85
2. Ketergantungan, Masyarakat yang memiliki ketergantungan secara langsung berbeda besar kecilnya penilaian terhadap keberadaan padang lamun di
lokasi studi dengan masyarakat yang tidak memiliki ketergantungan secara langsung.
3. Pengetahuan, pengetahuan secara umum memiliki peran yang cukup besar terhadap seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Dalam
hal ini pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam memanfaatkan padang lamun baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki
pengaruh untuk memberikan penilaian terhadap keberadaan padang lamun. 4. Manfaat, Nelayan akan merasakan manfaat yang berbeda dengan
masyarakat bukan nelayan. Oleh karena itu persepsi mereka akan berbeda- beda pada penilaian tentang keberadaan ekosistem padang lamun di lokasi
studi.
7.2 Kearifan Lokal Masyarakat
Pengelolaan perikanan dengan pendekatan konservasi atau perlindungan laut, salah satunya ditentukan oleh kemampuan memilih indikator utama. Contoh
pemilihan indikator dapat memprediksi perubahan lingkungan yang akan terjadi akibat dari suatu gangguan atau bencana. Masyarakat lokal mengenal dampak
positif atau negataif dari usaha konservasi, dan dapat membantu dalam membuat kebijakan dari suatu kawasan konservasi atau perlindungan laut
Minnis and Stofile 2007. Masyarakat di wilayah studi memiliki kebiasaan, pola serta mekanisme
dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Rakhmat 2005 mengemukakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menapsirkan pesan. Selanjutnya persepsi dapat menjadi konsepsi untuk membuat suatu rancangan tindakan.
Persepsi dan konsepsi tersebut menjadi bagian dari pengetahuan lokal dan menjadi dasar berlangsungnya mekanisme pemanfaatan dan konservasi
sumberdaya alam pesisir dan laut Priyatna 2007. Hasil inventarisasi dari kearifan lokal masyarakat di lokasi studi adalah: 1
awiq-awiq dan 2 ritual penyelamatan laut, 1. Awiq-awiq, Awiq-awiq sebagai representasi dari kearifan lokal masyarakat
memuat hal-hal yang meliputi: struktur, substansi dan sanksi. Komite Pengelolaan Perikanan Laut KPPL berperan sebagai pelaksana atas
86
kesepakatan-kesepakatan yang telah dirumuskan bersama dengan semua stakeholder melalui musawarah dan mupakat dalam pengelolaan sumberdaya
ikan dan ekosistemnya. Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan pengawasan dan koordinasi, memfasilitasi serta meningkatkan kapasitas
KPPL dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Substansi dari awiq-awiq diatur tentang pertama mencegah terjadinya konflik antar nelayan dan kedua
melestarikan jenis-jenis ikan dan biota lain serta ekosistemnya seperti ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu
karanag. Berkenaan dengan pencegahan konflik diatur melalui pengaturan zona penangkapan ikan untuk nelayan tradisional di zona I dan II sedangkan
nelayan komersial zona II serta penggunaan mata lampu. Pelestarian jenis- jenis ikan dan ekosistem diatur melalui pelarangan penggunaan alat tangkap
yang tidak ramah lingkungan seperti bom ikan, potasium sianida dan jaring oros. Penerapan sanksi dari pelanggaran kesepakatan azasnya pertama
adalah untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kelestarian ikan dan ekosistemnya sebagai sumber kesejahteraan generasi saat ini dan generasi
yang akan datang. 2. Penyelamatan laut, pada proses pelaksanaan terdapat pembagian tugas,
pemerintah desa membentuk kepengurusan untuk menyiapkan seluruh rangkaian kegiatan untuk mensukseskan acara dan tokoh adat mangku
segara bertanggung jawab terhadap kegiatan ritual. Puncak kegiatan penyelamatan laut adalah pemotongan kerbau oleh mangku dan kepala
kerbau dibuang ke laut. Kegiatan penyelamatan laut bertujuan untuk: a sebagai bentuk terimakasih terhadap Allah Tuhan yang Maha Kuasa yang
telah memberikan laut dan isinya sebagai sumber kehidupan masyarakat dan b keprihatinan dari rendahnya hasil tangkapan nelayan dalam waktu yang
cukup lama yaitu antara 6 bulan sampai 1 tahun serta hilangnya beberapa jenis ikan seperti cumi-cumi dan ikan jenis lain yang biasa diperoleh dari
wilayah perairan laut Tanjung Luar dan sekitarnya. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat di wilayah studi yang ada dalam awiq-awiq dan penyelatan laut
merupakan kearifan masyarakat yang diaktualisasikan dalam bentuk kebersamaan, gotoroyong, musawarah dan mufakat. Nilai-nilai kearifan lokal
masyarakat merupakan salah satu modal sosial sebagai basis dalam program-program pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu
Priyatna et al. 2007.
8 DESAIN KONSERVASI LAMUN
Kriteria dan indikator desain
konservasi lamun
serta strategi
pengelolaannya bersumber dari hasil analisis dan sintesis pada: 1 kondisi lamun dan kerusakan lamun, 2 keterkaitan ikan dengan lamun dan 3 fungsi
lamun terhadap ikan. Berkaitan dengan penentuan kriteria dan indikator tersebut dilakukan pembahasan tentang fungsi dari setiap kriteria dan indikator sesuai
dengan tujuan desain konservasi lamun untuk keberlanjutan ikan adalah sebagai berikut:
8.1 Kondisi lamun