Tahun 2008-2010 sebesar 13,62 persen, kemudian kontribusi tanpa Migas Tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 59,46 persen hingga Tahun 2010 sebesar
56,75 persen atau rata-rata selama Tahun 2008-2010 sebesar 57,68 persen Tahun 2011 belum ada data sub sektor perikanan.
Secara singkat distribusikontribusi PDRB Anambas ADHB dengan Migas digambarkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan
sektor paling dominan, yakni memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah selama empat tahun 2008-2011 yakni rata-rata sebesar 75,89 persen.
Kemudian diikuti oleh sektor pertanian menduduki peringkat kedua, yaitu rata- rata 15,07 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran menduduki peringkat
ketiga dengan rata-rata sebesar 4,81 persen, sedangkan sektor-sektor lainnya memberikan kontribusi yang kecil, yaitu paling rendah kontribusinya adalah
sektor listrik, gas dan air bersih dengan rata-rata kontribusi hanya 0,02 persen.
Dapat disimpulkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sub sektor perikanan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran
merupakan sektor unggulan yang dapat dijadikan sebagai penggerak roda perekonomian Anambas. Lebih rinci distribusikontribusi PDRB Anambas
masing-masing sektor hingga seluruh sub sektor baik atas dasar harga berlaku ADHB maupun atas dasar harga konstan ADHK dapat dilihat pada Lampiran 8
dan Lampiran 9. Tetapi secara lebih ringkas distribusikontribusi PDRB Anambas ADHB dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Distribusi PDRB Anambas ADHB Dengan Migas Tahun 2008-2011
No. Lapangan Usaha Sektor
2008 2009
2010 2011
Rata- rata
1
Pertanian
14,62 14,62 15,00 16,03 15,07
- Perikanan Dengan Migas
13,48 13,50 13,87 -
13,62
2
Pertambangan dan Penggalian
77,41 76,34 75,66 74,15 75,89
3
Industri Pengolahan
0,30 0,32
0,32 0,34
0,32 4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,02 0,02
0,02 0,02
0,02 5
Bangunan
0,70 0,83
0,89 0,98
0,85 6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
4,09 4,84
5,02 5,28
4,81 7
Pengangkutan dan Komunikasi
0,97 1,10
1,12 1,17
1,09 8
Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan
0,63 0,64
0,64 0,64
0,64 9
Jasa-jasa
1,27 1,30
1,34 1,39
1,33
Sub Sektor Perikanan Tanpa Migas
59,46 56,82 56,75 -
57,68
Sumber : Diolah dari Tabel 22.
Perhitungan kontribusidistribusi PDRB per sektor atas dasar harga konstan Tahun 2000 ADHK dengan Migas selama periode 2008-2011, sektor
pertambangan dan penggalian mendominasi pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas dengan kontribusidistribusi pada Tahun 2008 sebesar 74,38
persen terus mengalami penurunan hingga Tahun 2011 menjadi 70,56 persen atau rata-rata selama periode tersebut sebesar 72,52 persen, selanjutnya diikuti oleh
sektor pertanian dengan kontribusi terbesar kedua, yakni Tahun 2008 dengan kontribusi 17,25 persen terus mengalami peningkatan hingga Tahun 2011
menjadi 19,61 persen atau rata-rata kontribusi selama periode tersebut sebesar 18,33 persen, sedangkan sub sektor perikanan memberikan kontribusi yang cukup
besar, yakni pada Tahun 2008 sebesar 15,96 terus mengalami peningkatan hingga Tahun 2010 menjadi 17,33 persen atau rata-rata selama periode 2008-2010
sebesar 16,60 persen, sedangkan sub sektor perikanan tanpa Migas memberikan kontribusi sebesar 62,05 persen pada Tahun 2008 hingga Tahun 2010 sebesar
61,47 persen atau rata-rata selama periode Tahun 2008-2010 sebesar 61,62 persen.
