kita bisa mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Dan dalam peta risiko ini, akan tampak statusnya. Berdasarkan peta risiko dan status risiko ini, kemudian manajemen melakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dimaksudkan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang terpetakan. Evaluasi merupakan aktivitas selanjutnya dari proses manajemen perusahaan. Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan Sumber: Kountur 2008 Menurut Kountur 2008 berdasarkan hasil dari penilaian risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko yang tepat untuk dilakukan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu: OUTPUT PROSES IDENTIFIKASI RISIKO PENANGANAN RISIKO EVALUASI PENGUKURAN RISIKO Daftar Risiko 1. Peta Risiko 2. Status Risiko Usulan Penanganan Risiko 31 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a membuat atau memperbaiki sistem prosedur; b mengembangkan sumber daya manusia; dan c memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau usaha di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan sluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b. Penggabungan Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain. c. Pengalihan risiko Pengalihan risiko transfer of risk merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha tanaman hias merupakan salah satu usaha yang sedang berkembang seiring dengan semakin meningkatnya masyarakat yang menginginkan lingkungan yang asri, nyaman, dan indah. Selain itu, meningkatnya jumlah industri yang bergerak dalam agribisnis tanaman hias menjadi bukti bahwa 32 usaha tanaman hias memiliki peluang yang besar untuk berkembang. Namun peluang usaha tersebut harus dihadapkan dengan beberapa masalah dalam menjalankan usahanya. Salah satunya adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses penjualan. PT Bina Usaha Flora memiliki luas lahan sebesar 2,7 Ha untuk memproduksi berbagai macam komoditas tanaman hias. Pada penelitian ini akan diambil beberapa komoditas unggulan perusahaan yaitu vinca, gloxinia, petunia, dan pentas. Keempat tanaman ini memiliki volume penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman lainnya yang diproduksi perusahaan. Dalam memproduksi tanaman tersebut, PT BUF memiliki mengalami fluktuasi penjualan yang mengindikasikan adanya risiko di dalam perusahaan. Tingkat risiko yang terjadi pada perusahaan akan berpengaruh terhadap besarmya penerimaan yang diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis risiko yang tepat untuk menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan pada PT Bina Usaha Flora. Analisis risiko dilakukan melalui pendekatan metode Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Analisis pada kegiatan spesialisasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada masing-masing komoditas. Analisis pada kegiatan diversifikasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada usaha diversifikasi gabungan empat komoditas yang dilakukan oleh perusahaan saat ini, dan dilakukan perhitungan diversifikasi gabungan dua dan tiga komoditas untuk membandingkan nilai risiko yang diperoleh. Setelah dianalisis akan diperoleh hasil yang akan menjadi alternatif strategi penanganan risiko sebagai pertimbangan bagi PT Bina Usaha Flora untuk mengatasi risiko yang dihadapi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 33 Gambar 4 . Kerangka Pemikiran Operasional PT Bina Usaha Flora Fluktuasi Penjualan Tanaman Hias Analisis Kuantitatif Identifikasi variance, standard deviation, coefficient variance Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Penilaian Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Sumber-sumber Risiko PT Bina Usaha Flora Fluktuasi Penjualan Tanaman Hias Analisis Kuantitatif Identifikasi variance, standard deviation, coefficient variance Strategi Penanganan Risiko Fluktuasi Penerimaan Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Penilaian Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Sumber-sumber Risiko 34 IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian