53 Oleh karena itu dalam sistem pemasaran dengan melibatkan tengkulak sebagai
pemasaran kelompok belum terlihat adanya pemasaran dengan sistem berkelompok, dimana ada penetapan harga melalui keputusan kelompok, kemana pisang akan
dijual. pemasaran yang terjadi dengan pemsaran kelompok masih seperti pemasaran kepada pihak diluar kelompok.
6.2.3. Perkembangan Kelembagaan Saprodi
Pemenuhan saprodi petani pisang masih mengandalkan keberadaan kios-kios saprodi yang berada di desa. Petani belum memiliki kios tersendiri sebagai bagian
dari kelompok tani, atau setidaknya ada kios yang dijadikan tempat belanja bagi kelompok tani dimana ada kerjasama dalam pengadaan saprodi dan pembagian
keuntungan antara kelompok tani dengan kios tersebut. Padahal dalam inovasi kelembagaan disebutkan bahwa akan dilakukan kerjasama dengan kios yang ada
sehingga kios tersebut tergabung dalam AIP sehingga kebutuhan saprodi petani dapat dipenuhi dengan mudah dan dengan harga yang lebih murah. Untuk mengatasi
masalah saprodi petani diberikan bantuan pinjaman modal yang berbentuk uang dan saprodi tertentu. Penggunaan pinjaman yang berbentuk adalah untuk pemenuhan
kebutuhan saprodi tetapi penggunaannya belum diarahkan, yaitu kemana mereka harus membeli saprodi sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan membeli ketempat lain.
6.2.4. Perkembangan Kelembagaan Produksi
Petani dalam melakukan produks tergabung dalam kelompok tani. Sebelum adanya Primatani kelompok tani yang ada hanya satu yaitu kelompok tani Sumber
Arum. Setelah diadakan primatani kelompok tani yang ada ditambah empat kelompok tani baru yaitu kelompok tani Intan Langsung Makmur, Sumur Tani, Jembar Tani,
Sumber Tani. Pembentukan kelompok baru ini untuk mewakili petani perdusun yang yang ada, selain kelompok tani juga dibentuk gabungan kelompok tani yaitu
Gapoktan Talaga Makmur. Pembentukan Gapoktan ini berfungsi untuk memperkuat jaringan antar kelompok tani yang ada. Pengelompokan petani kedalam kelompok-
kelompok tani ini akan mempermudah petani dalam mengakses informasi maupun
54 permodalan. Terbukti petani yang tergabung dalam kelompok mendapatkan bantuan
berupa pinjaman modal usaha kelompok pada tahun 2007. Petani yang tergabung dalam kelompok tani mendapatkan bimbingan
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan usahatani pisang. Bimbingan ini diberikan oleh penyuluh dari tim primatani, selain memberikan bimbingan berupa
teori, penyuluh juga memberikan bimbingan berupa praktek langsung dilapangan untuk kegiatan budidaya pisang dan pengolahan. Selain bimbingan teori dan praktek
untuk menambah pengetahuan petani dilakukan progam studi banding ke luar daerah Cianjur. Petani diajak berkunjung ke lokasi Primatani daerah lain yang juga sedang
mengembangkan pisang yaitu ke daerah Lampung, Lumajang dan Sumedang. Kunjungan ke Lampung dan Lumajang bertujuan untuk menambah pengetahuan
petani khususnya dalam teknik budidaya pisang. Sedangkan kunjungan ke Sumedang bertujuan untuk menambah pengetahuan petani dalam pengolahan pisang. Dalam
kunjungan yang dilakukan petani bertukar pengalaman dengan petani yang dikunjungi.
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON DESA TALAGA
7. 1. Karakteristik Responden
Petani responden di daerah penelitian memiliki karakteristik yang berbeda- beda seperti perbedaan umur, tingkat pendidikan, status usahatani, lama pengalaman
berusahatani pisang, luas lahan pengusahaan dan status kepemilikan lahan.
7.1.1. Umur dan Pengalaman Usahatani