Kontribusi sektor terbesar berikutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 4,09 persen pada Tahun 2008 terus
mengalami peningkatan hingga Tahun 2011 menjadi 4,89 persen atau rata-rata selama periode tersebut sebesar 4,51 persen, sementara sektor listrik, gas dan air
bersih memberikan kontribusi paling kecil yakni 0,02 persen dari Tahun 2008 hingga Tahun 2011. Lebih rinci distribusikontribusi PDRB Anambas atas dasar
harga konstan dengan Migas dari Tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Distribusi PDRB Anambas ADHK Dengan Migas Tahun 2008-2011
No. Lapangan Usaha Sektor
2008 2009
2010 2011
Rata- rata
1
Pertanian
17,25 17,79
18,67 19,61
18,33
- Perikanan
15,96 16,50
17,33 -
16,60
2
Pertambangan dan Penggalian
74,38 73,21
71,93 70,56
72,52 3
Industri Pengolahan
0,56 0,57
0,59 0,61
0,58 4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,02 0,02
0,02 0,02
0,02 5
Bangunan
0,67 0,81
0,87 0,95
0,83 6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
4,09 4,42
4,65 4,89
4,51 7
Pengangkutan dan Komunikasi
1,03 1,11
1,16 1,20
1,13 8
Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan
0,66 0,68
0,68 0,68
0,68 9
Jasa-jasa
1,35 1,39
1,43 1,47
1,41
Sub Sektor Perikanan Tanpa Migas
62,05 61,34
61,47 -
61,62
Sumber : Diolah dari Tabel 23. b. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kepulauan Anambas dari tahun ke tahun berfluktuasi, ini dapat dilihat masing-masing sektor secara
persentase naik turun. Pertumbuhan PDRB Anambas atas dasar harga konstan periode 2009-2011 dengan Migas sebesar 7,09 persen dan tanpa Migas sebesar
23,06 persen. Sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah sektor bangunan, yakni pada Tahun 2009 sebesar 23,03 persen terus mengalami penurunan hingga
Tahun 2011 menjadi 10,69 persen atau rata-rata pertumbuhannya selama periode 2009-2011 sebesar 14,75 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran mengalami pertumbuhan rata-rata selama periode 2009-2011 sebesar 8,62 persen, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami
pertumbuhan rata-rata paling kecil selama periode 2009-2011 yakni 0,53 persen. Lebih rinci laju pertumbuhan PDRB Anambas ADHK dengan Migas selama
periode 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Laju Pertumbuhan PDRB Anambas atas dasar harga konstan ADHK dengan Migas Tahun 2009-2011 persen.
No. Lapangan Usaha Sektor
2009 2010
2011 Rata-
rata 1 Pertanian
5,45 7,35
7,55 6,79
2 Pertambangan dan Penggalian 0,65
0,48 0,46
0,53 3 Industri Pengolahan
4,65 5,86
6,12 5,54
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,44
3,94 4,09
3,82 5 Bangunan
23,03 10,54
10,69 14,75
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,62
7,48 7,76
8,62 7 Pengangkutan dan Komunikasi
10,22 6,25
6,62 7,70
8 Keuangan, Persewaan Jasa Prsahan 6,05
2,19 2,49
3,58 9 Jasa-Jasa
5,36 5,34
5,53 5,41
Pertumbuhan PDRB Dengan Migas 2008-2011 7,09
Pertumbuhan PDRB Tanpa Migas 2008-2011 23,06
Sumber : Diolah dari Tabel 23. c. PDRB Per kapita
PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang menunjukkan taraf perekonomian dimasyarakat. Namun hal tersebut belum sepenuhnya
menunjukkan taraf hidup masyarakat dengan berbagai alasan antara lain: a. Acuan PDRB hanya dari aspek ekonomi, sedangkan kesejahteraan juga
mencakup aspek non ekonomi. b. Distribusi pendapatan belum tentu merata walau PDRB tinggi.
