Pemanenan Perkembangan Teknik Budidaya Pisang

48

6.2.1.4. Pemanenan

Tanaman pisang hanya berbuah sekali semasa hidup, setelah berbuah dan dipanen maka tanaman itu akan mati, yang kemudian akan digantikan produksinya oleh anakan yang telah disiapkan. Saat dipanen buah pisang tidak bisa langsung di konsumsi karena kondisinya dalam tahap matang hijau, dimana buahnya masih keras. Buah pisang baru bisa dikonsumsi setelah diperam dengan menggunakan karbit atau gas etilen lainnya Panen pisang tidak dapat dilakukan sekaligus karena adanya perbedaan umur pohon pisang, sehingga kegiatan pemanenan dilakukan secara bertahap, biasanya setiap dua minggu sampai 4 minggu sekali panen dilakukan bergantung dengan dengan jumlah pohon pisang yang sedang berbuah. Beberapa petani ada yang mempercayakan hasil panennya kepada tengkulak pengumpul yang telah menjadi pembeli tetap. Ciri-ciri pisang yang siap dipanen adalah : 1. Tepi buah pisang sudah tidak bersudut tatapi rata. 2. Buah tampak berisi atau padat. 3. Bunga yang mengering pada ujung buah mudah dipatahkan. 4. Warna kulit buah dari hijau muda menjadi hijau tua. 5. Daun bendera pada tanaman sudah mengering. 6. Telah berusia antara 90-110 hari setelah muncul jantung. Pemanenan dilakukan dengan cara menebang pohon pisang, tetapi sebelum batang pohon tumbang sepenuhnya, pohon pisang ditahan dengan tangan atau penyangga lainnya, kemudian buah pisang dipotong. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan buah pisang apabila pohon pisang langsung tumbang. Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh gesekan antara buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Batang pisang bisa saja dipotong sampai 49 setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas. Dari keterangan petani responden, tengkulak pemasaran Gapoktan dan pihak Primatani, pisang yang dihasilkan petani setelah menjalankan SPO yang diberikan mengalami peningkatan dalam berat pertandan, sebelum penerapan SPO berat pertandan petani rata-rata hanya 15-20 kgtandan. Tetapi setelah menerapkan SPO yang ada berat pisang pertandan dapat mencapai 25-30 kgtandan. Selain dari bobot pertandan, peningkatan juga terjadi pada penampilan buah yang semakin menarik. Dari analisis teknik budidaya pisang yang dilakukan petani setelah adanya primatani, teknik budidaya yang dilakukan mengalami perubahan kearah penerapan SPO yang diajarkan Primatani dan adanya peningkatan kualitas panen yang dihasilkan petani hal ini menunjukkan inovasi teknologi yang diberikan berhasil diserap oleh petani. Perbaikan dari segi budidaya tidak terlepas dari peran penyuluh yang langsung berhubungan dengan petani. Penyuluh-penyuluh yang ada bertugas memberikan pembinaan kepada petani baik secara teori maupun praktek dilapangan, selain itu penyuluh juga memberikan jasa konsultasi kepada petani. Untuk mengetahui kondisi nyata yang dihadapi petani penyuluh mengunjungi kebun-kebun petani secara berkala. 6.2.2. Perkembangan Kelembagaan Pemasaran Pisang Petani menjual hasil panennya dalam bentuk segar. Ada beberapa petani responden yang tidak mengetahui hasil panennya pada saat panen dilakukan, mereka mempercayakan urusan pemanenan dan uang hasil panen kepada tengkulak, biasanya petani meminta uangnya ketika mereka akan melakukan pemupukan atau membutuhkan uang dalam jumlah besar. Sistem pemasaran yang digunakan sebelun ada Primatani adalah sistem ijon dan sistem beli tandan. Pada sistem ijon tengkulak mendatangi petani ketika pohon pisang baru mengeluarkan jantung bunga pisang dan membeli jantung tersebut, tetapi pemanenan dilakukan ketika jantung pisang tersebut telah menjadi buah 