3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Tanjung Luar Lombok Timur pada posisi geografis 116°.37’-116°.45’ bujur timur dan 8°17’-8°18’ lintang selatan. Lokasi
padang lamun tersebar pada beberapa lokasi seperti: Gili Kere, Gili Maringkik, Gili Bembek, Gili Re dan Gili Belek dan yang di pantai Tanjung Luar seperti
Kampung Baru, Lungkak dan Poton Bakau. Adapun lokasi penelitian secara lengkap seperti pada Gambar 6 dan pengambilan data penelitian dilakukan dari
bulan April sampai bulan Agustus 2010.
Gambar 6 Peta lokasi penelitian
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini didesain berdasarkan kriteria dan indikator ekologi lamun. Kriteria ekologi berfungsi untuk mencegah laju kerusakan lamun sebagai habitat
ikan dan indikator berfungsi untuk melakukan penilaian keberlajutan lamun dan biota asosiasinya. Adapun tTahapan penelitian serta desain rincinya seperti
pada Gambar 7.
N E
W S
Lokasi Penelitian
444000 445000
446000 447000
448000 449000
450000 451000
9 2
4 9
2 5
9 2
6 9
2 7
9 2
8 9
2 9
9 3
Perairan Tanjung Luar Teluk Jukung
Lokasi Penelitian Lamun Seagrass
Kec. Keruak dan Jerowaru
LEGENDA
Gili Maringkik Gili Kere
Gili Bembek Poton Bako
Lungkak Kampung Baru
36
37
3.3 Pengambilan Data Penelitian
Data penelitian ini terdiri dari data primer yaitu data yang bersumber dari hasil survei dan observasi terhadap objek penelitian dan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari dokumen yang berkaitan dengan gambaran umum wilayah penelitian dan kelembagaan pengelolaan sumberdaya ikan. Tahapan
pengambilan data penelitian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun tahapan pengambilan data penelitian adalah sebagai berikut:
3.3.1 Pengambilan data tujuan penelitian 1 dan 2.
Tahapan pengambilan data pada tujuan penelitian 1 dan 2 adalah sebagai berikut:
1. Luas areal lamun, pengukuran luas tiap lokasi padang lamun dari 6 lokasi sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan alat GPS Global
Positioning System. Proses pengambilan data dilakukan dengan
menggunkan perahu nelayan untuk mengambil titik-titik batas terluar tempat ditumbuhi lamun pada tiap lokasi padang lamun. Titik-titik koordinat dalam
GPS dicatat dalam Lintang Selatan LS dan Bujur Timur BT Juwana dan Romimohtarto 1999.
2. Lamun, pengambilan data lamun dari enam lokasi padang lamun dipilih empat lokasi padang lamun yaitu padang lamun Gili Kere, Kampung Baru, Lungkak
dan Poton Bakau. Jumlah stasiun pada tiap lokasi padang lamun adalah di Gili Kere 3 stasiun yaitu stasiun I kearah timur, Stasiun II kearah utara dan
stasiun III kearah barat. Kampung Baru, Lungkak dan Poton Bakau 1 stasiun. Pengambilan data lamun dilakukan dengan menggunakan metode transek
garis transect line method. Jumlah transek pada setiap stasiun penelitian tidak sama dan transek dibuat tegak lurus garis pantai. Pengamatan lamun
dilakukan pada tiap garis transek di dalam petak kuadran dengan ukuran 25 cm x 25 cm dengan jarak 25 m Yulianda et al 2009. Parameter lamun yang
diamati adalah jenis lamun dan jumlah individu tiap jenis lamun, persen penutupan lamun, kedalaman substrat lamun. Identifikasi jenis lamun
dilakukan menurut Fortes 1990, dan Tomascik et al, 1997. Pengambilan data biomassa lamun di ambil pada petak contoh dan lamun yang diperoleh
dari tiap petak contoh tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik berlabel. Di laboratorium contoh lamun dicuci, dibersihkan dan dipisahkan menurut
jenisnya, lalu ditimbang untuk menghitung berat basah tiap jenis lamun.
