5
cara pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan, 3 kemiskinan, dan 4 jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sebesar 24.018 jiwa dan yang berprofesi
sebagai nelayan sebesar 6.037 orang 25,13. Dampak dari kerusakan lingkungan dan tingginya laju eksploitasi sumberdaya ikan diduga sebagai
penyebab menurunya produksi ikan hasil tangkapan nelayan. Salah satu jenis ikan yang produksinya cukup menurun dan memiliki ketergantungan cukup tinggi
terhadap lamun dalam siklus hidupnya adalah ikan baronang. Selain ikan baronang produksi beberapa jenis ikan lain juga mengalami penurunan. Adapun
produksi beberapa jenis ikan tersebut adalah ikan baronang dari 3,4 ton pada tahun 2005 turun menjadi 1,4 ton tahun 2009, ikan belanak dari 14,1 ton pada
tahun 2006 turun menjadi 7,6 ton tahun 2009 dan ikan tengiri dari 24,8 ton tahun 2006 turun menjadi 5,2 ton tahun 2009 BPS, NTB 2009.
Potensi lamun di lokasi studi cukup luas dan tersebar pada beberapa lokasi seperti di intertidal pantai Gili Kere, Gili Maringkik, Gili Bembek, Kampung Baru,
Lungkak dan Poton Bakau. Keberadaan padang lamun tersebut tentu memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap keanekaragaman jenis ikan di lokasi
penelitian. Beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan potensi ikan pada padang lamun seperti yang telah dilakukan oleh Bell et. al 2007 di Taman
Nasional Wakatobi, Supriyadi 2009 di areal padang lamun Teluk Kotania dan Pelita Jaya, Marasabessy 2010 di Pulau-Pulau Derawan Kalimatan Timur.
Berkaitan dengan peran lamun yang cukup penting untuk keanekaraman jenis ikan yang berasosiasi dengan lamun, potensi lamun serta bentuk aktivitas
masyarakat yang dapat menyebabkan kerusakan lamun di lokasi belum dilakukan penelitian. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang potensi,
kondisi lamun, potensi ikan, fungsi ekologi lamun terhadap ikan dan sumber ancaman kerusakan lamun untuk keberlanjutan sumberdaya ikan. Selanjutnya
dari parameter tersebut digunakan sebagai kriteria dalam desain konservasi lamun dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan secara berkelanjutan di lokasi
studi.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis potensi lamun dan sumber ancaman kerusakan lamun. 2. Menganalisis keragaman ikan yang berasosisai dengan lamun.
6
3. Menganalisis pengetahuan ekologi masyarakat lokal dan kearifan lokal masyarakat yang memiliki relevansi dengan konservasi lamun.
4. Merumuskan kriteria dan indikator ekologi sebagai dasar desain konservasi
lamun dan strategi pengelolaan 1.3 Kerangka Berpikir
Potensi padang lamun di lokasi studi cukup besar dan tersebar pada beberapa lokasi yaitu di intertidal pantai Tanjung Luar Kampung Baru, Lungkak
dan Poton Bakau dan di intertidal pulu kecil gili seperti di Gili Kere, Gili Maringkik dan Gili Bembek. Isu utama yang menjadi permasalahan berkaitan
dengan keberadaan lamun di lokasi studi adalah kerusakan lamun yang disebabkan oleh tingginya intensitas pemanfaatan oleh nelayan tradisional dan
pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan oleh masyarakat. Kerusakan lamun di lokasi studi dapat berdampak negatif khususnya ikan yang memanfaatkan
padang lamun sebagai habitat agar sukses dalam tahapan vital dari siklus hidupnya. Oleh karena itu untuk menilai keberadaan lamun di lokasi studi dapat
mengguankan beberapa indikator seperti kondisi lamun berdasarkan parameter jumlah jenis lamun, kerapatan lamun, penutupan lamun dan biomasa lamun.
Selain itu indikator lain yang cukup penting berkaitan dengan keberadaan lamun adalah bentuk aktiviatas masyarakat dalam memanfaatkan areal padang.