Berdasarkan data statistik Anambas Dalam Angka 2011, PDRB per kapita Kabupaten Kepulauan Anambas menurut harga berlaku ADHB adalah
sebesar 18.309.319 rupiah, sedangkan menurut harga konstan 2000 ADHK adalah sebesar 7.402.728 rupiah. Kemudian selanjutnya pendapatan regional per
kapita menurut harga berlaku ADHB adalah 15.188.985 rupiah, sedangkan menurut harga konstan 2000 ADHK adalah sebesar 6.141.131 rupiah Bappeda
Anambas dan BPS Prov.Kepri, 2012. 5.1.2 Analisis Location Quotient LQ
Dalam perencanaan pembangunan ekonomi lokal dengan memfokuskan pada salah satu komoditas atau salah satu sektor penggerak roda perekonomian
masyarakat, perlu adanya kajian tentang keunggulan komparatif dari sektor atau sub sektor perekonomian di wilayah itu, dibandingkan dengan wilayah lain baik
pada level yang sama maupun level di atasnya sebagai wilayah referensi. Untuk mengetahui keunggulan komparatif salah satu sektor perekonomian wilayah atau
untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam kajian ini menggunakan Analisis LQ, karena tidak semua sektor dalam pertumbuhan perekonomian
memberikan kontribusi yang sama. Analisis ini menggunakan data PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau periode
Tahun 2008-2011 PDRB Provinsi Kepulauan Riau dengan Migas baik berdasarkan harga berlaku ADHB maupun atas dasar harga konstan ADHK
dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Melalui analisis keunggulan komparatif, suatu komoditas atau sektor dikatakan layak untuk dikembangkan
karena memiliki nilai LQ lebih dari 1 satu yang dikategorikan sebagai sektor basis.
Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pembangunan daerah. Hasil analisis LQ
terhadap kondisi perekonomian yang berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB, dapat digunakan sebagai salah satu langkah strategis dalam
penyusunan program peningkatan ekonomi masyarakat dan perekonomian daerah. Sektor pertanian secara umum di Kabupaten Kepulauan Anambas akan memiliki
keunggulan komparatif jika nilai LQ nya menunjukan angka lebih dari 1 satu dibandingkan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Hasil perhitungan analisis LQ terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ADHB dengan Migas Tahun 2008-2011, bahwa sub sektor perikanan Tahun
2008 memiliki nilai LQ sebesar 3,81 dan Tahun 2010 sebesar 4,00 atau LQ rata- rata per tahun selama 2008-2010 sebesar 3,84. Nilai LQ sektor pertanian
cenderung meningkat dari Tahun 2008 dengan nilai 2,99 terus meningkat sampai Tahun 2011 sebesar 3,47 atau LQ rata-rata 3,13 serta sektor pertambangan dan
penggalian memiliki nilai LQ paling tinggi, yakni Tahun 2008 dengan nilai 8,33 terus meningkat hingga Tahun 2011 dengan nilai LQ 9,71 atau LQ rata-rata 8,97.
Namun demikian sub sektor perikanan berdasarkan PDRB tanpa Migas memiliki nilai LQ rata-rata 15,05. Artinya sektor pertanian dengan sub sektor perikanan
serta sektor pertambangan dan penggalian memiliki nilai LQ melebihi satu, sedangkan semua sektor lainnya dari Tahun 2008 sampai Tahun 2011 memiliki
nilai LQ lebih kecil dari satu 1 atau bukan sektor basis. Dengan demikian maka pengembangan sub sektor perikanan membutuhkan perhatian dan upaya
yang sungguh-sungguh dari pemerintah daerah dan semua stakeholders karena merupakan sektor unggulan yang secara langsung bersentuhan dengan
perekonomian masyarakat yang akan menjadi penyumbang pertumbuhan perekonomian daerah di Anambas. Secara singkat hasil perhitungan LQ
berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku ADHB, baik dengan Migas maupun tanpa Migas dapat dilihat pada Tabel 28, dan secara lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 12. Tabel 28. Hasil Perhitungan LQ Anambas berdasarkan PDRB ADHB Dengan
Migas dan Tanpa Migas dari Tahun 2008-2011. Lapangan Usaha
LQ Dengan Migas 2008
2009 2010
2011 Rata-rata
1.Pertanian 2,9866 2,9259 3,1286 3,4648
3,1265
- Perikanan 3,81
3,72 4,00
- 3,84
2.Pertambangan dan Penggalian 8,3301 8,7070 9,1270 9,7139
8,9695 3.Industri Pengolahan
0,0065 0,0069 0,0069 0,0070 0,0068
4.Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0284 0,0289 0,0286 0,0278
0,0284 5.Bangunan
0,1093 0,1171 0,1204 0,1260 0,1182
6.Perdagangan Hotel dan Restoran 0,1987 0,2475 0,2533 0,2721
0,2429 7.Pengangkutan dan komunikasi
0,2111 0,2351 0,2462 0,2617 0,2385
8.Keu, Persewaan Jasa Prsahaan 0,1147 0,1186 0,1229 0,1292
0,1213 9.Jasa-jasa
0,4622 0,4700 0,4962 0,5155 0,4860
Perikanan Tanpa Migas 15,44
14,49 15,21
- 15,05
Sumber: Diolah dari Lampiran 6 dan Lampiran 10.
