Terbentuknya Endosimbiosis Kajian Kepadatan Zooxanthellae pada Tingkat Eutrofikasi yang Berbeda di Perairan Kepulauan Spermonde Kota Makassar Provinsi Sulawesi –Selatan

6 infeksi dari lepasan planula yang keluar tanpa pembekalan Veron 1995. Apabila teori pertama yang terjadi maka bagaimanapun juga awal evolusinya akan mengalami proses infeksi yang kemudian secara turun temurun mengalami proses pembekalan sebagaimana teori pertama diterima kebenarannya. Di sini tidak memperdebatkan keduanya, namun lebih ditekankan bahwa pada kenyataannya terdapat endosimbiosis dengan perannya yang besar dalam mekanisme kehidupan fungsional binatang karang.

2.3 Hewan Karang sebagai

Host Inang

2.4 Zooxanthellae sebagai Simbion Alga

Sebagian besar inang yang bersimbiosis merupakan karnivora dan kegagalan inang untuk mencerna atau melenyapkan infasi simbion-simbion alga adalah tergantung sifat yang dimiliki baik hewan karang maupun alga tersebut Yonge 1963 in Thamrin 2004. Salah satu inang invertebrata yang bersimbiosis yaitu hewan karang dari Ordo Scleractinia. Hewan karang dari Scleractinia merupakan koloni dari polip-polip yang dihubungkan oleh sistem gastrovaskuler di mana individu hewan karang atau polip menempati mangkuk kecil atau koralit dalam kerangka yang masif. Tiap mangkuk atau koralit mempunyai beberapa seri septa yang tajam dan berbentuk daun yang keluar dari dasar Thamrin 2004, Zooxanthellae adalah istilah deskriptif umum untuk semua ganggang berwarna emas yang hidup bersimbiosis pada hewan, termasuk karang, anemon laut, moluska, dan taksa lainnya. Walaupun istilah tidak memiliki arti taksonomi, zooxanthellae digunakan terutama untuk merujuk kepada simbion Dinoflagellata, sekelompok alga yang beragam. Ini adalah label generik yang berguna, mengingat keadaan saat ini ketidakpastian dalam taksonomi simbion karang. Zooxanthellae yang ditemukan di karang biasanya berdiameter 8-12 µM. Sel yang berada di membran vakuola, terikat dalam sel gastrodermal. Densitas mereka umumnya berkisar antara 1 x 10 6 selcm 2 sampai 2 x 10 6 selcm 2 sel permukaan karang, walaupun ini mungkin sangat bervariasi pada skala temporal dan spasial. Beberapa bukti menunjukkan bahwa perbedaan musiman mempengaruhi kepadatan zooxanthellae di karang Muller-Parker D’Elia 1997.

2.5 Struktur karang dan letak zooxanthellae

Sebagian besar karang pembentuk terumbu termasuk dalam kelompok 7 Scleractinia. Bentuk tubuh berongga, radial simetris di mana di dalam rongga ini terdapat binatang karang yang disebut polip. Di ujung atas rongga terdapat bukaan yang berfungsi sebagai mulut, ke arah bawah membagi diri menjadi septa atau sekat yang radial simetris. Pada bagian mulut tersusun tentakel yang pada karang batu berjumlah kelipatan enam. Pada karang batu kerangka pendukung tubuh terdapat di luar exoskeleton. Bagian dalam tubuh tersusun dari jaringan sel, masing-masing dari luar ke dalam ektodermis, mesoglea, dan endodermis yang sering juga disebut gastrodermis. Di dalam lapisan endodermis atau gastrodermis ini terdapat zooxanthellae Muller-Parker D’Elia 1997.

2.5 Zooxanthellae dan bentuk simbiosisnya dengan karang

Gambar 1. Potongan melintang anemone laut dan zooxanthellae dalam jaringan gastrodermis. Hubungan antara zooxanthellae dengan karang saling menguntungkan, jenis zooxanthellae berasal dari kelompok Dinoflagellata tidak memiliki flagella dan dinding sel. Kehadiran zooxanthellae akan memberikan warna karena zooxanthellae memiliki pigmen. Melalui fotosintesis, zooxanthellae mensuplai oksigen bagi karang untuk respirasi dan karbohidrat sebagai nutrient. Sebaliknya zooxanthellae menerima CO 2 zooxanthellae juga berperan dalam memindahkan karbondioksida, sehingga untuk fotosintesis. Sementara untuk nitrogen dan fosfor antara zooxanthellae dan karang terjadi dengan proses di mana zooxanthellae menerima nitrogen dalam bentuk ammonia dari karang, dan dikembalikan ke karang dalam bentuk asam amino. Dalam proses fotosintesis dalam kondisi optimum meningkatkan terbentuknya pengapuran pada karang Thamrin 2006.