94
dinyatakan bahwa padang cukup representatif untuk dilakukan perlindungan dalam menjamin keberlanjutan keberlanjutan keanekaragaman hayati laut.
Berkaitan dengan areal padang lamun sebagai areal konservasi untuk keberlanjutan ikan di lokasi studi, minimal dapat memenuhi persyaratan dari
aspek biologi dan aspek ekologi. Areal konservasi menurut Fernandes et al. 2005 in Jelbart et al. 2008 menjelaskan bahwa areal konservasi minimal dapat
memenuhi beberapa kriteria yaitu: 1 komprehensip yang dapat menggambarkan kemampuan suatu areal konservasi secara penuh untuk
kelestarian keanekaragaman hayati, 2 kecukupan adequacy yang dapat menggambarkan tentang potensi areal konservasi dari keseluruhan areal
geografisnya untuk keberlanjutan spesies dan komunitas ekologi dan 3 representatif yang menunjukkan kemampuan luas areal konservasi untuk
menjamin kecukupan dari sejumlah individu dan spesies dapat hidup dalam jangka panjang.
Possingham et al 2005 menyebutkan luas areal yang representatif pada perlindungan laut berkisar antara 10 – 50 dan untuk
menjaga stok ikan berkisar antara 20 – 30 . Namun demikian standar yang sering digunakan pada perlindungan laut berkisar 10 – 30 . Gladstone 2007
menyatakan luas areal perlindungan laut untuk perlindungan spesies minimal 40 atau antara 30 – 50 , dan untuk penyebaran larva ikan disarankan minimal
40 .
8.3.2 Keterkaitan ikan dengan kondisi lamun
Spesies ikan dan jumlah individu ikan pada tiap lokasi padang lamun, keberadaanya dapat dijelaskan dengan menggunakan atribut lamun kerapatan
lamun, penutupan lamun dan biomassa lamun. Keberadaan ikan pada padang lamun tersebut dianalisis dengan menggunakan model regresi polynomial. Hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa nilai R
2
pada kerapatan lamun vs jumlah spesies sebesar 88,3 , sedangkan nilai R
2
pada kerapatan vs jumlah individu sebesar 94,4 . Berdasarkan nilai R
2
tersebut bahwa jumlah kerapatan lamun atau tegakan lamun dapat menjelaskan jumlah ikan yang datang ke lokasi
padang lamun cukup tinggi atau jumlah tegakan lamun berperan penting terhadap keberadaan ikan pada tiap lokasi padang lamun. Namun demikian dari
Gambar 15 dan Gambar 16 dan persamaan regresinya menunjukkan bahwa pada kerapatan lamun yang tinggi tidak selalu diikuti oleh jumlah spesies dan
individu ikan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan karena ikan yang datang ke padang
95
lamun tidak hanya ditentukan oleh kerapatan lamun tetapi faktor lain yaitu waktu biologi ikan dalam bermigrasi. Namun demikian nilai lingkungan akibat adanya
vegetasi lamun seperti keragaman jenis makanan dan menghindar dari predator merupakan faktor penting membuat ikan datang ke lokasi padang lamun. Hal ini
juga dapat disebabkan karena ikan yang ada pada padang lamun didominasi oleh jenis ikan dengan habitat bukan di padang lamun. Oleh karena itu meskipun
kerapatan lamun yang tinggi tidak diikuti oleh jumlah spesies ikan dan individu yang tinggi tetapi dengan adanya lamun tersebut dapat menjadi indikator untuk
menjelaskan peran lamun dalam meningkatkan keanekaragaman ikan yang ada pada padang lamun.
Gambar 15 Hubungan kerapatan lamun dengan jumlah spesies
Gambar 16 Hubungan kerapatan lamun dengan jumlah Individu
Hasil analisis regresi antara penutupan lamun dengan jumlah spesies ikan di peroleh R
2
sebesar 95,4 dan antara penutupan dengan jumlah individu diperoleh R
2
sebesar 52,2 . Dalam hal ini parameter penutupan lamun tidak cukup baik untuk menjelaskan kehadiran ikan pada padang lamun, tetapi cukup
baik untuk menjelaskan jumlah spesies ikan. Namun demikian dari persamaan
y = -4,665x
2
+ 50,35x - 132,4 R² = 0,883
3,000 3,050
3,100 3,150
3,200 3,250
3,300 3,350
3,400 3,450
3,500 3,550
5,200 5,300
5,400 5,500
5,600 5,700
5,800
Ju m
lah S
p esi
es i kan
y
Kerapatan lamun x
y = -7,050x
2
+ 75,69x - 196,4 R² = 0,944
6,000 6,100
6,200 6,300
6,400 6,500
6,600 6,700
6,800 6,900
5,200 5,300
5,400 5,500
5,600 5,700
5,800
J um
la h i
nd iv
id u i
k a
n y
Kerapatan lamun x
96
regresinya Gambar 17 dan Gambar 18 menunjukkan bahwa semakin besar nilai penutupan lamun dapat menyebabkan jumlah spesies dan individu ikan
semakin besar.