Perhitungan LQ berdasarkan PDRB ADHK dengan Migas maupun tanpa Migas pada Tabel 29, dapat digambarkan bahwa sektor pertanian dan sub sektor
perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian, merupakan sektorsub sektor unggulan yang memiliki nilai LQ dari Tahun 2008-2011 melebihi nilai 1 1.
Nilai LQ sektor pertanian Tahun 2008 adalah 3,75 sampai Tahun 2011 dengan nilai 4,59 atau rata-rata sebesar 4,14 dan sub sektor perikanan pada Tahun 2008
memiliki nilai LQ sebesar 4,76 Tahun 2009 nilai LQ 5,07 dan Tahun 2010 nilai LQ 5,49 atau rata-rata sebesar 5,11 selama periode 2008-2010. Sektor
pertambangan dan penggalian menduduki peringkat pertama dengan nilai LQ paling tinggi yakni rata-rata 13,82 selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian dengan
nilai LQ rata-rata 4,14. Nilai indeks LQ sektorsub sektor lainnya justru bukan sektor unggulan, karena memiliki nilai LQ lebih kecil dari satu 1. Secara
singkat nilai LQ Anambas dengan Migas dan tanpa Migas dapat dilihat pada Tabel 29, namun lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 13.
Tabel 28 dan Tabel 29 merupakan hasil perhitungan LQ berdasarkan PDRB ADHB dan ADHK dengan Migas dan tanpa Migas. Sektor yang paling
dominan dapat dikatakan sektor basis adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian termasuk sub sektor perikanan yang semuanya memiliki
nilai LQ lebih besar dari 1 1, untuk itu dapat dikatakan bahwa sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian serta sub sektor perikanan
merupakan sektor basis, artinya sektor yang dapat dijadikan sektor unggulan bagi Kabupaten Kepulauan Anambas, sedangkan tujuh sektor lainnya memiliki nilai
dibawah satu atau belum menjadi sektor basis untuk pertumbuhan perekonomian Anambas, namun demikian juga harus mendapat perhatian serius supaya sektor-
sektor tersebut dapat meningkat dan memberikan nilai tambah dan kontribusi terhadap pembangunan dan perekonomian Anambas.
Tabel 29. Hasil Perhitungan LQ berdasarkan PDRB ADHK Dengan Migas dan
tanpa Migas dari Tahun 2008-2011. Lapangan Usaha
LQ Dengan MIGAS
2008 2009 2010 2011
Rata-rata
1. Pertanian 3,75
3,95 4,26
4,59 4,14
- Perikanan 4,76
5,07 5,49
- 5,11
2. Pertambangan dan Penggalian 13,35 13,46 14,02 14,44
13,82 3. Industri Pengolahan
0,01 0,01
0,01 0,01
0,01 4. Listrik, Gas dan Air Bersih
0,04 0,04
0,04 0,03
0,04 5. Bangunan
0,16 0,18
0,19 0,20
0,18 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,18 0,20
0,20 0,21
0,20 7. Pengangkutan dan Komunikasi
0,24 0,25
0,26 0,26
0,25 8. Keu, Persewaan Jasa Perusahaan
0,14 0,14
0,15 0,15
0,14 9. Jasa-jasa
0,61 0,60
0,63 0,64
0,62
Perikanan Tanpa Migas 17,64 18,01 18,67
- 18,10
Sumber: Diolah dari Lampiran 7 dan Lampiran 11.
5.2 Analisis Faktor Internal dan Eksternal 5.2.1 Analisis Faktor Internal
Analisis lingkungan internal dilaksanakan guna mengamati berbagai faktor internal yang berpengaruh pada pengembangan minapolitan di Kabupaten
Kepulauan Anambas. Faktor-faktor internal ini merupakan kondisi atau keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi pengembangan program minapolitan di
Kabupaten Kepulauan Anambas. Faktor-faktor ini merupakan kekuatan yang bisa dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang terjadi selama ini. Faktor-faktor internal
ini merupakan identifikasi terhadap faktor-faktor yang dianggap secara dominan mempengaruhi keberhasilan dan prestasi pengembangan minapolitan di
Kabupaten Kepulauan Anambas. Identifikasi faktor-faktor internal tersebut diklasifikasikan sebagai kekuatan dan kelemahan.
