Hasil pengamatan langsung kondisi perairan pada kedalaman 2-3 meter masih ditemukan koloni karang yang cukup baik walaupun luasan terumbu karangnya
terbatas dan terpisah pisah, ukuran koloni terumbu karangnya juga kecil. . Tabel 5 Kondisi Parameter Oseanografi pulau Barrang Lompo tahun 2005
Parameter Utara
Timur Selatan Barat
Faktor Fisika
Suhu C 30,5
29,5 – 30
30,5 30,5 – 31
Kecerahan m 15
11 13
14 Kedalaman m
2 – 21 16
2 - 24 2 – 21
Arus mdt 0.2
0.167 0.179
0,200 Keterlindungan
Barat Ya
Tidak Tidak
Tidak dari musim
Timur Tidak
Tidak Ya
Tidak Berpasir
100 -
- 40
Substrat Berkarang
- 50
40 30
Rubble -
10 20
40
Faktor Kimia
Oksigen ppt 6,0
5,5 – 5,7
5,4 5,3 – 5,4
pH 7.93
8.06 7.97
7.94 Salinitas
o
34
oo
34 35
35 Nitrat ppm
2.45 0.32
0.17 0.11
Fosfat ppm 0.57
0.65 0.61
0.63 Sumber; Survei Lapangan 2005
3.1.3 Pulau Lanyukang
Terumbu Karang, ikan karang, cumi-cumi, agar-agar, kerang merupakan hasil laut yang sering ditemui di pulau Lanyukang. Mata pencaharian penduduk
pulau Lanyukang adalah nelayan pancing dan jaring. Kondisi terumbu karang di pulau ini walaupun jauh dari kota makasar, sudah cukup memprihatinkan.
kebanyakan daerah reef flat telah didominasi oleh karang mati, rubble, serta pasir. namun pada daerah yang masih cukup dalam sekitar 10 meter, kondisi
karangnya masih relatif baik 45, jumlah dan jenis ikan-ikan karang juga masih relatif banyak Jompa et al. 2006.
Pulau Lanyukang didasarkan pada orientasi bentuknya, memanjang dari Timur Laut ke Barat Daya. Luas areal dataran Pulau Lanyukang seluas ± 4,5 Ha.
Ekosistem perairan pada kedalaman 1-5 m ditandai dengan dominan hamparan
pasir putih mengelilingi pulau, lalu padang lamun dan rataan terumbu. Pada
bagian utara Pulau Lanyukang yang terlindung oleh pengaruh musim barat, sebaliknya pada musim timur hanya bagian selatan yang terlindung dari pengaruh
yang ditimbulkan oleh angin musim tersebut, namun hasil pengamatan langsung saat penelitian adalah jarang ditemukan karang pada kedalaman 2-3 meter dan
pada kedalaman ini didominasi pasir putih.
3.2 Kondisi Perairan Pulau Laelae, Pulau Barang Lompo dan Pulau
Lanyukang Kondisi Perairan saat penelitian masih berada pada musim peralihan dari
musim Timur ke Musim Barat yaitu bulan Maret – Mei 2010, namun masih sering terjadi hujan. Lokasi pengambilan sampel hanya dibatasi pada kedalaman
2-3 meter, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh pengaruh maksimum dari
kegiatan masyarakat pulau tersebut terhadap kualitas perairan.
Adapun kondisi perairan hasil perhitungan laboratorium dapat dilihat dari Tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6 Kondisi Perairan Pulau Laelae, Barrang Lompo dan Lanyukang Kota Makassar
No Parameter
Pulau Laelae
Barrang Lompo
Lanyukang 1
TSS mgl
7 4
6 2
NO
3
0.022
mgl
0.010 0.011
3
PO
4
0.91
mgl
0.68 1.05
4
Jarak Dari Kota Makassar km
2 12.77
40.17 5
Rata-rata Kepadatan Zooxanthellae selcm
2
2.28 x 10 5 x 10
5
6.75 x 10
5
6
5
Rata-rata Kepadatan Fitoplankton selliter
187.2 417.6
828
3.2.1 Total Suspended Solid TSS
Salah satu sumber terbesar dari pencemaran air adalah padatan tersuspensi. Ketika partikel ini menetap di dasar badan air, mereka menjadi sedimen. Istilah
sedimen dan lumpur sering digunakan untuk merujuk pada padatan tersuspensi.
Padatan sedimen terdiri dari fraksi anorganik silts, tanah liat, dan lain-lain dan fraksi organik ganggang, zooplankton, bakteri, dan detritus yang terbawa dari
runoff dari daratan. Padatan tersuspensi mempengaruhi sepanjang siklus hidup hewan karang mulai dari saat larva seperti mortalitas larva planula, penempelan
planula, fekunditas sampai kelangsungan hidup karang. termasuk mempengaruhi pembelahan zooxanthellae yang membutuhkan cahaya matahari untuk proses
fotosinesis Thamrin 2004. Adapun hasil pengukuran konsentrasi Total Suspended Solid
TSS dari masing-masing pulau dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Konsentrasi TSS mgl di Pulau Laelae, Pulau Barrang Lompo dan Pulau Lanyukang.
Air laut memiliki nilai padatan terlarut yang tinggi, tetapi tidak berarti kekeruhannya tinggi pula Effendi 2003. Padatan tersuspensi menciptakan resiko
tinggi terhadap kehidupan dalam air pada aliran air yang menerima tailings di kawasan dataran rendah, ini dapat dilihat bahwa padatan tersuspensi dalam jumlah
yang berlebihan diukur sebagai total suspended solids – TSS akan memiliki dampak langsung yang berbahaya terhadap kehidupan dan bisa mengakibatkan
kerusakan ekologis yang signifikan melalui beberapa mekanisme seperti: 1 Abrasi langsung terhadap insang binatang air atau jaringan tipis dari tumbuhan
air; 2 Penyumbatan insang ikan atau selaput pernapasan lainnya; 3 Menghambat tumbuhnyasmothering telur atau kurangnya asupan oksigen karena terlapisi oleh
padatan; 4 Gangguan terhadap proses makan, termasuk proses mencari mangsa dan menyeleksi makanan terutama bagi predation dan filter feeding; 5 Gangguan
1 2
3 4
5 6
7 8
Laelae Barrang lompo
Lanyukang
K o
ns e
nt ra
si m
g l
Pulau