17 akhir tahun Soekartawi et al. 1986. Pendapatan kotor disebut juga dengan
penerimaan.
3.1.3. Biaya Usahatani
Soekartawi et al. 1986 biaya usahatani meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah produksi. Biaya tetap meliputi pajak, penyusutan alat
produksi, bunga pinjaman, sewa lahan dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan besarnya tergantung dari jumlah
produksi. Biaya variabel meliputi biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya tidak
tunai Hernanto 1995. Biaya tunai dan tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi dan pajak
tanah. Sedangkan untuk biaya variabel meliputi biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan dan
biaya tenaga kerja keluarga. Sedangkan yang termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan.
3.1.4. Pendapatan Usahatani
Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke
dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan
usahatani Soekartawi et al. 1986.
3.2. Imbangan Penerimaan dan Biaya RC rasio
Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu pendapatan usahatani
18 merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan
keragaan beberapa usahatani. Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan R
untuk setiap biaya C yang dikeluarkan rasio RC. Rasio RC ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk
memproduksi. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif
terhadap kegiatan usahatani sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Usahatani efisien apabila RC lebih
besar dari 1 RC1 artinya untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih dari Rp. 1,00. Sebaliknya jika rasio RC lebih kecil
satu RC1 maka dikatakan bahwa untuk setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan memberikan penerimanaan lebih kecil dari Rp. 1,00 sehingga usahatani dinilai tidak
efisien. Semakin tinggi nilai RC, semakin menguntungkan usahatani tersebut Gray et al. 1992.
3.4. Kerangka Pemikiran Operasional
Desa Talaga merupakan memiliki potensi untuk mengembangkan pisang sebagi komoditas unggulan dilihat dari kondisi alam yang mendukung dan juga
kondisi sosial masyarakatnya. Pengembangan pisang di Desa Talaga terkendala dengan teknik budidaya yang diterapkan masih sederhana sehingga kualitas pisang
yang dihasilkan rendah, dapat dilihat dari penampilan fisik pisang yang tidak menarik dan berat pertandan pisang yang rendah sehingga menyebabkan rendahnya
produktivitas yang dihasilkan. Untuk dapat memanfaatkan potensi yang ada, maka kendala-kendala yang ada perlu diatasi. Salah satu program yang dijalankan di Desa
Talaga untuk pengembangan pisang adalah Primatani. Pengembangan pisang yang dijalankan Primatani adalah melalui dua inovasi pokok yaitu inovasi teknologi dan
inovasi kelembagaan. Pada inovasi teknologi Primatani membina petani untuk membudidayakan pisang sesuai dengan SPO yang ada. Penerapan SPO ini tentunya
19 akan menimbulkan biaya-biaya yang sebelumnya tidak dikeluarkan oleh petani
dengan teknik budidaya tradisional. Oleh karena itu dengan mengadakan analisis pendapatan usahatani, dapat dilihat seberapa besar keuntungan yang didapat petani
dengan penerapan SPO. Selain itu, dengan melakukan analisis penerapan SPO dapat diketahui apakah SPO yang diberikan telah dijalankan sepenuhnya oleh petani. Pada
inovasi kelembagan dilakukan perubahan-perubahan pada kelembagaan-kelembagaan yang ada yang diharapkan menjadi perbaikan dari kondisi sebelum adanya Primatani.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada kelembagaan petani perlu dianalisis apakah telah sesuai dengan yang direncanakan oleh Primatani. Oleh karena itu perlu dilihat
kondisi nyata yang terjadi dengan perencanaan yang dilakukan Primatani. Hasil terhadap analisis-analisis yang dilakukan dapat dijadikan rekomendasi kepada petani
dan pemerintah. Kerangka pikir operasional disajikan pada Gambar 2.
20
Gambar 1 . Kerangka Pikir Operasional Analisis Pendapatan Usahatani Pisang di
Desa Talaga, Cugenang, Cianjur melalui Program Primatani. Rekomendasi
RC 1 RC 1
Analisis Biaya
Analisis Pendapatan Usahatani Pisang
Analisis Penerimaan
Analisis Penerapan SPO
Rugi Untung
Penerapan SPO Pelaksanaan
Primatani Potensi Pengembangan
Pisang Desa Talaga Kualitas Produksi
Rendah
Perubahan Agribisnis Pisang Desa Talaga,
melalui Program Primatani
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa
Desa Talaga merupakan salah satu desa penghasil pisang di Kabupaten Cianjur dan di desa tersebut pada tahun 2007-2008 sedang diadakan program Primatani dengan
pengembangan komoditas utama adalah pisang yang merupakan komoditas unggulan nasional sehingga menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Pengambilan data
dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2009. Topik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai, pendapatan
cabang usahatani pisang ambon paling banyak ditanam dengan teknik budidaya menerapkan SPO dari Primatani.
4.2. Jenis dan Sumber Data