50 matang, harga yang berlaku berkisar antara Rp. 5.000 sampai Rp. 7.000 per tandan, sistem ini dipilih oleh petani karena berbagai alasan diantaranya adalah terdesak kebutuhan ekonomi dan juga petani tidak perlu menanggung resiko kegagalan panen. Selain sistem ijon sistem yang berlaku lainnya adalah beli tandanan, yaitu penjualan pisang oleh petani kepada tengkulak tanpa melalui penimbangan terlebih dahulu. Biasanya petani menjual pisangnya ketika memasuki masa panen dan tengkulak menaksir harga pisang pada saat pisang masih dipohon, kemudian tengkulak yang memanen buah pisang tersebut. Harga yang diterima petani untuk sistem ini berkisar antara Rp. 10.000 sampai Rp. 15.000. Kedua sistem tersebut sebenarnya dapat merugikan kedua belah pihak, sistem ijon dapat merugikan petani karena harga beli yang rendah dan dapat merugikan tengkulak karena pisang yang telah dibayar belum tentu berhasil dipanen, begitu pula sistem beli tandanan yang banyak mengandung unsur spekulasi dan ketidakpastian. Primatani berusaha mengubah sistem yang ada dengan sistem penjualan berat timbangan tandanan dan berdasarkan gadai. Sistem penimbangan ini akan memberikan kepastian kepada petani berapa hasil panen mereka dan berapa uang yang dapat mereka terima. Tengkulak juga dapat merasakan keuntungan karena tidak terlalu banyak melakukan spekulasi. Sistem ini dijalankan dengan dukungan dana Pinjaman bergulir yang diberikan kepada petani sehingga kebutuhan modal petani dapat dipenuhi tanpa harus meminjam uang kepada tengkulak dengan persyaratan menjual hasil panen mereka dengan menggunakan sistem ijon. Sistem gadai yang diharapkan dijalankan adalah sebelum ditimbang pisang disisir terlebih dahulu kemudian dilakukan sortasi dan gading. Agar pisang yang diproduksi petani mendapatkan harga sesuai dengan kualitasnya. Sistem ini pada kondisi dilapangan belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, petani hanya menimbang pisang mereka tanpa menyisirnya terlebih dahulu, kemudian dilakukan gading berdasarkan kualitas rata- rata satu tandan. Perbedaan harga yang terjadi adalah perbedaan antar tandan. Jadi dalam satu tandan harga pisang untuk semua sisir adalah sama. Anggota kelompok merupakan petani pisang yang sudah ada sebelum Progam Primatani, termasuk dalam anggota kelompok juga merupakan petani yang 51 sebelumnya menjadi tengkulak yang membeli pisang dari petani lain di Desa Talaga dan menjual langsung ke pasar ataupun pembeli lain dari luar desa. Sebagian besar anggota kelompok yang ditunjuk sebagai bagian pemasaran kelompok adalah petani yang dulunya bertindak sebagai petani dan tengkulak pisang di desa. Jalur pemasaran yang disarankan oleh Primatani adalah sebagai berikut, pertama petani menjual kepada pemasaran kelompok kemudian, dijual kepada pemasaran Gapoktan kemudian dijual kepada pihak luar melalui informasi dari Asosiasi. Jalur pemasaran ini dimaksudkan agar petani memiliki posisi tawar yang tinggi dan agar petani yang menerima pinjaman dapat melunasi pinjaman dengan mencicil pinjaman tersebut melalui pemotongan uang hasil panennya tiap melakukan transaksi penjualan pisang. Pinjaman modal yang dikembalikan oleh petani pada akhirnya dapat digunakan untuk modal petani lainnya. Pemasaran Gapoktan diserahkan kepada tengkulak yang telah memiliki pasokan yang cukup besar di Desa Talaga, pemasaran Gapoktan ini juga berperan sebagai pemasaran kelompok pada salah satu kelompok tani yang ada. Pada empat kelompok tani jalur pemasaran pisang dimulai dari petani kemudian dijual kepada pemasaran kelompok kemudian dijual kepada pemasaran Gapoktan . Tetapi kadang- kadang pemasaran Gapoktan