38
3. Ancaman kerusakan lamun, penilaian ancaman kerusakan lamun dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:
a. Survei, Kelompok masyarakat yang memanfaatkan areal padang lamun sebagai sasaran survei adalah nelayan dan masyarakat non nelayan.
b. Observasi, observasi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap jumlah orang atau masyarakat yang datang memanfaatkan areal lamun untuk
mencari ikan, moluska, see-urchin, tripang dan buah lamun. Rancangan observasi terhadap jumlah orang yang datang kelokasi padang lamun
seperti pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13 Rancangan pengamatan jumlah orang yang datang ke tiap lokasi
padang lamun
No Lokasi Padang Lamun
Bulan I
II III
1 2 3 4
5 1 2 3
4 5
1 2
3 4 5
1 Gili Kere
2 Poton Bakau
3 Lubngkak
Kampung Baru Keterangan: 1, 2, 3, 4 dan 5 = hari
4. Ikan, pengambilan ikan dilakukan pada 5 lokasi padang lamun yaitu di padang lamun Gili Kere, padang lamun Gili Maringkik, padang Kampung Baru, padang
Lungkak dan padang lamun Poton Bakau. Pengambilan ikan dilakukan pada malam hari pada periode pasut purnama spring tide dari bulan April sampai
Agustus 2010 dengan menggunakan mini trawl milik nelayan dengan spesifikasi panjang jaring 70 m dengan ukuran mata jaring sayap dari 1,25
inci, 1 inci, 0,75 inci dan 0, 625 inci serta mata jaring kantong dengan ukuran sebesar 0,5 inci. Teknik operasionalnya adalah jaring ditarik dengan
menggunakan perahu pada kecepatan perahu rata-rata 5 mmenit. Ikan yang tertangkap dikumpulkan pada wadah yang sudah disediakan. Selanjutnya
Ikan-ikan tersebut dipilah menurut jenisnya yaitu dalam famili dan spesies, lalu dihitung jumlah individu tiap spesies dan diukur panjang standar cm. Jenis
ikan sebagai contoh untuk mengetahui jenis makanannya diawetkan dan di laboratorium ikan tersebut dibedah untuk mengambil isi lambungnya dan
dilakukan pengamatan di bawah mikroskop, selanjutnya dilakukan identifikasi jenis makanan ikan yang ada dalam isi lambung.
39
5. Penilaian parameter lingkungan, parameter lingkungan yang menjadi objek pengamatan adalah parameter lingkungan fisika-kimia yang diduga memiliki
kontribusi terhadap keberadaan lamun di lokasi studi. Adapun parameter lingkungan yang diamati adalah seperti pada Tabel 14.
Tabel 14 Parameter lingkungan perairan fisika dan kimia yang diamati pada tiap stasiun pengamatan.
No Parameter
Metode dan Alat Satuan Tempat
Pengukuran
Fisika
1 Suhu
Termometer
o
Insitu C
2 Salinitas
Salinometer ‰
Insitu 3
Kedalaman substrat Kayu ukur
cm Insitu
4 Jarak dari pantai
Meteran m
Insitu
Kimia
1 pH
pH-meter Digital Insitu
2 Kandungan nitrat
Spektrofotometer mgl
Laboratorium 3
Kandungan fosfat Spektrofotometer
mgl Laboratorium
4 BOD Biological Oxygen Demand
Metode Winkler mgl
Laboratorium
3.3.2 Pengambilan data tujuan penelitian 3.
Tujuan penelitian 3 berkaitan dengan aspek sosial yang meliputi pengetahuan ekologi, kearifan lokal dan kelembagaan. Tahapan pengambilan
data pada tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan ekologi, kearifan lokal dan kelembagaan, pengambilan data
dilakukan dengan wawancara. Kelompok responden sebagai sumber informasi yang diwawanca adalah seperti pada Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15 Kelompok masyarakat sebagai responden dan teknik wawancara.
