Pembangunan Kepulauan dan Pesisir

berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya. Selanjutnya “ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai”. Asas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah: berasaskan keberlanjutan; konsistensi; keterpaduan; kepastian hukum; kemitraan; pemerataan; peran serta masyarakat; keterbukaan; desentralisasi; akuntabilitas; dan berasaskan keadilan. Adapun tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil adalah: a melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan; b menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil; c memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan d meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: a. antara pemerintah dan pemerintah daerah; b. antar pemerintah daerah; c. antar sektor; d. antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat; e. antara ekosistem darat dan ekosistem laut; dan f. antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen UU Nomor: 27 Tahun, 2007. Menurut Kusumastanto 2003 bahwa usaha perikanan sangat bergantung pada musim, harga dan pasar, maka sebagian besar karakter masyarakat pesisir khususnya nelayan dan petani tergantung pada faktor-faktor berikut : 1. Kondisi ekosistem dan lingkungan yang rentan pada kerusakan, khususnya pencemaran atau degradasi kualitas lingkungan. 2. Ketergantungan pada musim 3. Tergantung pada pasar. Lebih lanjut Kusumastanto 2003, mengatakan bahwa agar sektor kelautan menjadi sektor unggulan dalam perekonomian nasional, diperlukan kebijakan yang bersifat terintegrasi antar instansi pemerintah dan sektor pembangunan. Untuk mengarah pada keadaan semacam ini perlu sebuah kebijakan pembangunan kelautan ocean development policy sebagai bagian dari kebijakan kelautan ocean policy. Selanjutnya perumusan kebijakan kelautan melingkupi 3 tiga tingkatan: 1 tingkatan politis kebijakan; 2 tingkatan organisasiimplementasi institusi, aturan main; dan 3 tingkatan implementasi evaluasi, umpan balik. Elfindri dkk 2009, mengatakan bahwa manajemen pembangunan kepulauan sangat urgen bagi negara Indonesia, mengingat sekitar 17.000 pulau besar dan kecil terhampar dari Sabang sampai Merauke. Kawasan kepulauan memiliki ciri yang unik dengan keadaan geografis yang menarik. Dengan diketahui luas wilayah dan persoalan utama, maka akan lebih mudah ditentukan strategi, langkah-langkah operasional untuk mengatahsi persoalan tadi. Pembangunan pesisir dan pulau-pulau mestinya disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Disarankan menggunakan model pembangunan sebagai berikut : a. Model pemenuhan kebutuhan pokok Human Basic Need Aproach; b. Model pembangunan orientasi pertumbuhan Growth theory Menurut Apridar dkk 2011, terdapat beberapa strategi pembangunan ekonomi kelautan, perikanan dan pesisir di Indonesia, yaitu: 1. Pendekatan negara kesejahteraan dalam pembangunan ekonomi wilayah kelautan; Mengubah paradigma pembangunan kelautan, yakni mengubah “mindset” pola pikir memandang kelautan dari kacamata kelautan itu sendiri, bukan kacamata daratan. Pola pikir ini tidak memindahkan cara pandang penyelesaian masalah di daratan dipindahkan ke laut dan pulau kecil. Komponen membangun pulau- pulau kecil termasuk wilayah perbatasan perlu mempertimbangkan beberapa hal: a kesejahteraan prosperity dan keamanan security yang membutuhkan kerjasama antar sektor, antar institusi negara dan antar negara; b sosial budaya dengan cara memberdayakan masyarakat pulau kecil berbasis potensi sumberdaya alam dan kearifan lokal sebagai modal pembangunan; c kerjasama dan hubungan antar daerah dengan meningkatkan kontribusi pemanfaatan Alur Laut Indonesia ALKI dan mengoptimalkan pelayaran rakyat; d aspek teknologi; e nilai eksotisme, adanya gaya hidup masyarakat yang menyenangi nilai-nilai eksotisme, yaitu kondisi alam yang natural; f nilai sejarah, nilai sejarah memberikan makna tersendiri bagi masyarakat lokal maupun wisatawan asing; dan g status genelogis, misalnya warga yang sudah memiliki peradaban yang sama secara turun-temurun, sehingga ada keterkaitan geneologis. 