juga mengambil langsung kepetani tetapi harus memberikan pemasukan kepada pemasaran kelompok, dengan jalur pemasaran ini kelompok tetap mendapatkan sumber keuangan untuk kepentingan kelompok. Jalur pemasaran pada kelompok Intan Langsung Makmur, dipegang langsung oleh pemasaran kelompok untuk jenis pisang selain ambon dan pisang raja, sedangkan untuk pisang ambon dan raja ditangani langsung oleh ketua kelompok. Tengkulak memiliki beberapa jalur pemasaran, jalur pemasaran ini dibedakan berdasarkan kualitas pisang, menurut salah satu tengkulak. Pisang digolongkan kedalam beberapa kualitas, kualitas satu yaitu pisang yang dijual ke suplier-suplier pisang yang akan dibawa ke supermarket, kualitas dua pisang yang dijual kepasar- pasar wisata disepanjang jalur wisata puncak. Kualitas tiga pisang yang dijual kepasar-pasar tradisional seperti pasar induk Cianjur dan pasar induk Kramat Djati. Harga pisang ambon yang diterima petani bervariasi tergantung pada kualitas dan 52 juga keadaan harga pasar yang cukup berfluktuasi. Rata-rata yang diterima petani antara Rp.1500 – Rp. 2000 per kilogam. Primatani menganjurkan kepada bagian pemasaran untuk melakukan penjualan menggunakan sistem kontrak agar lebih menjamin kepastian pemasaran dan harga, seperti yang dilakukan oleh kelompok Intan Langsung Makmur, kelompok ini telah menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan yaitu Superindo dan telah memiliki kontrak harga untuk pisang ambon yaitu Rp. 1700 per kilogam. Pada awalnya Gapoktan juga memasarkan pisang ke Superindo, tetapi karena merasa harga yang ditawarkan tidak menarik, maka pemasaran Gapoktan memilih menjual kepada pihak lain, yaitu kebeberapa suplier pisang supermarket. Pemasaran kepada suplier supermaket ini dilakukan tanpa kontrak harga dan juga harga yang diberikan oleh suplier supermarket lebih menarik bagi pemasaran Gapoktan, yaitu sekitar Rp. 2000- 2500, tergantung kualitas, terlebih lagi suplier supermarket tersebut ada yang memberikan uang terlebih untuk membeli pisang dari petani. Harga yang lebih tinggi yang diterima pemasaran Gapoktan maka Gapoktan juga dapat memberikan harga yang lebih baik kepada petani. Pemasaran ke suplier supermarket dan ke perusahaan-perusahaan besar adalah jalur pemasaran baru setelah adanya Primatani, Primatani berusaha membuka hubungan langsung antar kedua belah pihak baik melalui mempertemukan langsung ataupun dengan membuat promosi melalui media informasi seperti internet. Untuk pemasaran langsung ke supermarket tanpa melalui suplier masih dirasa sulit oleh pemasaran Gapoktan karena petani ingin hasil panennya dibayar langsung, tetapi kebanyakan supermarket melakukan pembayaran setelah beberapa bulan. Di sisi lain petani belum dapat memenuhi pasokan supermarket secara konstan. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pemasaran Gapoktan adalah beli putus, dimana petani menjual pisangnya kepada pemasaran Gapoktan dengan tawar menawar harga setelah terjadi kesepakatan kemudian pemasaran Gapoktan membayar pisang yang dijual petani. Harga yang berlaku tidak melalui kesepakan kelompok maupun Gapoktan dan tengkulak yang berperan sebagai pemasaran Gapoktan tidak ditetapkan berapa margin keuntungan yang didapat dari penjualan pisang kelompok. 53 Oleh karena itu dalam sistem pemasaran dengan melibatkan tengkulak sebagai pemasaran kelompok belum terlihat adanya pemasaran dengan sistem berkelompok, dimana ada penetapan harga melalui keputusan kelompok, kemana pisang akan dijual. pemasaran yang terjadi dengan pemsaran kelompok masih seperti pemasaran kepada pihak diluar kelompok.

6.2.3. Perkembangan Kelembagaan Saprodi