Kelompok masyarakat
Tingkat Teknik
Topik Nelayan dan
masyarakat non nelayan
Masyarakat Wawancara
interview 1. pengetahuan lokal
a. Pengetahuan ekologi masyarakat lokal tentang jenis lamun dan
batas areal lamun pada tiap lokasi padang lamun
b. Kearifan lokal yang berhubungan dengan konservasi
2. Kelembagaan a. Lembaga pengelola
b. Keberadaan lembaga Tokoh masyarakat
dan LSM Supra-
masyarakat Personal
interview Lembaga dan masalah pengelolaan
Pemerintah Desa Supra-
masyarakat Personal
interview Lembaga dan masalah pengelolaan
Keterangan: = jumlah responden dipilih secara proporsional dari kelompok nelayan kecil dan masyarakat yang memanfaatkan areal lamun
40
6. Manfaat lamun, pengambilan data tentang manfaat lamun dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Objek penilaian tentang manfaat lamun oleh
responden seperti pada Tabel 16. Dalam hal ini responden dipilih secara proporsional berdasarkan jenis pekerjaan.
Tabel 16 Obyek penilaian masyarakat terhadap manfaat lamun bagi lingkungan dan ekonomi
No Uraian
Skor penilaian 1
2 3
4 5 AA
Manfaat ekologi 1. Tempat ikan bertelur
2. Tempat ikan berlindung 3. Tempat pembesaran ikan
4. Tempat ikan berkumpul 5. Tempat hidup beberapa biota laut
B Manfaat sosial dan ekonomi
1. Tempat mencari ikan dan biota lain yang bernilai konsumsi
2. Tempat rekreasi 7. Pendidikan
Keterangan: 1 = tidak bermanfaat, 2 = kurang bermanfaat, 3 = cukup bermanfaat, 4
= bermanfaat, 5 = sangat bermanfaat
3. Data sekunder yaitu dokumen tentang produksi ikan hasil tangkapan nelayan
dan dokumen yang ada relevasinya dengan pengelolaan sumberdaya ikan. 3.3.3 Pengambilan data tujuan penelitian 4.
Pada tujuan penelitian 4 pengambilan data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kerusakan lamun, parameter lamun sebagai indikator kerusakan adalah
jumlah biomssa lamun yang rusak akibat cara pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Pengambilan data dilakukan selama 5 haribulan yaitu dari bulan
Mei – Juli 2010. Secara lengakap rancangan pengambilan data tentang kerusakan lamun pada tiap lokasi padang lamun seperti pada Tabel 17 di
bawah ini. Tabel 17 Rancangan pengambilan data biomassa lamun yang rusak oleh
masyarakat.
No Jenis lamun
Bulan Total
Biomassa jenis lamun
I II
III 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Cymodocea rotundata
2 Cymodocea serrulata
3 Enhalus acoroides
4 Halophila
5 Syringodium isotifolium
Keterangan: 1, 2, 3, 4 dan 5 = 3 oranghari
41
2. Kondisi biota yang bernilai ekonomi, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi dari penelitian ini adalah nelayan dan
masyarakat non nelayan yang memanfaatkan areal padang lamun sebagai areal tangkapan ikan dan mencari biota lain yang memiliki nilai konsumsi.
Penentuan jumlah sampel penelitian dilakukan secara porposional berdasarkan jumlah populasi dari tiap kelompok populasi. Adrianto et al.
2009 menyatakan penentuan jumlah atau ukuran sampel dapat ditentukan berdasarkan aturan minimal jumlah responden yaitu sebesar 30 responden.
Oleh karena itu jumlah sampel sebagai responden adalah sebanyak 50 orang.
3.4 Analisis Data Penelitian
Data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya di tabulasi berdasarkan sumber data dan sifat data. Data yang telah ditabulasi selanjutnya dianalisis dan
tahapan analisis data adalah sebagai berikut:
3.4.1 Analisis data tujuan penelitian 1 dan 2
Data dari tujuan penelitian 1 dan 2 tahapan analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Areal padang lamun, titik-titik koordinat dalam Lintang Selatan LS dan Bujur Tomur BT pada tiap lokasi padang lamun yaitu di padang lamun Gili Kere,
padang lamun Gili Maringkik, padang lamun Gili Belek, padang lamun Kampung Baru, padang lamun Lungkak dan padang lamun Poton Bakau di
analisis dengan menggunakan soft ware SIG ArcGis 9,3. Hasil analisis berupa luas padang lamun pada tiap lokasi padang lamun dalam hektar ha.
