9
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitiaan ini diharapkan dapat menambah referensi berkaitan dengan masalah degradasi lingkungan di wilayah pesisir serta menjadi strategi
dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan. Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam mengembangkan konsep pengelolaan sumberdaya pesisir
berbasis konservasi ekosistem.
1.5 Kebaruan Novelty Penelitian
Konservasi lamun didesain berdasarkan kriteria yang dapat menyebabkan perubahan pada kondisi lamun dan biota asosiasinya. Konservasi lamun di
Kuraburi Thailand selatan dengan konsep kerjasama multi-stakehouldres Suksa-ard et al.2010. Hal tersebut disebabakan karena kerusakan lamun yang
mencapai 80 akibat tsunami tahun 2004, penangkapan ikan yang distruktif dan rendahnya pengetahuan masyarakat lokal tentang kesehatan lamun. Selanjutnya
desain konservasi lamun di Teluk Florida dengan menggunakan kriteria kualitas air. Kriteria kualitas air tersebut digunakan untuk menegelola tingkat sedimentasi
dan nutrien yang dapat berdampk negatif terhadap pertumbuhan dan survive lamun. Konservasi lamun di Mediterranean menggunakan kualitas air untuk
memonitoring tingkat pencemaran akibat limbah induistri, selanjutnya pada areal yang sudah tidak ada lamun tetapi sebelumnya ada lamun dilakukan melalui
restorasi. Metode dan pendekatan konservasi lamun di Australia yaitu di sekitar Great Barrier Reef menggunakan indikator keragaman jenis ikan karang yang
bermigrasi ke lokasi padang lamun. Keragaman jenis ikan karanag yang berasosiasi dengan lamun tersebut dimanfaatkan oleh nelayan lokal sebagai
areal tangkapan. Kondisi tersebut dapat berdampak negatif terahadp kelestarian sumberdaya ikan pada areal konservasi Great Barrier Reef. Oleh karena itu
pendekatan dan metode yang digunakan dalam konservasi lamun adalah melalui penambahan luas areal konservasi Great Barrier Reef sampai areal
padang lamun. Selanjutnya pendekatan dan metode konservasi lamun di Filipina dan Karibbia di integrasikan dalam sistem pengelolaan MPA. Hal tersebut
dilakukan karena keberadaan padang lamun secara ekologi merupakan satu kesatuan sistem secara fungsional dengan sistem lain dalam mendukung
keberlanjutan sumberdaya ikan Kenworthy et al. 2000 in Larkum et al. 2006. Keberadaan lamun yang cukup vital untuk keberlanjutan sumberdaya ikan
menjadi salah satu objek konservasi lamun sumberdaya ikan di perairan laut
10
Indonesia. Konservasi lamun di perairan Indonesia dilakukan pada sistem pengelolaan kawasan konservasi perairan Taman Nasional Konservasi Laut,
Konservasi Laut Daerah dan Konservasi Taman Wisata Laut DKP 2008 Kriteria dan indikator desain konservasi lamun untuk keberlanjutan
sumberdaya ikan di lokasi studi bersumber dari hasil analisis dan sintesis pada beberapa parameter seperti: potensi lamun, kondisi lamun, sumber ancaman
kerusakan lamun, keragaman ikan yang berasosiasi dengan lamun dan nilai lingkungan lamun yang dibutuhkan ikan untuk survive. Kriteria dan indikator
ekologi tersebut berfungsi untuk mencegah kerusakan lamun sebagai habitat ikan dan sebagai alat untuk melakukan monitoring dan evaluasi perubahan
potensi lamun dan kondisi lamun akibat over-ekploitasi dan pemanfaatan areal lamun dengan cara tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu “kebaruan” dari
penelitian ini adalah pencegahan dan pembatasan dalam pemanfaatan dengan indikator potensi dan kondisi lamun serta struktur komunitas ikan khususnya
yang memiliki kelimpahan tinggi baik secara spatial dan temporal seperti Plectorhinchus flavomaculatus, Upeneus vittatus dan Archamia goni.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi dan Keragaman Jenis Lamun Seagrass
Lamun adalah jenis tumbuhan yang sudah beradaptasi dengan lingkungan laut Touchhette 2007. Lamun dapat tumbuh dan berkembang di perairan tropis
dan perairan temperate Marlin 2011. Keragaman jenis lamun lebih rendah dari keragaman jenis tumbuhan lain dari kelompok angiospermae dan jumlah spesies
lamun kurang dari 60 spesies Waycott et al. 2007. Distribusi lamun dapat dikelompokan dalam beberapa zona yaitu: 1 zona
Halodule uninervis dengan kisaran distribusi sempit narrow-leaf, 2 zona Halophila dengan kisaran distribusi yang luas dan 3 zona Thalassia-
Cymodocea-Enhalus Fortes 1990. Selanjutnya Short et al. 2001 dalam Waycott et al. 2007 mengelompokkan distribusi jenis lamun berdasarkan tipe
habitat seperti pada Gambar 2 di bawah ini. Berdasarkan distribusi tiap jenis lamun tersebut dapat ditemukan jenis lamun yang endemik di daerah tropis yaitu
Enhalus acoroides Waycott et al. 2007.
