konsentrasi konsentrasi TSS yang mengurangi penetrasi cahaya. Faktor lain yang menyebabkan tinggi rendahnya jenis dan kelimpahan fitoplankton adalah ratio N
P dan P di suatu perairan. Rasio N : P disuatu badan air dapat digunakan untuk menduga jenis alga yang mungkin terdapat pada konsentrasi nutrien berbeda
Warsa et al. 2006 .
4.4 Keterkaitan Fitoplankton dengan Kondisi Perairan
Jenis dan kelimpahan fitoplankton terkait erat dengan kondisi perairan seperti tingkat kesuburan dan tingkat pencemaran perairan dimana bila unsur N
dan P melimpah akan menimbulkan blooming fitoplakton, hal ini sesuai dengan Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Kriteria kesuburan berdasarkan N dan P serta nilai biomas dan produktivitas primer fitoplankton.
Parameter Tingkat kesuburan Perairan
Oligotrofik Mesotrofik
Eutrofik N anorganik pbb
0-200 200-400
400-650 P-Total pbb
0-5 5.-10
.10-30 Biomassa mg berat keringm
20-200
3
200-600 600-10.000
Produktivitas primergr berat keringm2 thn
15-50 50-150
150-500
Dalam kaitannya dengan pertumbuhan fitoplankton, maka konsentrasi ortofosfat dan nitrat dari ketiga pulau tersebut berada dalam kisaran
pertumbuhan optimal bagi kehidupan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Wardoyo 1975 in Erna bahwa untuk pertumbuhan optimal
fitoplankton memerlukan kandungan ortofosfat pada kisaran 0.09-1.80 mgl, dan sesuai juga dengan kriteria fosfat menurut Joshimura in Liaw 1969 in
Simanjuntak M 2003, lihat Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Kriteria kesuburan perairan menurut Joshimura in Liaw 1969.
Kandungan fosfat mgliter Kesuburan Perairan
0.000-0.020 Rendah
0.021-0.050 Cukup
0.051-0.100 Baik
0.101-0.200 Baik sekali
Sedangkan menurut Perkins 1974 in Erna 2008, kandungan ortofosfat yang terdapat diperairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mgl, kecuali pada perairan
yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapat pemupukan fosfat. Oleh karena itu, ketiga perairan
pulau tersebut di atas yang mengandung mengandung unsur N dan P yang cukup tinggi melebihi kebutuhan normal organisme akuatik sehingga berpeluang
menyebabkan terjadinya blooming fitoplankton tertentu
.
Selain kondisi lingkungan yang eutrofik dari ketiga pulau tersebut, juga diduga tercemar, hal ini dibuktikan dengan kehadiran diatom Nitzschia sp di
perairan ketiga pulau tersebut, hal ini sesuai dengan Basmi 1999 bahwa sistem saprobik yang dipakai sebagai indikator tingkat pencemaran kondisi perairan
berdasarkan organisme fitoplankton termasuk Diatom antara lain Nitzschia sp, Hantzcschia amphioxys, Stephanodiscu hantzschii, merupakan penghuni perairan
α-mesosaprobik yang merupakan indikator biologi bahwa perairan yang dihuninya tercemar berat.
Jenis dan kelimpahan fitoplankton di pulau Laelae ditemukan hanya 4 jenis fitoplankton lihat tabel 6, hal ini diduga kuat karena terjadi pencemaran perairan
di pulau Laelae sehingga mengakibatkan fitoplankton tertentu saja yang mampu beradaptasi, hal ini sesuai dengan Ravera 1979 in Basmi 1999 bahwa
keberadaan Diatom di perairan yang terpolusi dan tidak terpolusi akan mem- perlihatkan perbedaan baik dalam jumlah spesies maupun jumlah individu per
spesies.
4.5. Kepadatan