2. Kebijakan penanganan illegal fishing; Pengawasan laut tidak bisa diserahkan begitu saja kepada TNI-AL, karena menurut Undang-Undang Perikanan Nomor 45 Tahun 2009, mengamanatkan pengawasan laut kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP. 3. Kebijakan kelautan dan perikanan berbasis ekonomi kerakyatan; Bila bangsa ini mau berkembang pesat dan menguasai perdagangan internasional, kekuatan ekonomi maritim harus jadi pilar utama. 4. Kebijakan adaptasi akibat perubahan iklim berbasis kearifan dan pengetahuan lokal; Mengantisipasi dampak perubahan iklim global, membutuhkan rekonstruksi kebijakan perikanan secara nasional. 5. Kebijakan perlindungan keanekaragaman kelautan dan perikanan; Pertemuan Conference of Parties COP 10 di Nagoya, Jepang menghasilkan bentuk perdagangan keanekaragaman hayati, polanya persis seperti perdagangan carbon dalam ala Reducing Emission from Deforestation and Land Degradation REDD, yang juga nantinya masuk mekanisme pasar. Negara maju akan menguasai keanekaragaman hayati, spesies dan ekosistem negara berkembang karena telah membeli sahamnya di pasar bursa. Inilah bentuk penjajahan baru berkedok perubahan iklim. Bagi Indonesia apakah mekanisme ini mensejahterakan rakyat atau justru sebaliknya? 6. Reformasi kebijakan pengelolaan wilayah pesisir. Hingga kini potret pesisir Indonesia semakin buram, ada fakta empiris mengungkapkan kerusakan semakin menjadi, seperti: abrasi dan sedimentasi; reklamasi pantai; eksploitasi mangrove, terumbu karang dan padang lamun; penambangan pasir; instrusi air laut makin jauh masuk ke daratan; dan pencemaran dari tumpahan minyak, bahan beracun dan sampah. Sehingga perlu kebijakan seperti : a. Pemerintah bermitra dengan organisasi masyarakat; b. Memberikan insentif bagi masyarakat yang sukses merehabilitasi lingkungan pesisirnya; c. Pemerintah menerapkan pajak progresif lingkungan pada orangbadan yang usahanya berpotensi memusnahkan ekosistem pesisir. Menurut Elfindri dkk 2009, melihat perspektif pembangunan masyarakat kepulauan dan peisisir, bahwa pembangunan manusianya lebih dahulu diprioritaskan, kemudian secara bersama dilanjutkan pembangunan kekuatan masing-masing kekhasan kepulauan. Lebih lanjut Elfindri dkk 2009 merumuskan beberapa garis besar blue print masa depan pembangunan kepulauan sesuai dengan urgensi dan persoalannya sebagai berikut: a. Pembangunan kepulauan dan pesisir berkarakter dan kekhasanya; Semua daerah kepulauan dan pesisir memiliki ciri-ciri khehasan yang berbeda dengan daerah lainnya, diharapkan pemerintah melakukan inventarisir tentang eksisensi daerah kepulauan dan pesisir, seperti flora dan fauna, kekayaan alam dan budayanya, perlu menyusun peta pembangunan kawasan kepulauan dan pesisir sehingga diharapkan akan jadi pusat pertumbuhan baru. b. Pembangunan Pendidikan Kepulauan dan Pesisir; Fokus mutu pendidikan untuk daerah kepulauan diarahkan pada penguatan penguasaan bidang sains, geografi, agama dan industri humaniora kreatif, mengingat dan sumberdaya lokal tersedia. c. Akses pelayanan kesehatan; Arah kebijakan adalah mengatasi penyebab angka kematian bayi diberbagai kawasan kepulauan dan pesisir. Sehingga strategi yang dilakukan untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat adalah: a menjamin pelayanan kesehatan masyarakat PUSKESMAS; b meningkatkan pelayanan prepentif dan kuratif; c Peningkatan pelayanan kesehatan Rumah Sakit; d Peningkatan kesadaran rumah tangga; e peningkatan fasilitas kesehatan dan penunjang; dan f penyediaan dan peningkatan kapasitas tenaga medis. d. Penanggulangan Kemiskinan; Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan kepulauan dan pesisir adalah: a perluasan lapangan kerja; b pemberdayaan keluarga miskin; dan d perlindungan sosial. e. Kebijakan Kependudukan; Arah kebijakan kependudukan adalah pengendalian besarnya jumlah anak, bersamaan dengan pencapaian keluarga sejahtera. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan sedini mungkin konsep keluarga sejahtera khususnya pada kelompok pasangan usia subur. f. Ekonomi Kepulauan dan Pesisir; Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam bidang perekonomian daerah kepulauan dan pesisir, yaitu: a struktur ekonomi masih bertumpu pada sumbangan sektor pertanian, dengan produktifitas yang rendah. Masalahnya karena rendahnya mutu sumberdaya manusia; b Sumbangan sub sektor perikanan masih terbatas mengingat prasarana dan sarana untuk penangkapan ikan komersial masih terbatas. Masalahnya sistem tangkap hasil perikanan masih tadisional dan sebagian kecil yang menggunakan alat tangkap yang standar; c Rendahnya investasi mengingat sebagian besar daerah kepulauan jauh dari daerah lainnya. Akar masalahnya adalah masih terbatasnya rancangan ekonomi yang diketahui oleh pihak investor; d Mutu tenaga kerja masih terbatas dan persoalan utama adalah bagaimana mengatasi pengangguran. Akar masalah adalah terbatasnya investasi dan penguasaan keahlian yang dibutuhkan untuk menggerakkan ekonomi lokal; dan e Potensi kelautan untuk pariwisata masih belum terkemas sedemikian rupa, sehingga pariwisata bahari belum optimal memberikan nilai tambah pembentukan barang dan jasa. Sehingga perlu dilakukan usaha-usaha pengembangan sektor perikanan dan kelautan, seperti: a meningkatkan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan secara optimal dan berkelanjutan; b meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan kelembagaan masyarakat sektor perikanan; c mendorong dan memfasilitasi pengembangan industri perikanan tangkap; d mewujudkan pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan yang memadai sebagai pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat nelayan; e meningkatkan pembinaan dan pengawasan mutu serta pemasaran hasil perikanan; f meningkatkan pemantauan, pengendalian dan pengawasan sumberdaya perikanan dan kelautan; dan g meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar kabupatenkota dan dengan provinsi. Perlu dibuat strategi pembangunan perikanan dan kelautan sebagai berikut : a. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya perikanan, baik melalui penagkapan maupun budidaya perikanan secara berkelanjutan; b. Meningkatkan keterampilan nelayan, nelayan pengolah dan pedagang ikan serta aparatur pemerintah; c. Meningkatkan rekayasa teknologi perikanan dan kelautan; d. Meningkatkan pengendalian, pengawasan serla promosi hasil perikanan; e. Meningkatkan mutu, usaha pengolahan dan usaha pemasaran; f. Meningkatkan pengadaan, rehabilitasi dan pemeliharaan sarana prasarana perikanan dan kelautan; g. Mengadakan kerjasama dengan lembaga keuanganperkreditan dalam rangka pengembangan usaha perikanan dan penyerapan tenaga h. Membina dan mengembangkan kelembagaan nelayan i. Menyebarluaskan informasi teknologi perikanan dan kelautan. g. Investasi dan Tenaga Kerja; Terdapat dua faktor strategis masalah kebijakan tenagakerja, yaitu faktor internal persiapan angkatan kerja daerah melalui pengusaan keterampilan dan teknologi serta perlindungan sosial dan faktor eksternal berupa kondisi makro dari perekonomian. h. Pusat pertumbuhan dan keterkaitan dengan pulau-pulau sekelilingnya. Kebijakan dan strategi pembangunan perlu dilakukan perubahan untuk dapat mendorong pertumbuhan sektor industri, hal ini penting artinya bagi kesinambungan usaha demi kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam pembangunan daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu melakukan manajemen pembangunan daerah dengan fokus pengembangan kawasan. Potensi wilayah diharapkan dapat dioptimalkan sehingga masyarakat menjadi tuan di wilayahnya sendiri dalam satu entitas kawasan pembangunan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip pembangunan efisien, efektif, ekonomis dan berkelanjutan. Tantangan pembangunan yang semakin luas menyebabkan perlunya pembangunan daerah dan semakin pentingnya perencanaan pembangunan agar pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan pendayagunaan sumberdaya yang mereka miliki secara efisien. Dengan demikian, melalui wahana perencanaan pembanguan daerah diharapkan semua elemen masyarakat stakeholders dapat membina hubungan kerjasama diantara pemerintah, masyarakat serta pihak swasta untuk dapat maju secara bersama, melaksanakan peran dan tanggungjawab masing-masing dalam upaya membangun daerah untuk kesejahtaan masyarakat Sumodiningrat, 2007.