Faktor-faktor lingkungan internal kekuatan dan kelemahan dianalisis dengan menggunakan matrik IFE Internal Factor Evaluation, sehingga
diperoleh bobot, peringkat rating dan nilai terbobot Perhitungan nilai bobot dan nilai ratingperingkat masing-masing faktor internal dan eksternal dapat dilihat
pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. Bobot yang diperoleh dalam matrik IFE kemudian dipergunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan faktor strategis
tersebut yang menunjang keberhasilan dalam pengembangan minapolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Total nilai terbobot yang diperoleh dari matriks
IFE kemudian menjadi dasar untuk mengetahui respon dari pihak yang menjadi responden yang merupakan stakeholders pihak pemerintah daerah dan
pengusahanelayan dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang ada.
Tabel 30. Matriks IFE Internal Factor Evaluation Pengembangan Minapolitan
di Kabupaten Kepulauan Anambas.
No Faktor Strategis
Bobot Rating Bobot x
Rating Kekuatan:
1
Adanya lahan untuk Program Minapolitan
0,138 4
0,507 2
Adanya perencanaan dalam RPJMD
0,138 4
0,507 3
Adanya potensi sumberdaya perikanan
0,145 4
0,530 4
Adanya minat masyarakat untuk budidaya ikan
0,138 4
0,507 5
Tersedianya bibit ikan untuk budidaya
0,151 3
0,503
Jumlah 0,711
2,556 Kelemahan:
6
Belum memadai infrastruktur sektor perikanan
0,044 1
0,051 7
Belum tersedianya RTRW
0,057 2
0,094 8
Belum adanya regulasi Minapolitan di Anambas
0,069 1
0,092 9
Anggaran yang tersedia belum memadai
0,057 1
0,066 10
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan nelayan
0,063 2
0,126
Jumlah 0,289
0,430 TOTAL
1,00 2,985
Hasil perhitungan dan analisis matriks IFE Internal Factor Evaluation untuk elemen kekuatan dan kelemahan diperoleh dari indeks akumulatif skor
kekuatan sebesar 2,556, sedangkan nilai akhir bobot skor elemen kelemahan sebesar 0,430. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden sudah memberikan
pandangan dan respon yang cukup tinggi pada faktor kekuatan dan faktor kelemahan. Total nilai bobot skor skor terbobot faktor internal sebesar 2,985
nilai ini melebihi lebih besar dari 2,5 Rangkuti, 2009. Hasil analisis matriks IFE dalam pengembangan program minapolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas
disajikan pada Table 30. 5.2.2 Analisis Faktor Eksternal
Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan mengevaluasi beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan minapolitan di Kabupaten Kepulauan
Anambas. Dalam pendekatan ini dipertimbangkan aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Faktor-faktor lingkungan eksternal ini diklasifikasikan menjadi
peluang dan ancaman sebagaimana Tabel 31. Tabel 31 Matriks EFE Eksternal Factor Evaluation Pengembangan Minapolitan
di Kabupaten Kepulauan Anambas. No
Faktor Strategis Bobot Rating
Bobot x
Rating
Peluang:
1 Tersedianya pasar atau pembeli hasil perikanan 0,136
4 0,499
2 Adanya dukungan dana dari pemerintah pusat 0,118
3 0,375
3 Harga jual hasil perikanan yang menguntungkan
0,124 3
0,414 4 Tersedianya peraturan atau pedoman oleh
pemerintah pusat 0,112
3 0,337
5 Banyakberagamnya jenis ikan yang dihasilkan 0,107
3 0,302
Jumlah: 0,598
1,927 Ancaman:
6 Ramainya pencurian ikan illegal fishing 0,083
2 0,193
7 Cuaca yang kurang mendukung 0,071
2 0,142
8 Adanya kuota atau batasan penjualan jenis ikan tertentu
0,071 2
0,142 9 Terbatasnya pakan untuk budidaya ikan
0,095 3
0,252 10 Terbatasnya akses permodalan ke lembaga
perbankan. 0,083
3 0,207
Jumlah: 0,402
0,937 TOTAL
1,00 2,864
Catatan : Perhitungan Nilai Bobot dan Nilai Rating faktor-faktor Internal dan Eksternal dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15.