Gambar 2 Distribusi jenis lamun berdasarkan habitat
Waycott et al. 2007 Jumlah jenis lamun di perairan Indonesia sebanyak 12 spesies Fortes
1994. Namun demikian dengan ditemukannya jenis baru yaitu Halophila sulawesi saat ini jumlah spesies lamun di perairan Indonesia sebanyak 13
spesies Kuo 2007 in Supriadi 2009. Distribusi tiap jenis lamun di perairan Indonesia pada beberapa lokasi berdasarkan jumlah dan jenisnya antar lokasi
tidak sama. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wilayah perairan pesisir Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang berbeda sebagai faktor pembatas keragaman
jenis lamun. Salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangan lamun adalah substrat dan salinitas. Keragaman jenis lamun pada beberapa
lokasi serta kerapatan tiap jenis lamunm
2
Tabel 1.
Payau
Pantai yang
dangkal
Pantai yang dalam
12
Tabel 1 Komposisi jenis lamun dan kerapatan individu lamunm
2
.
No Jenis Lamun Selat
Sunda Teluk
Banten Teluk
Jakarta Lombok
Flores 1
Enhalus acoroides
160 40-80
36-96 60-90
60-146
2 Cymodocea rotundata
38-756 690
26-1136 253-1400
220-1800
3 Cymodocea serrulata
48-1120 60-190
1056 362
115-1600
4 Hallophila ovalis
15-240 820
18-115 400-1855
100-2160
5 Halodule pinifolia
- -
- 7120
430-2260
6 Halodule uninervis
10-335 40-1160
604 80-160
360-5600
7 Sringodium isotifolium
630 124-3920
144-536 1160-2520
360-3740
8 Thalassia hemprichii
30-315 220-464
68-560 200-865
160-1820
9 Thalassodendron ciliatum
- -
- -
400-840 Sumber: Kiswara et al 1994
Jenis lamun di lokasi lain seperti di Pulau Sabangko, Salemo dan Sagara di Kabupaten Pangkep terdiri dari 7 jenis yaitu Enhalus acoroides, Cyamodocea
rotundata, Cyamodocea serrulata, Halodule uninervis, Holodule pinifolia, Thalassia hemprichii dan Syringodium isotifolium Supriadi dan Arif 2006, dan
jumlah yang sama ditemukan di Teluk Pelitajaya dan Kotania di Seram bagian barat dengan jenis Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis,
Halophila ovalis, Syringodium isotifolium, Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata Supriadi 2009. Pada perairan Teluk Toli-Toli dan pulau sekitarnya di
Sulawesi Barat terdapat 8 jenis lamun yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila ovalis, Syringodium
isotifolium, Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata Supriadi 2010, di Teluk Arun Lampung Selatan dapat ditemukan 4 jenis lamun yaitu Enhalus
acoroides,Thalassia hemprichii, Halodule uninervis dan Halophila ovalis Supratomo 2000.
2.2 Biologi Lamun