Pembatasan ruang lingkup kajian agar lebih fokus dan spesifik, disamping itu karena berdasarkan data dan fakta secara nasional, pertumbuhan
perikanan budidaya lebih cepat dibandingkan dengan perikanan tangkap. Kondisi prasarana dan sarana tangkap yang dimiliki oleh nelayan di Anambas masih
sangat terbatas dengan menggunakan alat tangkap tradisional, seperti pancing ulur, pancing tonda dan rawai. Nalayan Anambas belum menggunakan teknologi
tangkap yang lebih maju, seperti jaring. Sebagian besar nelayan menggunakan armada kapal yang kecil berkisar 1 - 3 GT, tidak ada yang memiliki armada kapal
motor yang berkapasitas 30 GT. Armada kapal yang kecil, membuat hasil tangkap juga kecil, hanya dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal yang hasilnya
untuk kebutuhan hidup sehari-hari. 1.5
Manfaat Kajian
Diharapkan dengan kajian ini dapat memberikan manfaat : 1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah daerah untuk menyusun
perencanaan pembangunan wilayah, khususnya pembangunan perdesaan melalui pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kepulauan
Anambas.
2. Memberikan kontribusi hasil pemikiran secara ilmiah bagi pemerintah daerah dan masyarakat, pengusahainvestor yang akan menginvestasikan modalnya
dalam pengelolaan sektor perikanan di Kabupaten Kepulauan Anambas.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian atau kajian tentang pembangunan daerah atau pengembangan wilayah merupakan suatu hal yang menarik bagi negara yang sedang berkembang,
apalagi bagi daerah yang baru dimekarkan dan sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan atau pengembangan wilayah ini
harus sesuai dengan harapan kita, yaitu pembangunan yang berkelanjutan sustainable development yang akan menguntungkan dan mensejahterakan
masyarakat.
2.1 Pembangunan dan Pengembangan Wilayah
Konsep pembangunan secara menyeluruh mengalami pergeseran paradigma dalam kontek teori maupun empiris. Pembangunan bukan lagi sekedar
berbicara bagaimana
meningkatkan kapasitas
produksi, menyediakan
infrastruktur, mewujudkan kecukupan pangan dan meningkatkan pendapatan. Konsep pembangunan diterjemahkan lebih luas dan bahkan memasuki wilayah-
wilayah yang selama ini terabaikan dalam arah kebijakan pembangunan, yakni bersentuhan dengan masalah nilai, norma dan kualitas hidup, pengembangan
kearifan lokal lokal wisdom serta modal sosial sosial capital. Sehingga lahirlah
terminologi baru
dalam pembangunan,
seperti pembangunan
berkelanjutan sustainable development, pembangunan adalah pembebasan development as freedom, pemberdayaan empowerment serta pembangunan
ekonomi berbasis kekuatan lokal local economic development dan sebagainya Kusumastanto, 2003.
Menurut Rustiadi, dkk 2011, secara filosofis suatu proses pembangunan dapat diartikan sebagai “upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk
menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik”. Dengan perkataan lain
proses pembangunan merupakan proses memanusiakan manusia, sedangkan pengembangan adalah melakukan sesuatu yang tidak dari nol atau tidak membuat
sesuatu yang sebelumnya tidak ada, melainkan melakukan sesuatu yang
sebenarnya ada tapi kualitas dan kuantitasnya ditingkatkan atau diperluas”. Sebagian
pakar ekonomi
pembangunan berpendapat,
bahwa hakekat
pembangunan secara sederhana adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pembangunan dapat diartikan juga sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
suatu negarawilayah untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya, yaitu sebagai proses perubahan yang disusun secara sengaja dan terencana.
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan
kemiskinan.
Menurut Arsyad 1999 proses pembangunan dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:
1. Menetapkan tujuan; 2. Mengukur ketersediaan sumber daya yang langka;
3. Memilih berbagai cara untuk mencapai tujuan; 4. Memilih berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan.
Sejalan dengan berkembangnya dinamika masyarakat, maka konsep pembangunan menurut Rustiadi dkk 2011 telah mengalami pergeseran
paradigma dan perubahan-perubahan mendasar. Berbagai perubahan akibat adanya distorsi berupa kesalahan dalam menerapkan model-model pembangunan
yang ada selama ini. Pergeseran paradigma dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Pergeseran dari situasi harus memilih antara pertumbuhan, pemerataan dan
keberlanjutan sebagai pilihan yang tidak saling menegang trade off keharusan untuk mencapai tujuan pembangunan secara berimbang.
2. Kecendrungan melihat pencapaian tujuan pembangunan yang diukur secara makro menjadi pendekatan regional dan lokal.
3. Pergeseran asumsi tentang peranan pemerintah yang dominan manjadi pendekatan pembangunan yang mendorong partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Terjadinya pergeseran paradigma ini, maka ukuran keberhasilan
pembangunan ekonomi secara nasional maupun daerah juga mengalami pergeseran, tidak hanya dari aspek pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB
secara nasional atau pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB secara regionaldaerah atau kenaikan pendapatan per kapita penduduknya, namun
lebih jauh lagi kearah perkembangan masyarakat. Menurut Arsyad 1999, pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang, yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Jadi pembangunan ekonomi harus
dipandang sebagai suatu proses dimana saling terdapat keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan
ekonomi tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama.
Pembangunan manusia apalagi pembangunan fisik infrasrtuktur, semua memerlukan suatu wilayah pembangunan. Menurut Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, “wilayah” adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danatau aspek fungsional. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
Menurut Rustiadi dkk 2011, ada enam jenis konsep wilayah, yaitu: 1. Konsep wilayah klasik, yang mendefinisikan wilayah sebagai unit geografis
dengan batas-batas spesifik dimana komponen-komponen dari wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional;
2. Wilayah homogen, yaitu wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen,
sedangkan yang tidak dominan bisa bersifat heterogen. Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi sumberdaya alam dan permasalahan
spesifik yang seragam. Dengan demikian konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan
potensidaya dukung utama yang ada an pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan permasalahan masing-masing wilayah;
3. Wilayah nodal, menekankan perbedaan dua komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Konsep wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu sel