2. Jenis lamun dan distribusi tiap jenis lamun, jumlah jenis lamun yang diperoleh pada tiap lokasi padang lamun proses analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Distribusi lamun, analisis distribusi tiap jenis lamun dilakukan berdasarkan asosiasinya dengan substrat. Dari analisis ini dapat menjelaskan tentang
pengaruh substrat dalam distribusi tiap lamun, tipe komunitas lamun dan jenis lamun yang memiliki distribusi luas dan sempit. Selanjutnya analisis
pola distribusi tiap jenis lamun dilakukan dengan menggunakan indeks penyebaran Morisita. Dari hasil analisis ini dapat menjelaskan katagori
penyebaran tiap jenis lamun yaitu pada katagori seragam, mengelompok dan acak. Formula dari indeks penyebaran Morisita adalah:
42
Keterangan
: Id = Indeks penyebaran Morisita
n = Jumlah plot pengambilan contoh N = Jumlah individu dalam n plot
x = Jumlah individu pada tiap-tiap plot
Kriteria dari nilai indeks Morisita untuk menentukan katagori penyebaran lamun adalah sebagai berikut:
Id = 1,0 : Pola penyebaran individu acak Id 1,0 : Pola penyebaran individu merata
Id 1,0 : Pola penyebaran individu mengelompok
b. Kerapatan lamun dianalisis dengan formula D = N
i
dimana: A
D = Kerapatan jenis jumlah individum
2
N ;
i
A = Luas areal m = jumlah individu jenis ke-i;
2
c. Penutupan lamun, hasil estimasi penutupan lamun pada tiap plot pengamatan dinyatakan dalam persen . Metode yang digunakan
adalah metode dari Saito Atobe 1970 in English et al 1997 dan formulanya adalah:
Keterangan: C = Penutupan vegetasi lamun
∑M
i
F
i
= Total hasil kali estimasi penutupan vegetasi lamun jenis ke-i M
i
dengan frekwensi kemunculan jenis ke-i F
i
dalam satuan persen.
d. Biomassa lamun, analisis biomassa lamun adalah untuk mengetahuai rasio antara berat basah tiap jenis berdasarkan luas areal pengamatan.
Formula yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus dari Arifin dan Supriadi 2005 yaitu:
Keterangan
: B = Biomassa lamun jenis ke-i gram basahm
2
W = Jumlah total berat basah jenis ke-i gram basah A = Luas areal m
2
3. Sumber kerusakan lamun, ancaman kerusakan lamun di lokasi studi berasal dari keragaman alat tangkap nelayan dan pemanfaatan oleh masyarakat yang
43
tidak ramah lingkungan. Komposisi nelayan dan masyarakat yang memanfaatkan padang lamun di analisis secara diskriptif.
4. Jenis dan kelimphan jenis ikan, jenis ikan yang di peroleh pada tiap lokasi padang lamun diidentifikasi menurut spesies dan famili. Idetifikasi jenis ikan
berpedoman dari Tsukamoto et al. 1997. Beberapa analisis terhadap jumlah jenis Ikan yang diperoleh adalah sebagai berkut:
a. Kelimpahan abudance tiap jenis ikan dianalisis berdasarkan jumlah spesies tiap famili dan jumlah individu tiap spesies.
