Tingkat Pendidikan Status Usahatani

56 Dari 30 responden yang ada 53,33 persen telah berusahatani antara 1-10 tahun, 36,67 persen telah berusahatani pisang selama 11-20 tahun dan 10 persen dari responden telah menjalankan usahatani pisang lebih dari 20 tahun. Budidaya pisang relatif mudah dilakukan, tidak memerlukan keahlian khusus sehingga petani dalam menanam pisang tidak belajar secara khusus, tetapi biasanya mereka mengetahui budidaya pisang secara turun-temurun dan belajar dari pengalaman. Petani dengan usia lebih tua tidak selalu memiliki pengalaman bertani pisang lebih lama daripada petani yang berumur lebih muda, hal ini disebabkan karena tidak semua petani mulai menanam pisang pada umur yang sama. Pengalaman bertani pisang sudah dimilki petani responden sebelum program Primatani di Desa Talaga diadakan, tetapi bedanya adalah pengalaman yang dimiliki petani sebelum adannya Primatani adalah teknik budidaya yang diperoleh dari pengalaman sendiri sedangkan dengan adanya Primatani petani diberikan pengetahuan baru mengenai berbudidaya pisang melalui pembinaan untuk melakukan teknik budidaya sesuai dengan SPO yang ada. Pembagian dan persentase responden berdasarkan pengalaman berusahatani dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Pisang Desa Talaga Tahun 2008 Lama Berusahatani Pisang Jumlah jiwa Persentase 1 – 10 16 53,33 11 – 20 11 36,67 ≥ 20 3 10,00 30 100,00 Sumber : Data Primer Diolah

7.1.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Tingkat pendidikan petani yang tinggi, akan memudahkan petani dalam mencari dan memperoleh informasi baik yang berhubungan dengan pemasaran pisang, teknik budidaya yang baik, serta informasi lain yang berhubungan dengan agribisnis pisang. 57 Tingkat pendidikan petani diukur melalui tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti. Berdasarkan hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa 83,33 persen petani mempunyai tingkat pendidikan sekolah dasar. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan petani responden. Rendahnya tingkat pendidikan ini dapat mempersulit petani dalam penyerapan teknologi yang diberikan pemerintah. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa Persentase Tidak Sekolah 1 3,33 Sekolah Dasar SD 25 83,33 SLTP atau Sederajat 0,00 SLTA atau Sederajat 3 10,00 D-3 1 3,33 30 100,00 Sumber : Data Primer Diolah

7.1.3. Status Usahatani

Dari 30 responden yang ada, 70 persen responden menjadikan pertanian sebagai pekerjaan utama. Sedangkan 30 persen lainnya mempunyai pekerjaan lain selain menjadi petani yaitu perangkat Desa 2 orang, tengkulak pisang 3 orang, sopir dan ojek 2 orang, pensiunan PNS 1 orang. Sebaran pekerjaan utama responden dapat dilihat di Tabel 13. Status pekerjaan akan mempengaruhi perhatian kepada usahatani pisang yang dilakukan, hal ini disebabkan adanya pembagian curahan waktu yang dimiliki oleh responden. Responden dengan pekerjaan utama sebagai petani akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengelola kebunnya termasuk tanaman pisang dibandingkan dengan petani yang memiliki pekerjaan lain selain bertani. 58 Tabel 13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama Tahun 2008 Pekerjaan Utama Jumlah jiwa Persentase Petani 21 70,00 Perangkat Desa 2 6,67 Tengkulak Pisang 3 10,00 Pedagang 1 3,33 Supir Angkot dan Ojek 2 6,67 Pensiunan PNS 1 3,33 30 100,00 Sumber : Data Primer Diolah Tanaman pisang sebagian besar ditanam bersama tanaman lain tumpang sari, seperti berbagai jenis sayuran, cabai, teh dan lain-lain. Tanaman sela yang dipakai membutuhkan curahan waktu perawatan yang lebih banyak dibandingkan tanaman pisang. Jika status usahatani pisang dilihat dari tingkat curahan waktu maka usahatani pisang menjadi usahatani sampingan, karena pisang memerlukan tingkat perawatan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat perawatan tanaman selanya. Pisang ditanam secara tumpangsari dengan berbagai jenis tanaman sela. Jenis tanaman sela yang ditanam bersama dengan pisang menyesuaikan dengan seberapa besar ukuran pohon pisang. Hal tersebut berkaitan dengan penyerapan unsur hara dan juga sinar matahari yang diterima oleh tanaman sela, karena tanaman sela ditanam dibawah pohon pisang sehingga harus memperhatikan kebutuhan sinar matahari tanaman sela. Jika tidak, maka tanaman sela tidak akan tumbuh dengan baik. Sebaran jenis tanaman tumpang sari yang ditanam bersama pisang dapat dilihat pada Tabel 14. Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa tanaman tumpangsari yang banyak ditanam petani adalah cabai, sebesar 76,67 responden menanam cabai, hal ini disebabkan karena cabai merupakan tanaman yang juga termasuk kedalam program pengembangan Primatani dan juga dapat tumbuh dengan baik walaupun terhalang 59 oleh tanaman pisang. Tanaman teh yang ada merupakan tanaman teh yang ditanam sejak dulu. Tabel 14. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jenis Tanaman Sela Tahun 2008 Jenis Tanaman Jumlah jiwa Persentase Cabai 23 76.67 Jagung 14 46.67 Ceisin 7 23.33 Pepaya 7 23.33 Teh 8 26.67 Lainnya talas, tomat, wortel, bengkuang, singkong, ubi, kayu, alpukat, jahe 1 3.33 Sumber : Data Primer Diolah

7.1.4. Luas dan Status Kepemilikan Lahan Pisang