31
2.6 Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem
Salah satu masalah dalam pengelolaan adalah memeberikan memberikan makna keberlanjutan seperti pada keberlanjutan nasib perikanan tangkap.
Dalam hal ini keberlanjutan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: 1 keberlanjutan ekologi, 2 keberlanjutan ekonomi, 3 keberlanjutan sosial dan
4 keberlanjutan teknologi dan etika Fauzi, 2001 in Susilo 2005. Secara konseptual desain keberlanjutan perikanan tangkap yang berbasis konservasi
ekosistem dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu melalui: identipikasi jenis alat tangkap, tekanan terhadap lingkungan, status perikanan tangkap serta
dampak perikanan tangkap dan respon dari dampak tersebut. Dari permasalahan tersebut dapat diupayakan strategi pengelolaan sebagai respon dari kegiatan
perikanan tangkap dan prosesnya secara konseptual seperti pada Gambar 5 Brito et al. 2009.
Gambar 5 Krangka konseptual dalam desain areal konservasi yang berhubungan dengan perikanan tangkap
Sektor Perikanan
Tipe alat tangkap
Habitat, spesies dan sosial ekonomi
Perubahan dalam populasi Perubahan stuktur habitat secara spatial
Perubahan yang berhubungan dengan sosial ekonomi masyarakat
Monitoring
Penelitian Pendidikan
Perbaikan aktivitas
Pembatasan
Zonasi
Perencanaan Pengelolaan
Areal Konservasi laut
32
Kebijakan pengelolaan perikanan tangkap dalam rangka mengembalikan stok sumberdaya ikan dapat dilakukan melalui: 1 pergeseran kebijakan
pengelolaan perikanan dari pengelolaan yang berorientasi pada perluasan usaha menuju pada pengelolaan yang berkelanjutan, 2 pengelolaan perikanan
memahami bahwa prinsip “sumberdaya tidak akan pernah habis” sudah tidak berlaku, 3 pemindahan usaha penangkapan dari satu tempat ketempat lain
sebagai sumber kolapsnya perikanan setempat dan 4 pengelolaan perikanan berdasarkan pendekatan ekosistem, kawasan konservasi laut memainkan
peranan penting Pet-Soede et al. 2007. Selanjutnya Dahuri 2003 menjelaskan pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dan berbasis masyarakat mengalami
banyak hambatan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang disebabkan oleh : 1 data dan informasi yang tidak akurat, 2 kemiskinan, 3
kesadaran yang masih rendah, 4 upaya eksploitasi lebih tinggi dari upaya konservasi, 5 kelembagaan, 6 tingkat pendidikan yang masih rendah dan 7
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan perikanan berbasis
ekosistem dapat dilakukan melalui pengenalan atau sosialisasi terhadap jasa dan fungsi ekosistem di wilayah pesisir dan laut. Fungsi dan jasa ekosistem yang
dimaksud seperti pada Tabel 11. Axmacher et al. 2009 menjelaskan tantangan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah pertumbuhan populasi
penduduk yang tinggi, pembangunan ekonomi yang cepat serta partisipasi masyarakat yang masih rendah. Oleh karena itu dalam pengelolaan perikanan
perlu mengintegrasikan hak masyarakat seperti yang dilakukan di Swedia Waldo and Brady 2009.
Pendekatan ekosistem telah terbukti dapat meningkatan biomassa ikan dalam ukuran ikan dan komposisi spesies Robert dan Hawkins 2001 in Pet-
Soede et al. 2007. Hal ini disebabkan karena pendekatan ekosistem secara konseptual memelihara integritas ekologi secara integral melalui: 1
pemeliharaan populasi dan representasi ekosistem, 2 meminimalkan ancaman utama terhadap sumberdaya alam, 3 melindungi potensi yang potensial dari
ekosistem serta spesies dan 4 mengakomodasi kebutuhan beberapa kelompok kunci seperti ilmuan, pemerintah, maneger dan masyarakat Grumbine 1994.
Pendekatan ekosistem adalah sebuah strategi untuk pengelolaan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan keseimbangan pada tiga obyek yaitu: 1
konservasi, 2 keberlanjutan penggunaan dan 3 manfaat yang diambil dari nilai
33
kegunaan Ehler et al, 2004. Selanjutnya dijelaskan keberhasilan pendekatan ini dapat dilakukan melalui: 1 meningkatkan peran masyarakat lokal dan 2
mengenal secara signifikan batas wilayah dan sumberdaya alam atau biodiversity serta masyarakat.