b. Kelimpahan tiap jenis ikan berdasarkan frekuwensi. Dari hasil analisis ini dapat menjelasakan tentang jenis ikan yang meiliki kelimpahan paling
tinggi pada semua lokasi padang lamun. Selanjutnya dari hasil analsis ini dapat diperoleh katagori kelimpahan tiap jenis ikan yaitu: 1 jenis ikan
yang memiliki kelimpahan tinggi yaitu jenis ikan yang ada pada lima dan empat lokasi padang lamun, 2 jenis ikan yang memiliki kelimpahan
sedang yaitu jenis ikan yang ada pada tiga lokasi padang lamun dan 3 jenis ikan yang memiliki kelimpahan rendah yaitu jenis ikan yang ada pada
dua dan satu lokasi padang lamun. c. Distribusi jenis ikan berdasarkan ukuran panjang standar, analisis sebaran
ukuran yaitu dengan melakukan pengukuran panjang standar tiap jenis ikan cm. Bagian yang diukur adalah panjang baku standard length yaitu
panjang garis lurus yang diukur antara ujung bagian kepala terdepan sampai pelipatan pangkal sirip Ohman et al 2002. Hasil pengukuran
tersenut selanjutnya ditabulasi dan distribusi ikan dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1 jenis ikan dengan panjang standar maksimum di atas 50 cm,
2 jenis ikan dengan panjang standar maksimum antara 30 cm – 50 cm dan 3 jenis ikan dengan panjang satandar maksimum di bawah 30 cm.
d. Analisis kondisi lingkungan fisika dan kimia parameter yang dianalisis adalah parameter-parameter yang diduga memiliki pengaruh terhadap
lamun Tabel 13. Analisis dilakukan pada tiap-tiap stasiun pengamatan dan untuk parameter yang tidak dapat dilakukan secara langsung
dilapangan dilakukan analisis di laboratorium.
2.4.2. Analisis data tujuan penelitian 3
Analisis data tujuan penelitian 3, dari hasil wawancara dengan responden tentang pengetahuan ekologi masyarakat, kearifan lokal dan kelembagaan
44
pengelolaan selanjutnya dilakukan diskripsi secara konseptual Few 2009. Demikian juga halnya dengan komposisi responden terhadap manfaat padang
lamun secara ekologi dan ekonomi dilakukan diskripsi secara konseptual Daerden et al. 2007. Dari hasil analisis ini dapat menjelaskan tentang
pemahaman masyarakat tentang keberadaan lamun bagi lingkungan dan ekonomi masyarakat.
2.3.4 Analisis data tujuan penelitian 4
Tujuan penelitian 4 sebagai sasaran utama dari penelitian ini tahapan analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Kondisi lamun, penilaian kondisi lamun pada tiap lokasi padang lamun dilakukan dengan menggunakan metode skoring DKP, 2008 in Supriyadi
2010. Parameter yang dijadikan dasar penilaian adalah jumlah jenis lamun, biomassa lamun dan persentase tutupan lamun. Skor dari tiap parameter
lamun seperti pada Tabel 18. Selanjutnya skor dari tiap parameter tersebut dijumlahkan untuk memperoleh katagori kondisi lamun pada katagori sangat
baik, baik, sedang dan jelek. Tabel 18 Pembobotan parameter lamun
No Parameter lamun
Kisaran jumlah spesies, persen penutupan dan biomassa lamun
Skor 1
Jumlah jenis lamun ≤ 2
1 3 - 4
3 5 - 6
5 ≥ 7
7 2
Persen tutupan lamun 5 - 25
1 26 - 50
3 51 - 75
5 76 -100
7 3
Biomssa lamun grmm
2
80-309 1
310-539 3
540-769 5
769-1000 7
Sumber: Supriyadi 2010.
Hasil pembobotan parameter lamun Tabel 18 di atas selanjutnya dijumlahkan sebagai dasar klasifikasi kondisi lamun seperti pada Tabel 19.
Tabel 19 Klasifikasi Kondisi Lamun.
No Kisaran skor
Kondisi lamun 1
≥ 16 Sangat baik
2 12 - 15
Baik 3
8 -11 Sedang
4 ≤ 7
jelek Sumber: Supriyadi 2010
45
2. Kerusakan lamun, penilaian dampak kerusakan lamun akibat keragaman cara pemanfaatan sumberdaya di padang lamun adalah sebagai berikut:
a. Penilaian kondisi pada beberapa jenis biota yang umum di peroleh dari padang lamun yaitu ikan, moluska, udang, see-urchin dan tripang.
