41
2. Kondisi biota yang bernilai ekonomi, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi dari penelitian ini adalah nelayan dan
masyarakat non nelayan yang memanfaatkan areal padang lamun sebagai areal tangkapan ikan dan mencari biota lain yang memiliki nilai konsumsi.
Penentuan jumlah sampel penelitian dilakukan secara porposional berdasarkan jumlah populasi dari tiap kelompok populasi. Adrianto et al.
2009 menyatakan penentuan jumlah atau ukuran sampel dapat ditentukan berdasarkan aturan minimal jumlah responden yaitu sebesar 30 responden.
Oleh karena itu jumlah sampel sebagai responden adalah sebanyak 50 orang.
3.4 Analisis Data Penelitian
Data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya di tabulasi berdasarkan sumber data dan sifat data. Data yang telah ditabulasi selanjutnya dianalisis dan
tahapan analisis data adalah sebagai berikut:
3.4.1 Analisis data tujuan penelitian 1 dan 2
Data dari tujuan penelitian 1 dan 2 tahapan analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Areal padang lamun, titik-titik koordinat dalam Lintang Selatan LS dan Bujur Tomur BT pada tiap lokasi padang lamun yaitu di padang lamun Gili Kere,
padang lamun Gili Maringkik, padang lamun Gili Belek, padang lamun Kampung Baru, padang lamun Lungkak dan padang lamun Poton Bakau di
analisis dengan menggunakan soft ware SIG ArcGis 9,3. Hasil analisis berupa luas padang lamun pada tiap lokasi padang lamun dalam hektar ha.
2. Jenis lamun dan distribusi tiap jenis lamun, jumlah jenis lamun yang diperoleh pada tiap lokasi padang lamun proses analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Distribusi lamun, analisis distribusi tiap jenis lamun dilakukan berdasarkan asosiasinya dengan substrat. Dari analisis ini dapat menjelaskan tentang
pengaruh substrat dalam distribusi tiap lamun, tipe komunitas lamun dan jenis lamun yang memiliki distribusi luas dan sempit. Selanjutnya analisis
pola distribusi tiap jenis lamun dilakukan dengan menggunakan indeks penyebaran Morisita. Dari hasil analisis ini dapat menjelaskan katagori
penyebaran tiap jenis lamun yaitu pada katagori seragam, mengelompok dan acak. Formula dari indeks penyebaran Morisita adalah:
42
Keterangan
: Id = Indeks penyebaran Morisita
n = Jumlah plot pengambilan contoh N = Jumlah individu dalam n plot
x = Jumlah individu pada tiap-tiap plot
Kriteria dari nilai indeks Morisita untuk menentukan katagori penyebaran lamun adalah sebagai berikut:
Id = 1,0 : Pola penyebaran individu acak Id 1,0 : Pola penyebaran individu merata
Id 1,0 : Pola penyebaran individu mengelompok
b. Kerapatan lamun dianalisis dengan formula D = N
i
dimana: A
D = Kerapatan jenis jumlah individum
2
N ;
i
A = Luas areal m = jumlah individu jenis ke-i;
2
c. Penutupan lamun, hasil estimasi penutupan lamun pada tiap plot pengamatan dinyatakan dalam persen . Metode yang digunakan
adalah metode dari Saito Atobe 1970 in English et al 1997 dan formulanya adalah:
Keterangan: C = Penutupan vegetasi lamun
∑M
i
F
i
= Total hasil kali estimasi penutupan vegetasi lamun jenis ke-i M
i
dengan frekwensi kemunculan jenis ke-i F
i
dalam satuan persen.
d. Biomassa lamun, analisis biomassa lamun adalah untuk mengetahuai rasio antara berat basah tiap jenis berdasarkan luas areal pengamatan.
Formula yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus dari Arifin dan Supriadi 2005 yaitu:
Keterangan
: B = Biomassa lamun jenis ke-i gram basahm
2
W = Jumlah total berat basah jenis ke-i gram basah A = Luas areal m
2
3. Sumber kerusakan lamun, ancaman kerusakan lamun di lokasi studi berasal dari keragaman alat tangkap nelayan dan pemanfaatan oleh masyarakat yang
43
tidak ramah lingkungan. Komposisi nelayan dan masyarakat yang memanfaatkan padang lamun di analisis secara diskriptif.
4. Jenis dan kelimphan jenis ikan, jenis ikan yang di peroleh pada tiap lokasi padang lamun diidentifikasi menurut spesies dan famili. Idetifikasi jenis ikan
berpedoman dari Tsukamoto et al. 1997. Beberapa analisis terhadap jumlah jenis Ikan yang diperoleh adalah sebagai berkut:
a. Kelimpahan abudance tiap jenis ikan dianalisis berdasarkan jumlah spesies tiap famili dan jumlah individu tiap spesies.
b. Kelimpahan tiap jenis ikan berdasarkan frekuwensi. Dari hasil analisis ini dapat menjelasakan tentang jenis ikan yang meiliki kelimpahan paling
tinggi pada semua lokasi padang lamun. Selanjutnya dari hasil analsis ini dapat diperoleh katagori kelimpahan tiap jenis ikan yaitu: 1 jenis ikan
yang memiliki kelimpahan tinggi yaitu jenis ikan yang ada pada lima dan empat lokasi padang lamun, 2 jenis ikan yang memiliki kelimpahan
sedang yaitu jenis ikan yang ada pada tiga lokasi padang lamun dan 3 jenis ikan yang memiliki kelimpahan rendah yaitu jenis ikan yang ada pada
dua dan satu lokasi padang lamun. c. Distribusi jenis ikan berdasarkan ukuran panjang standar, analisis sebaran
ukuran yaitu dengan melakukan pengukuran panjang standar tiap jenis ikan cm. Bagian yang diukur adalah panjang baku standard length yaitu
panjang garis lurus yang diukur antara ujung bagian kepala terdepan sampai pelipatan pangkal sirip Ohman et al 2002. Hasil pengukuran
tersenut selanjutnya ditabulasi dan distribusi ikan dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1 jenis ikan dengan panjang standar maksimum di atas 50 cm,
2 jenis ikan dengan panjang standar maksimum antara 30 cm – 50 cm dan 3 jenis ikan dengan panjang satandar maksimum di bawah 30 cm.
d. Analisis kondisi lingkungan fisika dan kimia parameter yang dianalisis adalah parameter-parameter yang diduga memiliki pengaruh terhadap
lamun Tabel 13. Analisis dilakukan pada tiap-tiap stasiun pengamatan dan untuk parameter yang tidak dapat dilakukan secara langsung
dilapangan dilakukan analisis di laboratorium.
2.4.2. Analisis data tujuan penelitian 3