Pengendalian Hama dan Penyakit

46 lagi. Sebelum ada Primatani, jumlah pohon pisang yang dipelihara oleh petani lebih dari 5 dengan alasan semakin banyak pohon pisang yang dipelihara maka jumlah tandanan pisang yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Jumlah pohon yang lebih banyak memang akan menghasilkan jumlah tandan yang lebih banyak, tetapi kualitas buah yang dihasilkan rendah berat pertandan yang kecil, ukuran buah yang kecil karena penyerapan unsur hara ketika pohon berbuah tidak maksimal dengan adanya pohon pisang lainnya dalam satu rumpun yang sedang berbuah juga. Pembungkusan buah pisang menggunakan plastik poliethilen biru brongsong. Pemanfaatan plastik poliethilen biru ini mulai diterapkan petani sejak adanya Primatani, sebelumnya petani tidak membungkus buah pisang sehingga sangat rentan terkena serangan hama kudis buah yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik coklat pada kulit dan warna buah menjadi kusam sehingga penampilan buah menjadi tidak menarik yang pada akhirnya akan menurunkan harga jual, selain dari tampilan kulit, buah yang tidak dibungkus akan menghasilkan buah dengan ukuran tidak maksimal. Penggunaan plastik poliethilen biru dapat memaksimalkan ukuran buah dan juga melindungi buah dari serangan kudis buah sehingga buah yang didapatkan memiliki ukuran lebih besar dengan tampilan yang lebih menarik.. Penggunaan plastik ini masih sebatas bantuan dari pemerintah, petani belum secara swadaya membeli plastik tersebut. Pemeliharaan diatas dilakukan sesuai dengan kebutuhan tergantung kondisi pohon pisang, tetapi paling tidak tiap bulan pemeliharaan di atas dilakukan.

6.2.1.3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit ditujukan untuk mengurangi resiko gagal panen. Pengendalian hama dan penyakit pada pisang biasanya dilakukan sesuai kebutuhan. Hama yang sering menyerang adalah ulat penggulung daun. Serangan hama ini diatasi dengan memotong daun yang terkena ulat dan memusnahkan ulat dan daun tersebut, selain ulat penggulung daun, hama lain yang sering menyerang adalah kudis buah dan kumbang penggerek. Kudis buah diatasi petani dengan pemasangan plastik poliethilen biru. Petani seringkali menyemprotkan obat 47 insektisida dan pestisida sisa dari tanaman sela decis, curakon, dusban kepada pisang untuk mengusir hama. Penyakit yang sering menyerang pisang adalah layu fusarium , sigatoka, kerdil pisang, layu bakteri. Pengendalian pisang yang terkena penyakit hanya dilakukan dengan menebang pohon yang terkena penyakit, dan apabila telah parah biasanya petani membongkar satu rumpun yang telah terinfeksi dan memusnahkannya. Petani jarang membeli obat untuk mengobati tanaman yang terkena penyakit karena masih dirasa mahal dan tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan petani bersamaan dengan proses pemeliharaan yang lain ataupun saat pengendalian hama dan penyakit tanaman sela. Sehingga petani tidak memberikan waktu khusus untuk pengendalian hama dan penyakit pisang. Salah satu upaya yang dilakukan Primatani untuk menanggulangi penyakit fusarium yang merupakan masalah yang paling sering dialami petani dan belum ada obatnya adalah dengan memcampurkan Trichoderma pada saat penanaman, Trichoderma ini akan berfungsi sebagai pencegah pisang terkena layu fusarium dan penyakit tular tanah lainnya. tetapi sayangnya Trichoderma ini hanya dapat berfungsi sebagai pencegah, sehingga jika tanah sudah mengandung penyakit maka kemungkinan besar pisang tersebut juga akan terkena fusarium apalagi penggunaan bibit dari tunas tanaman sebelumnya yang belum dapat dipastikan apakah bebas dari penyakit, sehingga masih ada beberapa pohon pisang petani responden yang masih terkena penyakit fusarium . Selain menghadapi kendala berupa hama dan penyakit, petani juga menghadapi kendala berupa pencurian. Pencurian seringkali terjadi pada kebun- kebun yang letaknya jauh dari pemukiman warga dengan pengawasan yang tidak memadai. 48

6.2.1.4. Pemanenan