Gambar 17 Hubungan penutupan lamun dengan jumlah spesies
Gambar 18 Hubungan penutuan lamun dengan jumlah Individu
Parameter lamun yang lain untuk menjelaskan keterkaitan ikan dengan padang lamun adalah biomassa. Nilai R
2
yang diperoleh antara Biomassa lamun dengan jumlah spesies ikan sebesar 85,4 dan antara biomassa dengan jumlah
individu R
2
sebesar 98,3 . Selanjutnya model hubungan dari parameter biomassa lamun dengan jumlah spesies dan individu ikan seperti pada Gambar
19 dan Gambar 20. Keterkaitan biomassa lamun dengan ikan sama dengan model keterkaitan dengan kerapatan lamun.
y = 4,791x
2
- 29,73x + 49,21 R² = 0,954
3,000 3,050
3,100 3,150
3,200 3,250
3,300 3,350
3,400 3,450
3,500 3,550
2,800 2,900
3,000 3,100
3,200 3,300
3,400 3,500
Ju ml
ah sp
esi es
ikan y
Penutupan lamun x
y = 7,709x
2
- 48,36x + 82,08 R² = 0,582
6,000 6,100
6,200 6,300
6,400 6,500
6,600 6,700
6,800 6,900
2,800 2,900
3,000 3,100
3,200 3,300
3,400 3,500
J um
la h i
ndi v
idu i k
a n
y
Penutuan lamun x
97
Gambar 19 Hubungan biomassa lamun dengan jumlah spesies
Gambar 20 Hubungan biomassa lamun dengan jumlah Individu
Atribut lamun kerapatan, penutupan dan biomassa untuk menjelaskan kehadiran ikan seperti yang telah diuraikan di atas memiliki kontribusi yang
berbeda. Perbedaan kontribusi dari tiap parameter lamun tersebut dapat dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Pearson
correlation. Hasil analisis kontribusi dari tiap parameter lamun tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 48. Koefisien korelasi dari hasil analisis tersebut
menunjukkan biomassa lamun yang paling tinggi kontribusinya terhadap jumlah spesies dan yang paling kecil adalah kerapatan lamun. Selanjutnya yang
memiliki kontribusi paling tinggi terhadap jumlah individu adalah penutupan lamun dan yang paling kecil adalah kerapatan lamun. Kontribusi tiap parameter
tersebut dapat menjelaskan tentang: 1 respon ikan terhadap keberadaan lamun dan 2 respon ikan terhadap kerapatan lamun dari tiap jenis lamun khususnya
yang memiliki morfologi kecil seperti dari jenis Syringodium isotifolium dan Halodulle pinifolia memiliki pengaruh yang berbeda dengan jenis lamun yang
memiliki morfologi besar seperti dari jenis Enhalus acoroides. Faktor perbedaan
y = -2,067x
2
+ 32,47x - 124,0 R² = 0,854
3,000 3,100
3,200 3,300
3,400 3,500
3,600
7,400 7,600
7,800 8,000
8,200 8,400
Ju m
lah sp
esi es i
kan y
Biomassa lamun x
y = -2,856x
2
+ 44,39x - 165,7 R² = 0,983
6,000 6,100
6,200 6,300
6,400 6,500
6,600 6,700
6,800 6,900
7,500 7,600
7,700 7,800
7,900 8,000
8,100 8,200
8,300 8,400
J um
la h i
ndi v
idu i k
a n
y
Biomassa lamun x
98
morfologi lamun tersebut diduga memiliki kontribusi terhadap rendahnya kontribusi kerapatan terhadap jumlah spesies dan individu ikan. Namun demikian
tiap atribut lamun tersebut memiliki kontribusi terhadap jumlah ikan yang berkumpul pada padang lamun. Dalam hal ini keberadaan lamun di lokasi studi
merupakan faktor penentu untuk ikan dapat survive atau keberlanjutan sumberdaya ikan sangat tergantung pada keberadaan lamun. Oleh karena itu
Keanekaragaman ikan yang ada pada tiap lokasi padang lamun dapat menjadi indikator dalam dalam desain konservasi lamun untuk keberlanjutan sumberdaya
ikan. Tabel 48 Hasil analisis korelasi Pearson antara jumlah spesies dengan luas,
kerapatan, penutupan dan biomassa lamun
Luas lamun
X
1
Kerapatan lamun X
2
Penutupan lamun
X
3
Biomassa lamun
X
4
Jumlah spesies
Y1
Kerapatan X
2
0,330 r
R 0,670
2
Penutupan X
3
0,973 0.466
R 0,027
2
0.534 Biomassa X
4
-0,839 r
-0.179 -0.707
R 0.161
2
0.821 0.293
Jumlah spesies Y
1
0.496 r
0.460 -0.560
0.634 R
-0.686
2
0.540 0.440
0.366 Jumlah individu Y2 r
-0.812 0.054
-0.820 0.464
0.819 R
0.188
2
0.946 0.180
0.536 0.181
Keterangan r = Koefisien korelasi R
2
= Koefisien determinasi
8.4 Komposisi Ikan 8.4.1 Komposisi ikan berdasarkan famili dan spesies