Penilaian kondisi dari lima jenis biota tersebut dengan menggunakan kuesioner. Pada penilaian ini responden menjawab pertanyaan yang sudah
disediakan tentang kondisi dari lima jenis biota tersebut yaitu cukup, kurang dan sanagt kurang. Hasil penilaian responden pada tiap jenis biota
dirumuskan dalam bentuk prosentase. Dari prosentase jawaban responden tersebut selanjutnya dilakukan diskripsi untuk menjelaskan status dari
populasi biota tersebut pada padang lamun di lokasi penelitian. b. Kerusakan lamun, parameter yang dijadikan dasar penilaian adalah
biomassa lamun yang rusak akibat penggunaan alat seperti pisau, sabit dan gareng oleh masyarakat yang memanfaatkan areal untuk mencari
biota yang bernilai konsumsi. Pada penilaian ini formula yang digunakan adalah B= WA
Keterangan: B = Biomassa lamun jenis ke-i gram basahorang dan jenis alat
W = Jumlah total berat basah jenis ke-i gram basah A = Individu
3. Analisis keterkaitan ikan dengan lamun: a. Aanalysis of variance ANOVA satu arah yaitu analisis tentang pengaruh
lokasi terhadap jumlah spesies dan jumlah individu secara spatial Loneragan et al. 2003 dan Jones et al. 2006.
b. Analisis regresi yaitu untuk menjelaskan keterkaitan ikan yang diperoleh pada tiap lokasi padang lamun. Parameter lamun sebagai variabel x
adalah: kerapatan, penutupandan dan biomassa lamun, sebagai varibel y adalah jumlah spesies ikan dan jumlah individu ikan.
c. Analisis struktur komunitas ikan, pada analisis ini digunakan analisis keanekaragaman ikan dengan menggunakan Indek Shannon dengan
formula seperti di bawah ini.
Keterangan:
H’= Indek Shannon n
i
N = Jumlah total individu = Jumlah individu jenis ke-i
46
P
i
= Proporsi jumlah individu jenis ke-i dan jumlah total individu = n
i
S = Jumlah jenis N
c. Identifikasi jenis makanan ikan dengan cara membelah perut ikan. Organisme yang didapat diidentifikasi. Selanjutnya ikan dikelompokkan
berdasarkan jenis makanannya yaitu untuk mengetahui komposisi ikan dalam struktur trofik seperti yang dinyatakan oleh Bell et al. 2007.
Adalah: a ikan omnivora 0, b ikan herbivora H, c ikan pemakan invertebratal atau invertebrate feeder, d pemakan ikan dan
invertebrata IF atau invertebrate and fish feeder dan e pemakan planktivora P
4. Analisis pengelolaan lamun Hasil analisis yang diperoleh dari tujuan penelitian 1,2, dan 3 di atas
selanjutnya di sintesis untuk menetapkan kriteria dan indikator ekologi sebagai dasar desain konservasi lamun untuk keberlanjutan sumberdaya ikan. Kriteria
dan indikator ekologi yang dipilih dengan pertimbangan: 1 potensi ekologi lamun dalam mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan, 2 lamun dapat
survive sebagai habitat ikan dan 3 perubahan potensi dan kondisi lamun serta struktur komunitas dan populasi ikan yang berasosiasi dengan lamun.
Pengelolaan untuk mencapai tujuan konservasi dilakukan melalui sistem pengelolaan zonasi. Dalam hal ini penetapan tiap zona pengelolaan berdasarkan
pada nilai sumberdaya pada tiap lokasi padang lamun dan keberadaan lokasi padang lamun.