Tabel 11 Klasifikasi fungsi dan jasa ekosistem
No Jasa ekosistem
Fungsi ekosistem Contoh
1 Tempat perlindungan
refugia Habitat untuk tinggal
dan transit dari populasi atau spesies
Ekisistem mangrove, padang lamun dan
terumbu karang
2 Biologi biological
control Mengatur dinamika
trofik dari populasi atau spesies
Kontrol dari predator terhadap mangsaprey
dari keystone spesies, pengurangan herbivora
oleh top predator
3 Produksi makanan
food production Tempat produksi
primer kotor yang dapat diekstrak
sebagai makanan Produksi ikan dari
ekosistem pesisir dan ekosistem lain
4 Regulasi gas gas
regulation Pengaturan
komposisi kimia di atmosfir
Keseimbangan CO
2
dan O 5
2
Regulasi iklim climate regulation
Regulasi temperatur global, presipitasi
presipitation dan proses biologi lainnya
baik ditingkat lokal maupun global
Regulasi gas rumah kaca
6 Sumber genetik
genetic resources Menghasilkan materi
biologi yang langka Bahan kesehatan, gen
resistensi 7
Rekreasirecreation Menyediakan
peluang untuk aktivitas rekreasi
Eco-tourism, berenang dan aktivitas olah raga
yang lain
8 Budayaculture
Menyediakan peluang untuk tidak
digunakan sebagai tempat komersial
Pendidikan, astetik, spiritual dan nilai ilmiah
scientific dari ekosistem
Sumber : Belt et al. 1997 Sejalan dengan konsep perbaikan sistem pengelolaan perikanan yang
berkelanjutan sustainable Sakurai et al. 2008 menjelaskan pengelolaan perikanan adalah strategi memelihara spesies-spesies utama melalui metode
monitoring dan evaluasi terhadap fungsi dan struktur ekosistem. Konsep pengelolaan perikanan dari konsep co-management telah dikembangkan menjadi
ekosistem management Sakuri et al. 2008. Manajemen ekosistem tujuannya adalah memelihara integritas fungsi ekologi melalui pemeliharaan populasi
34
ekosistem dan proses ekologi serta tetap mengakomodasi kebutuhan masyarakat Grumbine 1994. Oleh karena itu dalam pengelolaan perikanan
berkelanjutan sasarannya adalah: 1 jumlah maksimum tenaga kerja yang dapat terserap, 2 pemeliharaan habitat, 3 maximum sustainable yield MSY,
4 konservasi terhadap stok ikan dan lingkungannya, 5 pertukaran generasi, 6 efisiensi ekonomi dan 7 kesamaan hak secara sosial Charles 2001.
Lalwani et al. 2004 menjelaskan tentang unsur-unsur utama dalam pengelolaan seperti Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12 Faktor sukses dalam Integrated Coastal Management ICM
No. Faktor
Sub Faktor 1
Pelaksanaan bersama co-operation Kolaborasi collaboration
2 Komprehensif comprehensiveness
Keterwakilan representative 3
Konsisten consistensy Harmonisasi harmonization
4 Pendidikan education
Latihan training 5
Dukungan pemerintah govermment backing
Dukungan politik political support dan kesadaran
masyarakat public awareness 6
Isu-isu secara institusional institutional issues
Kapasitas pemerintah 7
Keahlian inventiveness Pembaharuan innovation
8 Partisipasi partipation
Pluralisme pluralism 9
Praktis practical Pelaksanaan implementation
10 Keberlanjutan sustainability
Konservasi dan pemeliharaan maintenance
Sumber : Lalwani et al. 2004
Pengelolaan berbasis ekosistem tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat lokal. Hal ini dapat dilihat pada Pengelolaan Taman Wisata Alam
Laut Gili Indah yang memadukan antara kearifan lokal awig-awig dengan kelestarian sumberdaya alam Sano et al. 2006. Konsep di dalam awig-awig
tersebut memuat tentang: 1 batas aktivitas dari nelayan tradisional, wisata dan budidaya rumput laut dan 2 sanksi. Pengelolaan lingkungan berbasis kearifan
lokal di Pulau Lombok selain awiq-awiq ada juga “sawen” seperti di Lombok Utara Satria 2006 in Baird et al. 2007. Sawen sebagai kearifan lokal
masyarakat Lombok Utara memiliki ciri yaitu: 1 ada pembagian kewenangan pengelolaan untuk hutan, pertanian dan laut yang dipimpin oleh tokoh yang
disebut “mangku”, 2 struktur sawen terdapat aspek kognitif yang menggambarkan pengetahuan ekologi masyarakat lokal dan prinsip-prinsip
pengelolaan sumberdaya alam dan aspek regulator yang menggambarkan tentang prilaku codes of conduct serta norma yang berisikan pandangan
tentang dunia dan sistem kepercayaan.
3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Tanjung Luar Lombok Timur pada posisi geografis 116°.37’-116°.45’ bujur timur dan 8°17’-8°18’ lintang selatan. Lokasi
padang lamun tersebar pada beberapa lokasi seperti: Gili Kere, Gili Maringkik, Gili Bembek, Gili Re dan Gili Belek dan yang di pantai Tanjung Luar seperti
Kampung Baru, Lungkak dan Poton Bakau. Adapun lokasi penelitian secara lengkap seperti pada Gambar 6 dan pengambilan data penelitian dilakukan dari
bulan April sampai bulan Agustus 2010.
Gambar 6 Peta lokasi penelitian
3.2 Desain Penelitian