Penilaian bentuk aktivitas masyarakat tersebut dapat menjelaskan tentang manfaat lamun bagi masyarakat lokal. Namun demikian pemanfaatan tersebut
sering berdampak negatif terhadap lamun. Hal tersebut disebabkan karena cara pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Kerusakan lamun akibat perubahan
kondisi lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas masyarakat maupun faktor alam dapat dinilai dari perubahan struktur komunitas dan populasi dari biota yang
berasosiasi dengan lamun Coles et al. 1996. Konservasi lamun di lokasi studi sebagai strategi pengelolaan sumberdaya
ikan bersumber hasil penilaian pada aspek nilai lingkungan lamun, sumber kerusakan lamun dan keanekaragaman ikan yang berasosiasi dengan lamun.
Oleh karena itu desain konservasi lamun di lokasi studi sasaran utama dalam pengelolaanya adalah: 1 melindungi fungsi ekologi lamuan dalam mendukung
keberlanjutan sumberdaya ikan dan 2 mengendalikan cara-cara pemanfaatan untuk mencegah kerusakan lamun, sehingga terjamin kelestarian dari
sumberdaya ikan dan biota lain yang berasosiasi dengan lamun. Oleh karena itu
7
untuk mencapai sasaran tersebut selain aspek ekologi aspek sosial yang meliputi peran serta masyarakat lokal dan pengetahuan ekologi masyarakat lokal adalah
faktor penting yang harus di integrasikan dalam sistem pengelolaanya Bianchi et al. 2009
Desain konservasi lamun untuk keberlanjutan sumberdaya ikan di lokasi studi meliputi dua aspek yaitu: 1 menetapkan kriteria ekologi sebagai instrumen
atau parameter yang digunakan sebagai indikator dalam monitoring dan evaluasi terhadap potensi lamun, kondisi lamun, peran ekologi lamun untuk mendukung
keberlanjutan sumberdaya ikan dan perubahannya akibat eksploitasi sumberdaya yang bernilai ekonomi di padang lamun, 2 pengelolaan yang
berbasis konservasi ekosistem padang lamun untuk mengurangi atau mencegah kerusakan lamun dan lingkungannya.
Berkaitan dengan kedua aspek tersebut kriteria ekologi sebagai instrumen dalam desain konservasi lamun untuk keberlanjutan sumberdaya ikan yaitu:
potensi lamun luas areal lamun dan jumlah jenis lamun, kondisi lamun kerapatan lamun, penutupan lamun dan biomassa lamun, komunitas ikan yang
berasosiasi dengan lamun keanekaragaman ikan, kelimpahan dan kekayaan jenis ikan, fungsi ekologi lamun terhadap ikan struktur komunitas ikan
berdasarkan ukuran dan padang lamun sebagai tempat ikan mencari makan dan sumber ancaman kerusakan lamun kelompok nelayan yang memanfaatkan
padang lamun sebagai tempat mencari ikan dan masyarakat non nelayan yang mencari sumberdaya yang bernilai konsumsi dan ekonomi. Selanjutnya pada
aspek pengelolaan parameter ekologi, sosial pengetahuan ekologi masyarakat lokal dan kearifan lokal dan kelembagaan. Oleh karena itu penerapan kriteria
dalam pengelolaan padang lamun di lokasi studi secara spatial di buat dalam zona pengelolaan berdasarkan nilai sumberdaya pada tiap lokasi padang lamun.
Secara garis besar kerangka berpikir dari desain konservasi lamun di lokasi studi seperti pada Gambar 1.
8
Gambar 1 Kerangka berpikir
Perubahan kondisi lamun, struktur komunitas ikan dan aspek sosial
masyarakat berkaitan dengan manfaat lamun dan keberlanjutan sumberdaya ikan
Lamun Seagrass di Wilayah Pesisir Tanjung Luar
Areal tangkapan nelalayan dan pemanfaatan secara distruktif
oleh masyarakat
Kriteria desain Konservasi lamun
Analisis dan Sintesis
Monitoring dan evaluasi perubahan kondisi lamun dan
struktur komunitas ikan
Pengelolaan padang lamun untuk keberlanjutan
sumberdaya ikan Degradasi fungsi lamun
sebagai habitat ikan
Potensi lamun, kondisi lamun, struktur komunitas ikan dan fungsi ekologi lamun
terhadap ikan tempat pembesaran dan mencarai makan
Zonasi dan pencegahan
pemanfaatan distruktif
9
1.4 Manfaat Penelitian