2.5 Hasil Studi atau Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu yang dilakukan oleh Tar 2010 dalam kajiannya berjudul “Arahan Pengembangan Kawasan Minapolitan Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan”, dimana salah satu tujuan kajiannya adalah untuk mengetahui keunggulan komoditas perikanan budidaya kawasan minapolitan. Melalui teknik analisis LQ, Shift Share, Skalogram, AHP dan analisis deskriptif, berkesimpulan bahwa menetapkan tujuh komoditas perikanan budidaya sebagai komoditas unggulan perlu ditinjau kembali, karena dari tujuh komoditas kajian hanya empat komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif. Kemudian untuk prasarana dan sarana yang masih minim dan belum merata, perlu adanya percepatan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan. Pengembangan infrastruktur ini menurutnya harus dilakukan secara beriring, baik infrastruktur wilayah, infrastruktur sosial kelembagaan maupun infrastruktur pendukung minabisnis, artinya pengembangan tidak bisa dilakukan secara sendiri- sendiri. Agar terwujudnya pengembangan kawasan minapolitan Mandeh yang terpadu dan berkelanjutan, faktor biofisik wilayah merupakan kriteria prioritas pertama, menyusul faktor ekonomi wilayah, dan faktor kelembagaan wilayah. Pada faktor biofisik wilayah ini, aspek kelestarian lingkungan memberikan kontribusi paling besar. Nofidi 2009, dalam kajiannya tentang pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Palalawan Propinsi Riau, dimana tujuan kajiannya untuk mengkaji permasalahan yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan dan memberikan rancangan program dalam mengambil kebijakan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir secara optimal. Alat analisis yang digunakan adalah Metode Multi Criteria Decision Making MCDM menggunakan software Prefernce Ratios in Multiattribute Evaluation PRIME dan Location Quotient LQ. Kesimpulannya adalah terdapat tiga sektor yang mempunyai keunggulan komparatif, yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan apabila dirinci secara sub sektor, terdapat 13 sub sektor yang mempunyai keunggulan komparatif yang salah satunya yaitu sub sektor perikanan dan kelautan. Analisis Kebijakan yang harus diterapkan di Kabupaten Pelalawan dalam melaksanakan pembangunan dan strategi pengembangan wilayah pesisir, yaitu pengembangan budidaya silvifisheries, pengembangan teknologi penangkapan, pengembangan kegiatan penanganan hasil perikanan, pengembangan tempat pelelangan ikan, peningkatan kelembagaan modal, peningkatan kualitas sumberdaya manusia wilayah pesisir, penguatan kelembagaan masyarakat, serta penguatan prasarana dan sarana. Baskoro 2007, dalam kajiannya tentang pengembangan kawasan melalui agropolitan mengatakan bahwa melalui alat analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografi, analisis skalogram, analisis shift share, analisis LQ dan analisis statistik non parametrik chi-square, menunjukkan hasil bahwa arahan penataan ruang kawasan agropolitan Bungakondang dapat dibagi menjadi beberapa zona, zona pertama merupakan kawasan pusat pertumbuhan dan pelayanan, sektor pertanian merupakan sektor unggulan ini dilihat dari kontribusi terhadap PDRB. Hal yang membedakan kajian-kajian tersebut dengan kajian ini adalah pertama, kajian ini untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya perikanan di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas. Kedua, kajian ini akan merumuskan strategi yang perlu dilakukan oleh semua stakeholders dan terutama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam rangka mengembangkan wilayah melalui pendekatan minapolitan. Kajian ini menggunakan alat analisis faktor internal dan eksternal, analisis Location Quotient LQ, analisis matriks SWOT dan analisis QSPM yang akan memberikan suatu rancangan strategi pengembangan wilayah melalui pendekatan minapolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas, guna meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.