Gambar 7 Struktur tujuan, metode, analisis dan hasil penelitian
Survei dan
observasi
Tujuan Penelitian
Metode Pengumpulan
Data
Variabel Penelitian
Analisis Data Penelitian
Tujuan 1: Potensi
lamun dan sumber
kerusakan lamun
Tujuan 2: Kelimpahan dan
keanekaragaman jenis ikan yang
beraosiasi dengan lamun
Tujuan 3: Pengetahuan
ekologi dan kearifan lokal
masyarakat
Tujuan 4: Desain
Konservasi Lamun dan
Strategi Pengelolaan
Survei, observasi
dan dokumen
survei
Survei, observasi
dan dokumen
i
1. Luas areal lamun 2. Jenis, kondisi lamun
serta distribusi lamun 3. Sumber kerusakan
lamun
4.
Jumlah ikan lokasi dan
bulan 5. Kondisi lingkungan
perairan fisika dan kimia
1. Pengetahuan masyarakat tentang
lamun dan manfaat lamun
2. Kearifan lokal
3. Lembaga pengelolaan
1. Kondisi lamun dan Kerusakan lamun
2. Keterkaitan Ikan dengan lamun
3. Keanekaragaman jenis ikan
4. Fungsi lamun
1. Soft were SIG ArcGis 9.3
2. Deskriptif 3. Deskriptif dan
Indeks Distribusi
4. Deskriptif 5. Insitu dan
Laboratorium
1. Deskriptif 2. Deskriptif
3. Deskriptif
1. Kondisi dan indikator kerusakan lamun
2. Model keterkaitan ikan dengan lamun 3. Struktur komunitas n dan
trofik ikan 4. Nilai lingkungan lamun untuk
keberlanjutan ikan
Hasil Penelitian
1. Luas areal lamun ha 2. Jumlah jenis, pola distribusi
kerapatan, penutupan dan biomassa lamun
3. Bentuk pemanfaatan oleh masyarakat 4. Struktur komunitas dan populasi ikan
yang berasosiasi dengan lamun 5. Nilai lingkungan perairan fisika dan
kimia
1. Jenis lamun dan batas areal lamun pada tiap lokasi padang lamun dan
manfaat lamun bagi ikan dan biota asosiasinya
2. Awiq-awiq 3. Kelembagaan pengelolaan
1. Metode skoring dan deskriptif
2. Anova satu arah, Model Regresi
dan,Korelasi Pearson,
3. Indeks Shannon, Indeks Dominansi
Simpson dan deskriptif
4.
Deskriptif
1. Kriteria dan indikator konservasi
2. Indikator pengelolaan 3. Zonasi pengelolaan
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan perairan teluk yaitu Teluk Jukung. Pada perairan teluk tersebut terdapat suaka perikanan “Gusoh Sandak” Perda
Kabupaten Lombok Timur No 10 Tahun 2006. Secara administratif lokasi penelitian terletak pada Kecamatan Keruak Desa Tanjung Luar dan Desa Pijot
dan Kecamatan Jerowaru Desa Jerowaru. Adapun batas dari lokasi penelitian adalah:
Sebelah Timur : Selat Alas
Sebelah Selatan : Suaka Perikanan Gusuh Sandak
Sebelah Barat : Desa Selebung Ketangga kecamatan Keruak
dan Desa Jerowaru kecamatan Jerowaru Sebelah Utara
: Kecamatan Sakra Barat
4.2 Kondisi Ekonomi
Penduduk Desa Tanjung Laur berjumlah 17.781 orang yang terdiri dari 4117 kepala kelaurga KK, dan yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah
5.278 orang Propil Desa Tanjung Luar, 2009. Total jumlah nelayan di Tanjung Laur sebanyak 6.902 orang. Dari jumlah tersebut nelayan yang berasal dari
Tanjung Luar sebesar 76,47 . Komposisi nelayan berdasarkan tempat tinggal Tabel 20.
Tabel 20 Jumlah penduduk dan nelayan menurut Desa di Kecamatan Keruak dan Jerowaru
No Kecamatan
Desa Jumlah penduduk
Jumlah nelayan 1
Keruak Tanjung Luar
17.688 5.278
Pijot 6.330
759 Sub Total
24018 6037
2 Jerowaru
Jerowaru 20.250
865 Pemongkong
14.687 2.262
Sukaraja 11.160
179 Batunampar
4.899 876
Sub Total 50996
4182 Total
75014 10.219
Sumber: BPS NTB, 2009 Desa Lokasi Penelitian
Masyarakat di wilayah studi dilihat dari struktur matapencahariannya terdiri dari nelayan, pedagang bakulan dan buruh nelayan. Komposisi nelayan tersebut
berdasarkan jenis pekerjaan utamanya terdiri dari 3682 orang nelayan pemilik, 1570 orang buruh nelayan atau pedagang bakulan dan 26 orang pengusaha
nelayan Diskanlut Lombok Timur, 2009. Dari komposisi tersebut dapat
48
menggambarkan kondisi ekonomi masyarakat di lokasi penelitian yang dominan oleh nelayan kecil dan buruh nelayan.
Tanjung Luar sebagai salah satu pusat produksi perikanan laut di Lombok Timur memiliki fasilitas perikanan seperti dermaga perikanan, Tempat
Pendaratan Ikan TPI dan pengolahan ikan. Dampak dari adanya fasilitas tersebut saat ini armada penangkapan ikan di lokasi penelitian terdiri dari kapal
motor sebanyak 179 buah, perahu motor tempel sebanyak 964 buah dan jumlah alat tangkap sebanyak 2662 buah BPS NTB, 2009.
Produksi ikan hasil tangkapan nelayan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Beberapa contoh hasil produksi nelayan pada beberapa jenis ikan
dengan katagori produksi tinggi dari tahun 2005 – 2009 seperti pada Tabel 21 di bawah ini.
Tabel 21 Produksi ikan cumi-cumi, tongkol, teri dan cekalang dari tahun 2005 - 2009 di Tanjung Luar Lombok Timur.
No Tahun Produksi Jenis Ikan Ton
Cumi-cumi Tongkol
Teri Cekalang
Jumlah 1
2005 67,8
232,2 442,2
776,9 1519,1
2 2006
85,9 239,9
535,8 481,9
1343.5 3
2007 248,4
193,2 665,7
581,9 1689.2
4 2008
623,8 462,0
344,7 293,3
1723,8 5
2009 383,4
652,2 397,8
516,5 1949,9
Jumlah 1409,3
1779,5 2386,2
2650,5 6501,7
Sumber BPS, 2009.
Keempat jenis ikan di atas memiliki kontribusi sebesar 34,6 terhadap total produksi ikan di Tanjung Luar. Fluktuasi produksi tersebut seperti produksi
cumi-cumi pada tahun 2008 cukup besar yaitu 44 dari total produksi cumi-cumi dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Selanjutnya kondisi produksi jenis ikan yang
memiliki keterkaitan dengan keberadaan padang lamun adalah ikan baronang. Kondisi produksi ikan baronang dan beberapa jenis ikan lain seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 22. Produksi ikan di atas rata-rata dalam rentang dua tahun tidak banyak
berubah kecuali udang. Rata-rata produksi ikan baronang yaitu 2,36 ton, ikan belanak 10,85 ton, ikan tengiri 13,28 dan udang 10,08. Dilihat dari rata –rata
produksi untuk tahun 2008 dan tahun 2009, dimana ikan baronag, ikan belanak dan ikan tengiri mengalami penurunan yang cukup signifikan.
49
Tabel 22 Produksi ikan baronang, belanak, tengiri dan udang di Tanjung Luar Tahun 2005 – Tahun 2009
No Tahun Produksi Jenis Ikan Ton
Baronag Belanak
Tengiri Udang
1 2005
3,4 -
4,3 2,9
2 2006
3,4 14,1
24,8 5,1
3 2007
2,3 14,1
26,3 3,1
4 2008
1,3 7,6
5,8 19,1
5 2009
1,4 7,6
5,2 20,2
Jumlah 11,8
43,4 66,4
50,4
Sumber, BPS NTB.2009
.
4.3 Kondisi Sosial Masyarakat di Lokasi Studi